Hmmm. Mereka seorang kesatria dari Dukedom Kalister. Mereka menggunakan jubah dan ada pin lambang Griffin yang merupakan lambang keluarga Duke Kalister. Yang terluka sepertinya memiliki jabatan lebih tinggi dan yang menggedor pintu tadi seperti tangan kanan pria yang terluka saat ini. Mereka berdua dan aku sedang berada di kamar tamu. Aku sedang merawat mereka, terutama yang sedang pingsan ini. Dia terluka parah di bagian perut, seperti habis ditusuk oleh pedang.
Aku memberikan perban kepada kesatria satunya. Dia merawat lukanya sendiri setelah kuberi pertolongan pertama. "Terima kasih... Sebagai kesatria Duke Kalister, saya tidak akan melupakan kebaikan ini," ucapnya.
"Tidak perlu dipikirkan. Aku membantu kalian karena ini sudah tengah malam."
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Saya sudah pergi ke berbagai rumah dan hanya anda yang mau suka rela membukakan pintu kepada kami," balasnya.
Aku pergi meninggalkannya dan mengambilkan air hangat untuk luka kesatria yang sedang terbaring di atas kasur. Setidaknya aku bisa memberi pertolongan pertama agar luka dan nyerinya bisa meredam.
Sebelum memberi pertolongan pertama kepada mereka, aku memberi tahu Hyacinth jika mereka adalah orang yang tidak berbahaya dan meminta Hyacinth untuk tidur saja. Hyacinth menurut tapi aku tahu ada keraguan dari matanya saat aku memberitahunya. Tidak masalah bagiku, setidaknya aku tidak memberi ketakutan kepadanya seperti tadi.
"Perkenalkan, saya Rafael Rufus. Lalu yang terbaring ini... Kesatria magang bernama Kai. Maaf baru memperkenalkan diri."
Aku memperkenalkan diri sembari memberi perban kepada kesatria bernama Kai, "Aku Dorothy Perkins. Hanya warga biasa di wilayah Duke Kalister."
"Apakah anda benar warga biasa? Dari keterampilan anda melakukan pertolongan pertama seperti seorang perawat di rumah sakit," tanya Rafael.
"Aku hanya sering merawat orang terluka dahulu. Aku benar-benar warga biasa tanpa kasta ataupun latar belakang keluarga yang luar biasa."
Aku tidak bisa memberitahukan kepadanya jika di kehidupanku sebelumnya aku adalah perawat magang. Keterampilan ku memasak juga berasal dari magang perawat sebelum menjadi chef. Aku bersyukur karena keterampilan ku di dunia sebelumnya tetap terbawa di dunia ini.
Setelah menutup luka Kai menggunakan perban, aku membuka seluruh pakaian yang ada di badannya. Aku membuka tudung jubahnya dan melihat sosok seperti... Malaikat... Tidak, ini sungguh malaikat. Rambut pirang, wajah tampan yang tak berdaya, dan—
Sialan. Aku terpana dengan orang asing. Tahan dirimu Dorothy Perkins, jangan terpana dengan wajahnya sampai menyerangnya diam-diam.
Agar tindakan yang tidak terduga terjadi, aku segera menyelimuti badan Kai dan menaruh kompres air dingin di dahinya. Dia demam tinggi saat aku menempelkan telapak tanganku ke dahinya.
"Baik. Setidaknya pendarahan berhenti. Pergi lah ke kamar sebelah dan beristirahat. Besok pagi kamu cari dokter dan keluar dari rumahku setelah itu," ucapku judes.
"Terima kasih Nona Perkins. Sekali lagi Kesatria Duke Kalister tidak akan lupa kebaikan anda."
Aku menghiraukan ucapannya dan pergi meninggalkan kamar tamu. Aku pergi ke kamarku untuk melihat Hyacinth tidur. Dia tidur dengan begitu damai, aku begitu senang melihatnya. Inginku tidur di sebelahnya tapi aku takut dia kaget pagi hari nanti jika aku melakukannya. Jadi aku memutuskan untuk tidur di ruang makan, tidur duduk di kursi dan badan menempel pada meja. Tidak ada pilihan lain karena semua kamar terisi dan kamar Hyacinth memiliki kasur yang begitu kecil karena khusus anak-anak. Sebelum aku beranjak, aku mencium kening Hyacinth... Terlintas sedikit ingatan Dorothy yang selalu memberikan ciuman selamat malam kepada Camelia.
"Aku akan bersamamu. Aku akan selalu di sisimu. Apapun yang terjadi, kamu adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki. Jika kamu di masa depan membalaskan dendam mu kepadaku, aku tidak keberatan sama sekali. Aku mencintaimu, Hyacinth."
Aku pergi ke dapur dan duduk di kursi makan. Sinar rembulan malam menyinari meja makan. Aku membaringkan badanku ke atas meja makan dan berdoa agar Hyacinth terus sehat dan dapat bahagia setiap saat.
•••
Aku hampir bangun kesiangan. Untung tadi aku terjatuh dari kursi, jika tidak aku akan bangun saat matahari sudah berada di tengah langit. Aku tadi sudah ke pasar dan membeli banyak makanan karena aku perlu memberi makan 2 kesatria itu.
Kemarin rendang, sekarang aku ingin membuat makanan sederhana dan makanan ini disukai oleh semua orang di dunia asalku. Nasi goreng. Karena rempah-rempah di dunia ini tidak ada bedanya dengan rempah-rempah di duniaku jadi akan mudah membuat nasi goreng versiku.
