Sepasang mata berwarna hitam arang itu terbuka sebagai tanda bahwa laki-laki itu telah tersadar.
Pandangannya di suguhkan oleh warna hijau daun dan batang tumbuhan seperti hasil dari jutsu mokuton miliknya.
Bunga-bunga besar berwarna warni menghiasi tempat itu. Bukannya memperindah, bunga itu malah membuat pemandangan di sekitarnya membuat laki-laki bernama Madara Uchiha itu risih.
Madara berusaha untuk bangkit dari posisi tidur. Perlahan dirinya mengatur kembali ingatannya yang berceceran. Satu per satu kejadian mulai tersusun kembali seperti sebuah film dan yang terakhir Madara ingat adalah wajah dari mantan sahabatnya—Hashirama Senju.
"Hashirama, berhentilah bermain-main denganku!" Teriak Madara sambil berusaha mengunakan kemampuan sensornya untuk mencari keberadaan laki-laki berambut coklat itu.
Setelah menunggu beberapa saat ternyata Hashirama tidak juga menampakkan batang hidungnya. Kali ini dia tidak yakin apakah Hashirama benar-benar ada di sekitarnya.
Saat Madara berdiri, dia merasakan ada hal yang janggal pada dirinya. Jirah perang merah kebanggaannya terlihat masih kuat dan utuh melekat melindungi tubuh. Padahal seingat Madara saat tergeletak di medan perang yang tersisa hanyalah celana panjang hitam yang dia kenakan. Chakra-nya entah bagaimana sudah terisi penuh kembali. Meskipun saat itu Madara yakin bahwa dirinya sudah berada di ujung maut.
'Tapi aku hidup saat ini'.
Madara tak habis pikir, berapa kali dewa kematian akan terus menolak dirinya.
Singgungan senyum muncul di bibir saat pemikiran gila itu muncul di tempat yang asing baginya.
Pikirannya kembali berputar cepat, Madara mulai bertanya-tanya, apakah yang terjadi setelah dia kalah dari perang dunia 4 Shinobi.
Kalah.
Tapi entah mengapa saat ini Madara malah merasa lega. Setidaknya untuk sementara waktu para shinobi lemah itu akan terbebas dari lingkaran kebencian.
Saat melihat mereka -para shinobi- berkumpul menjadi satu, sejujurnya Madara merasa terkesan. Jantungku berdegup kencang saat mereka melawan dirinya secara bersama-sama. Selain karena jiwa maniak perang, dentuman cepat jantung Madara juga disebabkan karena dirinya merasa bangga pada mereka.
Suara langkah kaki terdengar di telinga Madara. Dengan refleksnya dia langsung menatap arah suara itu berasal.
Dari balik tumbuhan muncullah beberapa orang yang mengenakan jubah putih bertuliskan 'Marine'. Mereka juga membawa barang aneh yang panjang di salah satu tangannya.
Menurut Madara benda asing itu bentuknya hampir seperti tongkat yang besar.
"Siapa kau?!" teriak salah satu orang yang mengenakan jubah putih itu. Sekelompok orang itu telah bersiap-siap menodongkan pistol laras panjangnya pada Madara.
Madara mengangkat alisnya dan melipat kedua tangannya di depan dada. Dirinya menjawab dengan dua kata.
"Madara Uchiha" Legenda clan Uchiha itu mengatakannya dengan sangat tegas dan lugas.
Benar saja sesuai dugaan Madara tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka mengenali dirinya. Dugaannya ternyata benar bahwa dia tidak lagi berada di dunia Shinobi.
Alasan mengapa dirinya berada di dunia ini Madara tidak begitu memikirkannya. Dia lebih tertarik dengan perjalanan dan petualangan baru yang akan dia hadapi di depan matanya.
"Angkat tanganmu, bajak laut kotor!" Serangga itu berteriak kembali dan membuat Madara ingin segera membasminya.
"Apa kau yakin dia bajak laut. Lihat lah bajunya, dia seperti salah satu peserta gladiator"
"Stt. Diam kau. Kalaupun benar dia peserta gladiator dia pasti tersesat di sini atau dia itu si lemah yang sudah kalah"
Mereka berbisik-bisik seolah orang yang di bicarakan olehnya itu tidak ada di sekitarnya. Madara hanya terdiam sambil melihat hama-hama itu berfikir bahwa mereka ada di tempat teratas rantai makanan.
