"..."
Keheningan memenuhi udara. Pikirannya sepertinya tidak mampu memahami kata-kata Leah, yang membuatnya tidak bisa berkata-kata. Setelah beberapa saat merenung, Ishakan perlahan keluar dari kebingungannya, memahami kata-katanya. Mata emasnya tertuju pada wajah kecil di depannya, dan dia berhasil membuka mulutnya.
"…Apakah kau punya urusan yang harus diselesaikan di tempat ini?"
Mata Ishakan beralih ke topeng hitam yang jatuh ke tanah. Ketika dia melepaskannya dari wajahnya, dia tidak pernah membayangkan bahwa sang putri bersembunyi di baliknya. Pupil mata emasnya perlahan menyempit, berubah menjadi seperti kucing.
Dia berbalik lagi untuk melihat Leah. Matanya yang tajam menjadi sipit.
"Kau harus memberiku penjelasan yang meyakinkan, Leah."
Dia berbalik lagi untuk melihat ke arah Leah, yang masih memasang ekspresi garangnya.
Lea menarik napas dalam-dalam. Dia merasa seolah-olah ada beban yang ditimpakan di dadanya, menghalangi dia untuk bernapas lega. Di hadapan pria ini, dia menjadi kaku dan tidak bisa bernapas dengan baik. Leah bisa merasakan sensasi terbakar di bawah sentuhannya, saat tangan hangatnya menempel di lengannya.
Dia menenangkan diri dan membuka bibirnya, menatap langsung ke arah Ishakan. Namun, tidak ada yang keluar dari mulutnya. Lidahnya terasa berat, tidak mampu digerakkan. Ketakutan membuatnya tidak bisa berkata-kata. Dia tidak dapat berbicara.
"Ah."
Ishakan menghela nafas. Kemudian, ketika dia tidak menduganya, dia memeluknya erat dan mendudukkannya di pangkuannya. Putri Estia yang lembut sekali lagi berada di samping Raja Kurkan, seperti beberapa hari sebelumnya. Dia bisa merasakan kehangatan yang memancar darinya, menghangatkannya.
Lalu dia mengusap pipinya yang membeku. Suhu tubuhnya yang tinggi terasa nyaman di wajahnya, mengembalikan kulit pucatnya menjadi warna merah jambu cerah. Ekspresi tajam Ishakan perlahan melembut.
"Saya pikir saya berlebihan." Dia berbisik pelan.
Sensasi napas hangatnya mengingatkannya bahwa dia harus bernapas. Leah menyadari betapa cintanya pria ini padanya. Sifat asli Kurkan itu seperti cakar tajam binatang. Kapan saja, mereka dapat menjangkau dan menimbulkan bahaya serius. Oleh karena itu, kelakuan Ishakan sangat tidak biasa.
Cara dia memandangnya kontras dengan ekspresi dia saat berhubungan dengan orang lain. Dia memiliki kelemahan pada dirinya, meski dia adalah pria yang mampu membuat orang lain gemetar ketakutan.
"Aku tahu kamu bukan orang seperti itu."
Saat kata-kata ini sampai ke telinganya, Leah hanya bisa berkedip dua kali. Terserap dalam mata emasnya, dia benar-benar melupakan dilema mempesona yang dia hadapi!
Mengorientasikan dirinya, dia berbicara dengan percaya diri, menyamarkan kegugupannya. "Apa yang terjadi sebelumnya…sangat tidak menyenangkan. Mungkin sekarang, kamu merasa sedikit lebih baik?"
Ishakan menundukkan kepalanya dan mengangguk. Tawa kecil keluar dari bibirnya sambil membelai lembut pipi Leah dengan kedua jarinya. Di bawah kehangatan sentuhannya, tubuhnya menjadi rileks.
Waktunya telah tiba baginya untuk menjelaskan kepada Ishakan mengapa dia datang ke tempat ini.
Leah sudah lama berusaha membasmi para pedagang budak. Namun, meski banyak upaya penindasan, penggerebekan dan penangkapan, para pedagang tidak menyerah. Dia tidak bisa melihat akhir dari bisnis terlarang ini. Bahkan jika dia menangkap seorang pedagang dan membebaskan para budaknya, pedagang lain akan selalu muncul. Dia kalah jumlah.