Aku menumis bawang merah dan putih, lalu diikuti oleh telur 3 butir, nasi yang sudah dingin sebanyak 1 bakul aku taruh di atas wajan dan mulai mengaduknya. Aku beri garam dan lada, sayangnya tidak ada MSG jadi terpaksa aku gantikan MSG dengan lada hitam untuk memperkuat rasanya. Semoga Hyacinth tidak kepedasan. Saat aku asik mengaduk nasi goreng, Hyacinth menghampiri ku dengan penampilan yang baru bangun tidur.
Imoet kali woy! Peri tidur mendatangiku di pagi hari! "Ada apa Hyacinth?".
"Bi-Bibi tidak tidur tadi malam?," tanyanya.
"Aku tidur. Tenang saja." Aku mengangkat wajan dan menaruhnya di tempat lain untuk berhenti memasak sebentar. "Cuci mukamu." Aku mengangkat Hyacinth dan membawanya ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Setelahnya aku melanjutkan memasak. Hyacinth duduk di meja makan memperhatikanku. Aku merasakan tatapan Hyacinth yang penuh dengan rasa penasaran dan tidak sabar dengan apa yang sedang aku masak. Strategi makananku berhasil!!
Nasi goreng telah selesai dan aku menaruhnya kembali di atas bakul. Lalu aku menggoreng telur yang banyak. Tentunya yang banyak untuk Hyacinth. Setelah semua selesai aku mengambil piring untuk 4 orang. Hyacinth sepertinya kebingungan kenapa ada 4 piring di meja makan.
"Kita ada tamu. Kamu tidak masalah kan?," tanyaku.
"T-Tidak. Aku tidak apa-apa Bibi."
Mulutnya berkata seperti itu tapi wajahnya tidak. Dia masih kecil dan ada luka mendalam di hatinya. Dia pasti ketakutan dengan orang asing.
Setelah menyiapkan makanan di piring, aku pergi ke kamar tamu. Aku mengetuk pintu kamar Rafael namun tidak ada jawaban. "Nona Perkins, saya di kamar sebelah," balasnya.
Aku mengetuk kamar sebelahnya dan masuk ke kamar. Di sana Rafael dan Kai yang sudah terbangun sedang berdiri seperti hendak pergi. "Jadi anda nona Perkins?," tanya Kai.
"Iya. Aku Dorothy Perkins. Salam kenal kesatria Kai."
Terlihat wajah Kai kebingungan saat aku memperkenalkan diri. Dia menengok kepada Rafael dan Rafael membuang muka. Ada apa gerangan? Tiba-tiba Kai mendatangiku dan memegang tanganku sambil berlutut. "Terima kasih atas kebaikan anda, nona Perkins." Kemudian dia mencium tanganku.
... Sekarang batinku berteriak begitu keras karena tanganku dicium oleh seseorang yang begitu tampan. Aku sedikit bersyukur kepada wajah si Dorothy punya settingan auto poker face saat dibutuhkan.
"Kalian akan pergi?," tanyaku seolah-olah tidak peduli dengan Kai yang mencium tanganku.
"Iya. Kami tidak boleh merepotkan Nona Perkins lebih lama lagi," balas Rafael.
"Luka orang ini belum sembuh. Kamu belum memanggil dokter," balasku sambil menunjuk Kai dengan tanganku yang sebelahnya.
"Be-Benar... Namun kami memiliki dokter pribadi di kediaman Duke Kalister," balas Rafael.
Begitukah? Ya tidak masalah juga karena aku yang meminta mereka untuk pergi hari ini juga. "Setidaknya makan bersama kami dahulu. Aku tahu mungkin makanan rakyat jelata tidak setara dengan makanan kalian di kediaman Duke Kalister, tapi hargai saya yang telah membuat makanan untuk kalian," ucapku judes dengan kasar dan tidak tahu jika ada hukuman bagi rakyat jelata yang kasar kepada bangsawan. Namun aku tidak suka kepada orang yang tidak bisa menghargai makanan yang telah aku buatkan untuk dia.
"Hahaha! Sungguh nona orang yang menarik sejak pertemuan kita pertama kali," ucap Kai.
Aku penuh keheranan, "Pertemuan kita pertama kali? Apakah kita sudah bertemu sebelumnya?".
"Oh? Anda tidak ingat? Saat di toko sihir."
Toko sihir? Seingatku aku beli tongkat dan bertemu pria aneh—Ah... Dia toh pria anehnya. Tidak peduli juga. Segera aku menarik tanganku dari genggaman Kai, "Silahkan ke ruang makan."
Mereka berdua mengikuti dari belakang. Aku merasakan tatapan penuh penasaran dari salah satu diantara mereka. Tapi aku yakin itu berasal dari Kai. Abaikan, abaikan.
Saat di ruang tamu, terlihat Hyacinth yang hanya diam menunggu dengan tenang melihat makanan di depannya. Hatiku tenang melihatnya, dan juga senang.
"Rambut putih... Mata hijau terang..."
Tiba-tiba Kai mendatangi Hyacinth dan menarik tangannya. Dia menyingkap lengan baju Hyacinth dan seperti mencari sesuatu. Melihatnya, aku tidak diam. Aku langsung menampar Kai dan menggendong Hyacinth.
"Apa urusanmu dengan keponakanku? Siapa kalian?!".
Kai mengelus pipinya yang aku tampar begitu keras. "Maafkan aku Nona Perkins, tapi saya telah menemukan seseorang yang sudah saya cari lebih dari 4 tahun," balas Kai.
Kemudian Rafael maju dan melihat ke arah Hyacinth. Semakin erat aku memeluknya. "Saya meminta maaf lagi mewakilkan atasan saya yang bodoh ini. Anak yang kami cari adalah anak dari Kaisar Xamonia dan Saintess Camelia yang dinyatakan hilang 4 tahun lalu. Anak itu bernama Hyacinth de Xamonia."