Setelah kehilangan kesadaran dia berada di sebuah tempat yang aneh.
"Tempat apa ini?" tanyanya.
Dia terus menerus berjalan tanpa arah. Tetapi, dia tidak bisa menemukan apapun.
Dia sekali lagi mencoba berjalan menyusuri tempat aneh itu, tapi akhirnya sama saja. Dia benar-benar tersesat.
"Tempat macam apa ini sebenarnya?" tanyanya sekali lagi, dia merasa kebingungan melanda pikirannya.
Dia baru saja menyadarinya, tempat ini tidak memiliki ujung.
"Apa aku tersesat atau semacamnya? Apa ini sejenis labirin? Ataukah ini hanya ilusi?" gumamnya.
Lagi dan lagi, dia mencoba menyusuri tempat itu. Terus berjalan tanpa arah dengan kebingungan yang melandanya. Sebuah dunia yang aneh, tanpa ujung bahkan langitnya pun terlihat sama anehnya, dia yakin ini bukanlah sebuah "dunia".
"Halo! Apakah ada orang disini?"
Merasa frustasi akhirnya dia berteriak untuk memanggil seseorang, mungkin saja ada orang lain di tempat aneh ini.
Akan tetapi, harapannya sirna begitu saja. Beberapa lama dia menunggu, tidak ada satupun yang menjawab. Dia mulai ketakutan, tubuhnya bergetar.
"Apa ini? Apa aku ketakutan..?" gumamnya dengan tak percaya.
Dia bingung kenapa bisa dia merasa takut? Padahal sesaat sebelum mengalami kematian sebelumnya, dia tidak merasakan apa-apa, satu-satunya yang dia rasakan mungkin sebuah penyesalan, penyesalan dimana dia akan meninggalkan kedua orang tuanya yang merawatnya sedari kecil tanpa bisa menyenangkan hati mereka.
Lalu, kenapa? Kenapa dia merasa takut kali ini?
"Sebenarnya, aku ada dimana?" gumamnya.
Lalu, dia memutuskan duduk untuk menenangkan pikirannya. Ini satu-satunya pilihan, jika dia tidak melakukannya, dia mungkin akan menjadi gila karena rasa frustasinya sudah mencapai puncak.
"Apakah kamu sudah datang...,Amasawa Makoto?"
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar, suara itu tidak memanggilnya, tetapi memanggil "dia". Benar, suara itu memanggil dirinya yang lama.
"Siapa?!"
Dia begitu terkejut akan panggilan itu, siapa orang di dunia ini yang tahu nama lamanya? Siapa pemanggil ini?
"Tidak perlu takut, kemarilah, ikuti kata hatimu maka itu akan menuntunmu padaku," jawab suara tersebut.
Dia yang mendengar jawaban ini tidak lagi mempunyai pilihan, seperti perkataan suara itu, dia menyerahkan segalanya pada hatinya.
Lalu, tanpa sadar dia mulai berjalan. Terus berjalan hingga—
Dia menemukan sebuah tebing dan diujung tebing itu terdapat seseorang menatap ke cakrawala yang jauh, benar, dunia ini yang tadinya datar sekarang berubah.
"Siapa?" tanyanya.
Lalu, orang tersebut berbalik, dia tersenyum tetapi ekspresinya sedih.
"Akhirnya kamu datang, Makoto," ucapnya.
"Kamu..!?"
Dia benar-benar terkejut, ini benar-benar aneh baginya, orang itu, orang itu, tidak salah lagi dia adalah Airil sang lastboss.
"Oh? Apakah aku mengejutkanmu? Kalau begitu mari lakukan ini"
Airil lalu menjetikkan jarinya, wujud Makoto yang sebelumnya sama dengan Airil berubah menjadi dirinya yang dulu.
"Ini..!?" gumam Makoto terkejut.
"Haha, jangan merasa aneh begitu, kita akan mengobrol bukan? Akan aneh rasanya kalau wujud kita sama, jadi aku menggunakan apa yang aku bisa untuk mengembalikan wujudmu ke dirimu yang lama untuk sementara waktu," ucap Airil.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Makoto.
Makoto tidak langsung percaya dengan perkataan itu. Ada banyak hal yang aneh baginya, tidak mungkin dia bisa langsung percaya begitu saja.
"Hm, siapa aku? Jawabannya sudah jelas bukan? Aku Airil, Airil Artemisia," jawabnya.
"Lalu, jika kamu Airil maka aku siapa?" tanya Makoto.
"Hm, sejujurnya bukan aku yang akan menjelaskan rinciannya, akan ada pihak lain yang menjelaskannya nanti, cukup jauh di masa depan," ucapnya lalu dia melanjutkan "tetapi jika kamu benar-benar bertanya, aku hanya bisa bilang kita itu sama."
"Apa maksudmu? Lalu sebenarnya aku ada dimana sekarang?" tanya Makoto bingung, apa-apaan pernyataannya itu, itu aneh baginya.
"Hm, tempat ini adalah tempat "pertemuan" yah hanya itu, aku sendiri tidak terlalu mengerti maksudnya lalu untuk pertanyaan yang lain, mudahnya aku itu kamu, kamu itu aku? Yah, kita itu jiwa yang sama, kira-kira begitu," jawabnya.
"Hah..apa...?"
Sementara Makoto yang masih kebingungan hendak bertanya lagi, dia menghentikannya.
"Kamu bisa bertanya dipertemuan kita lain kali, saat ini ada hal penting yang perlu kamu ketahui, Makoto," ucapnya dengan nada serius.
"Apa itu..?" balas Makoto tertegun.
"Dunia ini bukanlah dunia game yang kamu kenal, memang latarnya sama, tapi semuanya berbeda. Aku telah melalui banyak hal di garis waktu "dunia yang lain" , tetapi kali ini benar-benar berbeda. Akan ada banyak perubahan aneh yang terjadi pada dunia kali ini," ucapnya lalu dia melanjutkan "itulah kenapa kamu harus bertahan, kamu akan melalui banyak penderitaan kedepannya, tapi aku yakin kamu pasti bisa melaluinya."
"Kamu berbicara seakan-akan kamu mengenalku dengan baik," balas Makoto tidak senang.
"Ahaha, bukankah memang begitu? Kita ini sama dan aku memang sudah menunggumu dari lama sekali, yah kamu mungkin akan mengerti segalanya bersamaan dengan berjalannya waktu, jadi..."
Dia berhenti sejenak lalu mendekati Makoto. Airil meletakkan tangannya ke dahi Makoto, lalu "itu" terjadi.
"A-apa ini...?" tanya Makoto kebingungan.
"Seluruh ingatanku, tapi semuanya akan berbeda dari apa yang aku tahu di masa depan pada garis waktu kali ini, jadi aku serahkan sisanya padamu. Mulai sekarang, kamulah Airil sepenuhnya," ucapnya.
"Huh? Hei tunggu!—"
Sebelum Makoto bisa menghentikannya, Airil telah menghilang dari hadapannya. Lalu, dunia itu segera memudar dan dia jatuh ke dalam mimpi dalam tidurnya.