Pandangan Madara teralihkan oleh orang-orang kecil yang berlarian sambil mencari tempat persembunyian di antara batang-batang.
Madara mengangkat alisnya saat matanya yang tajam bertemu dengan mata orang kecil yang mengenakan aksesoris topi di kepalanya itu.
Orang kecil itu berteriak kaget dan menyebabkan orang-orang berbaju putih itu panik.
"Suara apa tadi?!" Mereka menatap Madara dengan tatapan menuduh.
Singgungan senyum penuh perasaan puas terukir sedikit di sudut bibir Madara.
Tak lama setelah itu Madara merasakan ada orang yang mengendap-endap mendekati mereka. Bagi orang biasa mungkin hampir tak ada yang mampu menyadari keberadaan orang-orang baru itu, tapi bagai Madara aksi itu sangatlah jelas seperti gajah di depan pelupuk mata.
Madara cukup merasa terkesan dengan gerakan orang-orang kecil itu yang cukup cepat. Dengan gesit mereka melemparkan bola berwarna ungu pada sekelompok marine yang seketika langsung pingsan.
Sayangnya tak ada diantara orang-orang itu yang berani mendekati Madara. Mereka memilih mengintari laki-laki berambut hitam panjang itu untuk menyerang kelompok baru yang tadi mengintai dirinya.
Pupil mata Madara bergerak mengikuti setiap gerakan orang-orang kecil.
Ternyata di kalangan orang yang berpendidikan pasti ada juga yang namanya orang beruntung. Sayang sekali keberuntungannya berakhir hari ini.
Salah satu orang kecil itu berani menantang Madara dengan melemparkan bola gas penidur itu tepat ke wajahnya.
Nasib sial sepertinya menimpa orang kecil itu karena dengan cepat Madara menangkis dan membalikkan gas penidur itu tepat kepada orang yang melemparkannya.
Teriakan kecil penuh keterkejutan terdengar sebelum kesunyi itu kembali. Madara yakin orang kecil malang itu sudah tidak sadarkan diri sekarang.
"Hai orang kecil. Sebaiknya tampakkan diri kalian sekarang" ujar Madara mutlak.
Hanya satu orang kecil yang berani menghadap di depan Madara. Orang kecil itu memakai aksesoris kepala berwarna hijau dengan dasi merahnya yang mencolok.
"Hm" gumam Madara sambil mengapresiasi keberanian makhluk kecil itu.
"Namaku Leo. Siapa kau? Apa keperluanmu berada di hutan ini?" Tanya orang kecil itu dengan membusungkan dadanya agar terlihat gagah.
"Seperti yang kau tahu dan telah dengar tadi namaku Madara Uchiha. Lalu alasanku berada di tempat ini sejujurnya aku juga tidak tahu". Jawab Madara dengan wajah dan nada yang datar.
"Hemm... Apa kau orang yang baik?" Leo dari suku Totantta bertanya.
"...Bukan" Jawab Madara pada akhirnya. Dengan pengetahuannya dan taktiknya untuk membuat perang dunia Shinobi ke 4, dia tidak akan tiba-tiba menyangkali perbuatan kejinya hanya karena sekarang dia berpindah dunia.
Lagi pula Madara juga tidak yakin ada orang baik di dunia yang isinya peperangan berkepanjangan itu, selain anak kecil yang baru lahir.
Wajah Leo berubah menjadi geram. Tapi sebelum perajurit suku itu menyerang, Madara melemparkan pertanyaan kepada Leo.
"Apa definisi orang baik bagi suku kalian?"
Leo yang mendapat pertanyaan itu mengerjap terkejut.
"Baik itu berarti baik, jahat itu berarti jahat"
"Hm. Pemikiran yang sederhana namun naif. Kalau aku membasmi kalian apa aku termasuk orang jahat?" tanya Madara menatap tepat ke arah Leo. "Sementara kalian para pencuri kecil berkeliaran sesuka hati" Lanjutnya setelah mengamati orang kecil itu diam-diam mencuri barang dari sekelompok angkatan laut yang pingsan itu.
