Dia berlari dan terus berlari.
Tidak peduli apakah dia lelah atau pun tidak, dia hanya bisa berlari.
Inilah Airil.
Setelah kabur dari kastil, dia berlari melewati atap-atap bangunan dengan kakinya yang diperkuat sihir. Entah bagaimana dia melakukannya, tapi dia yakin bahwa dia bisa. Tubuhnya seakan-akan mengingat pengalaman bertarung Airil yang asli.
Dia sekali lagi mengingatnya. Setelah Airil menyentuh dahinya, dia melihat banyak adegan dari berbagai masa dari sebuah garis waktu. Dia merasakan sakit di hatinya. Di sama dia melihat segala rasa sakit yang dirasakan Airil yang asli yang akhirnya membuat dia menjadi musuh umat manusia.
Akan tetapi, dia merasa sedikit bersyukur. Dengan ingatan Airil, dia dapat membuat ulang seluruh pengalaman yang dimiliki Airil yang dia temui di tempat itu. Walaupun tidak bisa langsung semahir dirinya, Makoto yakin dia bisa terus berusaha selama dia bisa keluar dari ibukota kali ini.
Dia mengingat nasihat terakhir Airil yang dia ucapkan dengan pelan.
"Jika kamu dalam bahaya, pergilah ke Hutan Iblis"
Itulah katanya. Makoto lalu menyebarkan mana di dalam tubuhnya dan mencari Hutan Iblis tersebut. Hanya dalam beberapa menit, dia menemukannya. Hutan itu ada di tenggara ibukota dan menyebar luas ke arah tenggara. Dia tidak lagi mempunyai pilihan dan memilih lari ke hutan tersebut.
Tentu saja, pelarian itu tidak akan mudah. Selama berlari dia dikejar oleh assasin terbaik kekaisaran yang sepertinya diberi perintah oleh kaisar ataupun adiknya sendiri, Airi, atau mungkin harus menyebutnya mantan adik? Bagaimanapun di dunia sekarang, dia bukanlah putra mahkota, takdir telah diubah melalui ingatan dan merusak kebenaran.
Para assasin itu mengejarnya dengan cepat sehingga Makoto mempercepat langkahnya.
Sebentar lagi, sebentar lagi dia sampai.
Tepat di pintu masuk hutan dimana Makoto hendak masuk, para assasin itu melancarkan aksinya. Mereka melemparkan banyak pisau beracun dan terus mendekat ke arahnya untuk menikamnya. Makoto tidak bisa mengelak lagi, dia akhirnya merekonstruksi kemampuan berpedang Airil. Ya, kemampuan berpedang yang ada diingatan Airil adalah tingkat tertinggi, setidaknya menurut yang dia lihat itu jauh lebih kuat dari milik pahlawan. Dia berusaha membuat gerakan yang sama dengan yang ada di ingatan Airil walaupun tidak bisa mengeluarkan potensi penuhnya.
Makoto bertarung dengan susah payah melawan para assasin itu dimana dia tertebas beberapa kali dan efek racun mulai menggerogoti dirinya. Dia tidak mempunyai banyak waktu, dia harus mencari penawar dan bertahan hidup. Jadi, dia memaksakan diri dan akhirnya membunuh para assasin tersebut.
Setelah itu, sambil terengah-engah, Makoto pergi menjauh sambil memegangi area perutnya yang berdarah dimana racun yang paling banyak berada di sana dan mulai menyebar. Dia memasuki Hutan Iblis dan terus masuk hingga ke area yang dalam dan sangat berbahaya.
Di sana, dia melihatnya. Seekor binatang besar terbang di langit menatap dirinya.
"Sialan di saat seperti ini, kenapa ada Naga!?"
Dia mengeluh dan meludah, dia membenci takdirnya sendiri. Dia tidak lagi mempunyai kekuatan untuk melawan apalagi lawannya adalah seekor naga. Di saat keputusasaan itulah cahaya menyebar dalam dirinya.
"Kali ini, aku akan membantu"
Seseorang dalam dirinya berucap. Makoto terkejut mendengar suara ini dan hendak membalas. Akan tetapi, sebelum bisa berbicara kesadarannya menghilang dan dia digantikan oleh Airil.
Airil yang mengambil alih tubuhnya menatap naga merah yang terbang di langit itu.
"Naga ya..., Sungguh nasib yang sangat buruk yang dimiliki orang ini. Tetapi, nasib buruk ini lah yang akan membuatnya menjadi sangat kuat di masa depan karena bagaimana pun dia adalah sang juruselamat," ucapnya lalu Airil menciptakan sebuah pedang dengan sihirnya dan terbang ke arah naga itu dengan sihir.
Pertarungan itu tidak memakan waktu lama dan Airil keluar sebagai pemenang dengan membunuh sang naga. Bagaimana pun juga Airil memiliki banyak pengalaman.
Dia melihat kembali ke arah perutnya yang terluka dan racun mulai menyebar. Dia sendiri tidak yakin bagaimana cara untuk selamat karena racun tidak bisa disembuhkan dengan sihir begitu saja. Dia akhirnya memilih duduk di bawah sebuah pohon rindang dan memejamkan matanya.
"Aku akan menyerahkan sisanya pada dunia," ucapnya lalu dia mengembalikan tubuhnya pada Makoto dan tubuh itu pingsan.
————————
Di saat yang sama setelah Airil pingsan.
Seorang lelaki muncul dan mendekatinya. Dia melihat fitur-fitur pada wajah dan tubuh Airil lalu dia tersenyum.
"Akhirnya, aku menemukanmu," ucapnya lalu dia menggendong tubuh Airil yang pingsan dan mulai sekarat lalu dia membawa pergi Airil dari tempat itu.
Sejak saat itu, sang pembunuh Maiden, Airil tidak pernah lagi terlihat untuk waktu yang lama.