Ini adalah masalah yang tidak akan pernah terselesaikan kecuali dia menyerang inti permasalahannya.
Leah menyimpulkan bahwa permintaan akan budak tidak akan pernah hilang. Keluarga kerajaan Estia tidak mempunyai wewenang untuk memberikan sanksi kepada bangsawan atau pedagang kaya yang tertarik pada perbudakan. Satu-satunya solusi adalah memutus pasokan.
Namun, hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Pada akhirnya, dia harus berhadapan langsung dengan para pedagang budak. Para pedagang budak tersebar dimana-mana, mencari lebih banyak individu dengan kemampuan yang baik.
Tidak mungkin mengalahkan sistem ini dengan menggunakan metode sederhana.
"Jadi, kamu langsung datang ke sini dan bertingkah seperti pedagang budak?" Nada suaranya terdengar tidak menentu, cahaya di matanya telah memudar.
"Karena informasi untuk para tamu terbatas, saya harus datang sebagai pedagang…"
Selama bertahun-tahun, dia menjalankan perdagangan budak palsu. Setelah terkenal di kalangan pedagang budak, dia diakui sebagai pedagang budak yang memiliki posisi tinggi di pemerintahan yang didukung oleh bangsawan VIP.
Selama bertahun-tahun, Leah sampai pada titik menyatukan para pedagang budak untuk membuka lelang besar-besaran. Selain itu, ia juga memberikan informasi kepada mereka tentang tindakan keras yang diambil untuk perlahan-lahan mendapatkan kepercayaan mereka.
Namun karena lelang akbar ini dilakukan melalui koalisi beberapa pedagang budak, maka semuanya termasuk Leah menjadi penyelenggara lelang akbar tersebut.
"Bahkan jika saya mendapatkan kepercayaan mereka, mereka tidak sepenuhnya mempercayai saya. Mereka adalah orang-orang yang mencurigakan, jadi mereka terus mengawasi satu sama lain." Dia memberi tahu Ishakan.
Oleh karena itu, meski ada yang menjadi penyelenggara lelang ini, namun tetap harus melewati prosedur masuk yang ketat. Keamanan tidak memungkinkan sembarang orang melewatinya dengan mudah.
"Apakah kamu juga memperdagangkan Kurkan?" Dia bertanya.
"Hanya orang Kurkan yang tua dan sakit. Saya tidak punya cukup dana untuk membeli Kurkan yang muda dan sehat. Saya tidak membeli banyak, tapi semuanya aman, jadi Anda tidak perlu khawatir." Leah menyatakan dengan percaya diri. Dia tahu dengan jelas tujuan Ishakan di rumah lelang ini.
Ishakan tidak meminta Leah untuk memberinya Kurkan yang telah dia selamatkan. Dia hanya tersenyum halus dan bertanya padanya.
"Jadi, perdagangan seperti itu yang kamu lakukan?"
Lea perlahan mengangguk. Karena operasi ini saja sepertinya tidak cukup, dia baru-baru ini membeli banyak budak Kurkan dan berencana menyembunyikannya selama pelelangan. Ishakan tertawa samar.
"Sungguh… ada alasan mengapa keluarga kerajaan Estia belum hancur." Alis Ishakan berkerut. "Kamu tahu apa? Seorang pedagang budak selalu selangkah lebih maju dari kami. Saya pikir dia adalah orang yang sangat cakap, jadi saya mencarinya. Lalu aku tahu itu kamu."
Ketulusannya tercermin dari kata-kata absurd yang keluar dari mulutnya. Faktanya, Leah telah meramalkan bahwa Ishakan akan menyelamatkan para Kurkan, jadi dia bergerak lebih cepat lagi. Dia harus ikut campur, untuk mendapatkan keunggulan.
Namun, dia tidak memberitahunya hal ini, karena tidak perlu menyebutkannya ketika negosiasi belum dimulai. Dia harus menyembunyikan detail sebanyak mungkin.