Chapter 3 - "Camkan Namaku!"

Melewati koridor yang dipenuhi para peserta gladiator, Madara melangkah dengan gagah dan penuh wibawa. Orang-orang di depannya dengan sendirinya menepi dan memberikan jalan tanpa di minta.

Pandangan mata Madara menolak untuk menjelajah ke seluruh ruangan. Dari tempatnya berjalan dia sudah dapat mengetahui orang-orang yang berhak mendapatkan perhatiannya.

"Tidak buruk juga" ujarnya lirih.

Langkah kakinya berhenti ketika seorang anak yang mengenakan helm mengkilat dan berkumis putih sama sekali tidak menyingkir dari jalannya.

Disamping anak itu, berdiri laki-laki pirang yang mengenakan topi hitam dan mantel putih. Madara menghiraukan laki-laki itu.

Lagi pula bila di lihat dari gayanya Madara akan menggolongkan laki-laki itu kedalam kelompok anak manja dari petinggi klan. Meski begitu, Madara mengakui laki-laki pirang itu juga bisa bertarung.

Mata Madara masih fokus kepada anak laki-laki di hadapannya.

"Oi, pak tua. Kau sepertinya kuat" ujar bocah itu dengan tatapannya yang serius, setelah beberapa saat senyum yang dipenuhi gigi itu terpampang di depan Madara.

Senyuman itu, senyuman anak yang penuh mimpi, seperti Hashirama, Obito (sebelum dia menghancurkannya), dan jinchuriki kyuubi— Naruto Uzumaki. Hampir saja Madara kehilangan ketenangannya dan menghela nafas panjang kalau saja dia tidak memiliki tembok emosi yang tinggi.

"Kau tidak buruk juga. Beri tahu aku siapa namamu?"

"Lucy"

"Bohong"

"Namaku Lucy"

"Dan aku ayahmu"

"Sungguh?!!!"

Dalam hati Madara sedang menyumpahi Hashirama yang tiba-tiba masuk ke otaknya dan menyelipkan kata-kata tersebut. Sebuah 'sindiran' yang benar-benar di percayai oleh anak di hadapannya.

"Tidak" Madara menatap tajam ke arah Lucy. Kalau saja tatapan bisa membunuh (oh, tatapan Madara pasti bisa) pasti anak di hadapannya sudah mati berkali-kali.

Lucy berani-beraninya menampakkan wajah kecewa dengan jawaban dari Madara. Kedua bahunya sedikit turun, tatapannya seperti kucing yang barusaja tercebur di kolam.

Madara perlahan dengan diam-diam mengatupkan bibirnya erat-erat, dia tidak tau harus bereaksi seperti apa.

Rambut hitam, senyum lebar, kepribadian ganda, tidak tau sarkasme. Anak di hadapan Madara adalah kandidat paling buruk jika saja dirinya diadopsi sebagai anggota dari klan Uchiha.

Madara berusaha menghindari bocah tersebut dengan sedikit mengintari tubuhnya yang masih ada di tengah jalan. Dirinya berjalan meninggalkan Lucy yang masih mengawasinya seperti kucing yang penasaran.

"Tunggu dulu, siapa namamu?"

Kali ini Madara hanya tersenyum miring sambil menengok sedikit ke arah belakang— tempat dimana Lucy masih berdiri.

"Kau akan tau nanti"

Madara kembali berjalan lagi. Tatapannya fokus ke depan karena tak ada lagi orang yang menarik baginya.

Hal terakhir yang Lucy lihat dari laki-laki itu adalah punggung tegap Madara dimana sebuah lambang klan terlihat di tengkuknya tepat saat rambut panjangnya itu terayun sedikit ke kanan.

"Hmm?"

*****

"Oi! Pertarungan grup C belum dimulai!!" Lagi-lagi petugas koloseum menghalangi Madara. "Kau akan kena diskualifikasi kalau tidak segera kembali ke tempatmu!"

Pandangan Madara tertuju hanya pada satu-satunya laki-laki yang ada di tengah lapangan sambil berpose aneh.

Laki-laki berambut mohawk warna hijau dengan gigi seperti sabertooth itu membuat para penonton terpana untuk beberapa detik.

"'Raja petarung' - Elizabello II telah kalah. Pemenang dari blok B adalah...—"

Madara menggunakan Shunshin no jutsu untuk berpindah ke arena.

"— Sialan... Bar—Eh!!! Siapa kau?!!"

Seluruh penonton mengerjap kaget, hingga ada beberapa yang pingsan. Semua pandangan menuju ke arah laki-laki berambut panjang yang tiba-tiba datang untuk mengganggu jalannya pertandingan.