"Itu berbeda!! Kami orang baik!" Leo berteriak. Wajah kecilnya sudah memerah seperti buah ceri.
"Hipokrit. Kemana arah kota?" Tanya Madara mengubah arah pembicaraan secara mendadak seolah laki-laki itu sudah tidak peduli lagi dengan makhluk di hadapannya.
Wajah marah Leo berubah menjadi kebingungan. Tanpa berpikir panjang dirinya lalu menunjukkan arah tempat yang ditanyakan oleh Madara.
Madara mengangguk dan menghilang menggunakan shunshin no jutsu di hadapan para suku Totantta. Kali ini semua makhluk kecil yang menyaksikan kejadian itulah yang berteriak karena kejadian tak terduga di hadapan mereka.
*****
Madara muncul dari balik hutan dan matanya langsung di sambut oleh birunya laut.
Dia mengamati dua orang yang sedang duduk santai di pantai sambil membelakangi dirinya.
Karena di dunia baru ini tidak ada yang memiliki chakra selain dirinya. Terpaksa Madara tidak bisa memaksimalkan teknik sensornya sekarang, ia hanya bisa memanfaatkan indranya untuk mengetahui siapa yang ada di dekatnya. Walaupun sejujurnya kemampuan itu lebih dari cukup.
Kedua orang itu akhirnya tersadar bahwa ada seseorang di belakangnya.
"Hai siapa kau?" Tanya laki-laki yang membawa katana dan bertopi di sana.
Untuk ketiga kalinya Madara harus memperkenalkan dirinya. Pola ini sangatlah mudah tertebak. Dia rindu kampung halamannya dimana semua orang mengenal Madara Uchiha, walaupun setelah itu para shinobi lari terbirit-birit.
"Madara"
Laki-laki itu mengerutkan dahinya sambil menatap Madara dengan seksama.
"Apa kau salah satu anak buah Doflamingo?"
"Siapa Doflamingo itu? Dan juga bocah sebaiknya kau kenalkan namamu sebelum kau bertanya pada orang yang lebih tua darimu" ujar Madara dengan sedikit ancaman di dalam kalimat yang dia sampaikan dengan datar itu.
Setelah laki-laki itu tersadar bahwa Madara benar-benar tidak mengetahui siapa itu Doflamingo maka menurunkan kewaspadaannya.
"Law. Trafalgar Law"
Madara hanya menanggapinya dengan angkutan kepala. Sepasang bola mata hitam lalu bergerak menatap ke arah rekan dari anak bernama Law itu.
Menurut pria Uchiha, laki-laki di sebelah Law terlihat sangat tidak biasa. Dia seperti terlahir dari kumpulan lelehan lilin yang dijadikan menjadi satu.
Madara menunggu teman Law untuk memperkenalkan diri nya.
"Apa kau benar-benar tidak mengenaliku? Padahal penelitian ku yang terakhir telah di siarkan di seluruh dunia" ujar Caesar sedikit angkuh pada pendatang baru itu.
Madara hanya terdiam dan tak menunjukkan reaksi apapun. Dia kemudian memalingkan pandangannya dan berjalan pergi menjauh dari kedua orang itu.
Law sedikit terkejut ketika melihat Madara berjalan di atas air layaknya sedang jalan sehat.
"Oi, Madara-san. Di air banyak sekali raja ikan yang buas" ujar Law membagi peringatan itu secara gratis.
Sudut bibir Madara terangkat 0,1 cm mendengar kalimat tersebut. Menurutnya perjalanan itu akan malah semakin menarik jika dia tetap menempuh jalur tersebut.
Adrenalin ninja itu kembali meningkat saat dia mengantisipasi ikan apa yang kira-kira akan muncul di hadapannya.
"Aku bisa melihatnya, bocah" ujar Madara dengan entengnya.
Law menjadi terheran-heran, di perairan penuh kabut itu bagaimana bisa dia melihat. Mungkin laki-laki bernama Madara itu juga pengguna Observasi Haki yang handal.
Dari pembawaan tubuh Madara, Law bisa menilai bahwa laki-laki itu merupakan orang yang tangguh. Dia harus lebih waspada karena saat ini dia belum tau di kubu mana Madara akan berdiri nantinya.
Semoga saja takdir mereka tidak saling berhantaman.