"Kau didiskualifikasi!!" Teriak komentator hingga suaranya menggema ke seluruh area koloseum.

"Booo" Para penonton kompak menyoraki Madara.

Tak ada yang mengamati apa yang terjadi dengan Bartolomeo. Laki-laki itu tanpa sadar melangkah mundur ketika melihat pupil mata orang di sampingnya itu berubah warnanya.

Tak ada yang mengetahui kecuali Bartolomeo bahwa aura killer intent yang rasanya hampir mirip conqueror haki itu berhasil membuat tubuhnya mematung di tempat.

Sorakan, ejekan, dan tuduhan saling beradu membuat suasana koloseum semakin ricuh. Bahkan ada yang mencoba melempari barang ke arah Madara.

Kalau hanya mencoba tentu saja di perbolehkan. Tapi kalau tentang keberhasilan, Madara-lah yang memutuskan.

"Aku ingin mengikuti turnamen ini" ujar Madara yang langsung membuat semua orang berhenti bicara. Bulu kuduk mereka berdiri karena mendengar suara Madara, meskipun pemilik suara itu tidak memberikan teriakan atau perintah sama sekali.

"K-Kita tidak bisa mengubah aturan!!" Teriak salah satu penjaga di sana.

"Aku bisa membuat pertandingan ini lebih menarik"

"Folks, mari kita dengarkan proposal dari laki-laki ini. Sementara babak selanjutnya akan di tunda terlebih dahulu"

"Boo!! Bagaimana bila tawarannya membosankan?!" Salah satu penonton berteriak mengungkapkan pendapatnya.

Mendengar pertanyaan itu penonton lainnya pun mengangguk dan mulai berbisik satu sama lain mendiskusikan hukuman untuk orang yang mengganggu pertandingan itu.

"Aku akan membiarkan kalian menyerang ku. Siapa saja yang sanggup membuatku berhenti menyentuh lingkaran ini—" Madara membuat lingkaran di arena dengan diameter 50 cm mengintari dirinya. "—maka aku akan memberikan kalian 10 juta berri"

"Tunggu dulu Oji-san! Bagaimana dengan buah iblis Mera Mera no Mi?" Suara keras dan nyaring dari Lucy terdengar ke telinga Madara.

Kedua mata sharingan itu menatap ke arah pintu masuk pertandingan, tepatnya pada Lucy yang terlihat mengepalkan kedua tangannya erat di samping tubuh.

"Hm. Aku sama sekali tidak tertarik dengan buah itu. Kau boleh mendapatkannya"

Lucy menghela nafas lega, tubuhnya menjadi sedikit tenang mengetahui hadiah itu masih bisa di perebutkan.

Madara dengan sengaja memalingkan pandangannya sebelum dia bisa melihat senyuman lebar Lucy. Matanya sekarang menatap laki-laki sedang menertawainya.

"Uwihahahaha, lelucon yang sangat lucu. Uwihahahaha, sedikit sekali hanya 10 juta berri. Berikan aku 100 juta!! Uwihahahaha!" Sorot matanya dipenuhi kilatan keserakahan. Anggota bajak laut Blackbeard itu yakin bahwa laki-laki di hadapannya itu tidak termasuk dalam daftar buron, jadi dia percaya bahwa lawannya itu hanya besar kepala saja.

Madara menatap tajam laki-laki dengan tinggi 3,5 meter itu sambil mengimbang-imbang tawarannya. Semua penonton terdiam dan mengantisipasi jawaban dari Madara.

"Setuju"

Koloseum bergemuruh, semua orang berteriak kegirangan. Banyak dari penonton yang ingin juga bergabung menerima tantangan Madara.

"Baiklah para penonton!! Kita akan saksikan pertandingan dari— ehm? Siapa nama anda?"

"Madara Uchiha"

"—dari Madara Uchiha vs Everybody!! Hadiahnya 100 Juta berri!! Mina-san, Hajimemashou!!"

Semua orang langsung berteriak kencang beberapa orang meneriakkan teriakan semangatnya sambil maju menyerang Madara. Orang pertama yang mengambil langkah tersebut tidak bukan merupakan panita penjaga pertandingan.

Untuk orang awam Madara terlihat sangat tenang namun nyatanya laki-laki bermarga Uchiha itu sedang menikmati sensasi darahnya yang sedang meningkat kecepatannya. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, Madara sangat gembira saat ini.

'Benar-benar nostalgia'

Orang pertama mencoba mengayunkan pedangnya, dengan mudahnya serangan itu dihindari oleh Madara. Menggunakan kakinya Madara melakukan tendangan depan, alas sandal bertemu dengan muka. Orang pertama terhempas jauh hingga tidak sadarkan diri.

Semua penonton berteriak dan bertepuk tangan penuh semangat.

Kali ini lima orang sekaligus bergerak menyerang, dua orang menggunakan pedang dan tiga orang lainnya bertarung dengan tangan. Nasib para petarung itu sama seperti nasib petarung yang pertama.

Madara ternyata terlalu muluk meyakini bahwa melawan lima orang itu membutuhkan sharingan.

"Mengecewakan" ujar Madara lirih.

"Wow, lihatlah enam orang sudah tumbang dalam waktu 5 detik saja!! Berikan semangat pada penantang baru kita— Madara Uchiha!"

"Madara!!"

"Madara!!"

"Madara!!"

Semua penonton bersorak. Kalau saja Madara belum kembali fokus pada pertarungan mungkin saja dia akan menyuruh orang-orang berisik itu untuk diam.

Tapi kalau di pikir-pikir lagi, Madara cukup merasa senang kali ini banyak sekali yang mendukung aksinya.

"Biar aku tunjukkan cara menggunakan Kama" ujar Madara dengan tangan kanannya yang memegang sabit hitam hasil rampasan nya.

Madara dengan terampil menggunakan senjata tersebut untuk menumbangkan lawan dari sisi kanan dan kiri. Bunyi besi bertubrukan satu sama lain.

Banyak dari mereka yang di kalahkan oleh Madara melalui tendangannya. Dirinya ingin menjaga radius sepuluh meter darinya itu tetap bebas dari tubuh-tubuh yang berjatuhan.

Bahkan ada yang bernasib terlihat sial karena Madara menendang lawannya itu hingga podium para penonton.

"Fantastic! Madara masih tidak terkalahkan. Tim kita telah mencoba mencari identitas misterius dari peserta kita tapi ternyata tidak ada sama sekali! Siapa itu Madara Uchiha?!!"

Beberapa petarung gladiator bahkan telah membatalkan niatnya untuk melawan Madara.

Kali ini giliran petarung dari ras raksasa yang datang untuk menyerang Madara. Tubuhnya memiliki tinggi 5 meter dengan perutnya yang besar dan perisai di tangan kanannya.

Raksasa itu bergerak untuk menghantamkan ujung bawah perisainya mengarah tepat di atas kepala Madara. Akibat tindakannya beberapa orang terpental dan puing-puing terangkat ke udara. Arena pun menjadi rusak.

Punggung mata sabit yang di pegang Madara terlihat diselimuti chakra berwarna biru. Dengan sabit tersebut Madara memaksa arah serangan dari perisai itu untuk berubah.

Serangan itu berhasil dihindarkan. Perisai besar yang digunakan untuk menyerang itupun terlihat telah cacat dengan retakan panjang akibat ulah Madara.

Dua koma di mata sharingan itu berputar lambat. Sabit itu Madara simpan terlebih dahulu dengan menggantungkan rantainya di pinggang. Kedua tangannya yang bebas membuatnya lebih leluasa untuk membentuk segel tangan.

"[Katon: Gōkakyū no Jutsu]"

Bola api ukuran besar keluar dari mulut Madara. Dengan mudah api itu melahap raksasa yang menjadi lawannya. Ada beberapa lawan yang juga ikut terbakar panasnya api.

"Apa?! Mera Mera no Mi!!!!"

Madara menatap komentator yang berteriak itu dengan datar. Untuk menunjukkan kalau api tersebut bukan berasal dari buah iblis, maka Madara sekarang menggunakan jutsu anginnya.

Tanpa gunbai favoritnya, Madara memfokuskan chakra angin di ujung pukulannya.

"[Fuuton: Senpuuken]"

"Apa-apa itu??!! Dua buah iblis!"

Madara terdiam dan tidak menanggapi tuduhan tersebut. Mungkin dia memang harus membatasi dua elemen untuk menyerang saat ini. Sementara itu jutsu dan elemen lainnya akan ia gunakan bila berada dalam keadaan darurat.

"Uwihaahhahaha, sekarang giliranku! Jesus Burgess!!!" Seru laki-laki itu seolah namanya penting bagi Madara.

"Akhirnya pemenang dari grup B dan penantang dari Madara memutuskan untuk turun tangan! Pertarungan akan semakin panasss!!"

Penonton kembali bersorak sementara peserta gladiator memberi mereka ruang untuk bertarung.

Beberapa dari mereka menepi karena ingin mengamati dan mencari kesempatan mengalahkan Madara yang fokus pada Burgess. Ada pula yang menyingkir karena merasa takut terkena serangan yang menyasar dari kedua petarung itu.

"[Katon: Karyu Endan]"

Karena komentator mengatakan pertandingan semakin panas maka dengan sengaja Madara menggunakan jutsu api terlebih dahulu untuk menyerang lawan yang masih berada cukup jauh darinya.

Serangan itu mampu melenyapkan tawa konyol dari Burgess. Naga api hasil jutsu Madara itu bergerak melahap tubuh laki-laki sombong itu.

Dari tempatnya berdiri, Madara melihat bahwa lawannya itu masih berdiri tegak dan kokoh.

"Baguslah, kau tidak semengecewakan mereka. Kemarilah dan menari denganku"

Burgess pemakan buah iblis Riki Riki no Mi itu maju untuk menyerang Madara. Dengan pukulan super-nya dia siap melayangkan tinju tepat ke wajah Madara.

Dua koma di sharingan itu berputar cepat, Madara menghindari pukulan itu. Hempasan serangan dari Buggess membuat rambut panjang hitam milik Uchiha itu terkibas. Sementara itu tumpukan petarung yang ada di belakang Madara sudah terlempar jauh menyisakan arena yang bersih.

Madara tertawa

"Terlalu lambat" ujar Madara sambil melayangkan tinju pada perut Burgess.

Tubuh kuat raksasa Burgess mampu bertahan walaupun dirinya bergerak mundur sejauh lima meter.

Serangan tumpul sepertinya kurang efektif terhadap tubuh keras lawannya itu. Tapi untuk Madara yang menyukai tantangan, keadaan itu justru membuat senyumnya bertambah lebar.

Mereka berdua bertarung dengan taijutsu, mungkin lebih tepatnya Madara dengan keahlian taijutsu-nya dan Burgess dengan serangan kuatnya.

Pukulan mereka saling beradu satu sama lain. Serangan dari Madara tentu saja lebih banyak mengenai lawannya, dengan gesit dirinya menghindari serangan Burgess satu persatu.

Meski kekuatan pukulan Madara tidak sebesar pukulan dari Burgess, tetap saja banyak luka memar yang mulai terpampang di tubuh lawannya itu.

Pertarungan yang berlangsung cukup lama itu terhenti karena Madara sudah merasa bosan dengan permainan pukul-hindar dari lawannya.

"Kau tangguh juga, Apa kau tidak mau menjadi bagian dari bajak laut Blackbeard?"

Semua penonton memasang wajah ketakutan. Mereka tidak ingin orang sekuat Madara terjerumus pada klombok bajak laut laknat seperti Blackbeard.

"Tidak"

Mendengar jawaban dari Madara, Burgess terlihat sangat marah. Sementara semua orang bernafas lega.

"Kau menyia-nyiakan kehormatan menjadi anggota Blackbeard!"

"Hm"

Burgess kemudian membuat salah satu kesalahan tersebarnya.

Raksasa itu berani-beraninya menatap rendah ke arah Madara dengan matanya yang menunjukkan rasa jijik dipenuhi kebencian.

Amarah Madara benar-benar meningkat, klan Uchiha pernah memberikan tatapan seperti itu kepada dirinya yang menjabat sebagai ketua klan. Mereka menuduh Madara mencuri mata Izuna. Mereka menyalahkan Madara karena klan Uchiha dipandang sebelah mata di desa Konoha. Mereka mengusir Madara karena tidak terpilih menjadi Hokage.

Madara benci tatapan itu, oleh karena Madara senang Obito membantu pembantaian klan Uchiha.

Dirinya benar-benar marah sekarang.

Kedua bola mata yang menatapnya itu benar-benar sasaran empuk untuk sharingan milik Madara.

Dengan cepat genjutsu itu menyerang Burgess dan membuat raksasa itu menurunkan pandangannya menatap lantai. Tubuh Burgess dengan sendirinya mencoba untuk berlutut di hadapan Madara.

"Jangan sekali-kali kau berani memandangiku dengan tatapan merendahkan" ujar Madara dingin dan sekarang kedudukan diantara keduanya itu berbalik.

Burgess terkapar di hadapan Madara yang masih berdiri tegak memandang rendah ke arah raksasa itu. Kedua mata Burgess berwarna putih dengan lidahnya yang keluar bersama busa dari mulutnya.

Penonton kembali bersorak dengan kekalahan dari Burgess.

"Madara!!"

"Madara!!"

"Madara!!"

"Dengarkan lah mereka, lalu camkan Namaku dengan baik"