Bangsawan yang Lemah / The Weakest Nobleman

HikariKaito
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.1k
    Views
Synopsis

Prologue ( Introduction )

"Salam kenal, namaku adalah Lumifoni Chronus Kazamiya" kataku dengan nada sedikit malu.

Itu adalah pertama kalinya diriku memperkenalkan identitas kepada orang lain, baru kali ini diriku bertemu dengan orang lain, karna pada dasarnya saat umurku 5-16 tahun aku mendapat kekangan dari Ayahku, atau lebih dikenal sebagai Ryren Abhati Kazamiya yang sekarang menjabat sebagai petinggi bangsawan Kazamiya.

Setelah perkenalan yang kulakukan, diriku tidak mendapat perilaku yang baik, bahkan beberapa orang pun mulai mengolok-olok diriku.

"Serius bocah Kurus ini memiliki darah yang sama denganku? Hahaha boleh juga candaanmu bocah!" ujar kakak tertuaku, Frezy Anala Kazamiya.

Salah satunya adalah kakakku, bukan hal aneh jika kakakku tidak mengenali diriku, karna pada dasarnya aku adalah anak terbuang dan aib keluarga yang disembunyikan, serta siapapun yang mengenalku pada waktu itu akan dibuat lupa ingatan tentang keberadaanku.

"Kakak..." gumamku dengan mata berkaca-kaca dan membayangkan masa laluku disaat umurku masih menginjak 4 tahun, yang dimana kami selalu melakukan hal bersama.

"Hei sialan... kenapa kau tidak membalas kata-kataku!'

Saat aku bergumam, dengan rasa kesal Frezy yang tidak menerima balasan dariku, dirinya pun berdiri dan menciptakan Fire Circle pada tangannya, membuatnya menciptakan Sihir Api tujuh Lapis yang bahkan mampu membakar tulang

Dirinya pun langsung meloncat dari tempat duduknya, dan bergerak secepat kilat untuk mendekati diriku dengan tangan kanan yang berada dibagian samping kepalanya.

"Terimalah ini dasar keparat!!!" katanya dengan perasaan emosi, tidak ada satupun yang dapat menghentikan tindakannya.

Aku melihat keatas, melihat kakakku yang berada didekatku dengan kepalan tangan kanannya serta kekuatan Api yang dipadatkan pada tangan itu, aku tidak bisa bergerak, tidak bisa menghindar, dan hanya melihat kenyataan yang akan terjadi secara jelas didepan mata.

Saat aku mempasrahkan realita dengan meneteskan air mata, seketika, sebuah tebasan berbasis atribut elemen kegelapan pun mentiadakan elemen api, merubahnya menjadi Api kegelapan yang hanya berpengaruh pada De Void bukan pada Manusia, jika dilontarkan pada seorang Manusia, kekuatan itu menciptakan sebuah Perisai Magis yang mampu melindungi Manusia itu dari dampak serangan lainnya, dan akibatnya aku tidak terpental akibat pukulan yang bersifat fisik itu.

"Penciptaan Kegelapan, Tebasan Imajinasi" gumam seseorang yang bahkan tidak ada seorangpun yang sadar atas rapalan yang dirinya lakukan bahkan tidak ada satupun yang sadar atas adanya aura miliknya.

"Energi Kegelapan?! Siapa... SIAPA yang berani mengacaukan sesuatu yang ingin kulakukan!!!" kata Frezy, emosinya pun mulai tersulut kembali.

Atas kejadian itu, orang-orang pun mulai membicarakan, serta mempertanyakan siapa orang yang telah menggunakan kekuatan kegelapan yang bahkan mampu mengacau Energy Source milik bangsawan.

Informasi: Sedikit Informasi untuk Source Energy, Source Energy sendiri adalah sebuah 'Inti' dari kekuatan manusia, yang dimana semakin besar Source Energy seseorang, maka semakin kuat juga kekuatan yang dikeluarkan orang tersebut, Source Energy sendiri juga mempengaruhi Aura keberadaan seseorang, semakin besar Source Energy maka semakin mencolok keberadaan orang tersebut.

"Bukankah itu aneh? Kekuatan bangsawan dikalahkan oleh kekuatan yang bahkan aura penciptanya itu sendiri tidak ada..."

"Siapa sebenarnya pengguna Energi Kegelapan itu?..."

"Bukankah kelas kita tidak memiliki seseorang beratribut Kegelapan?"

"Apakah kita harus menghentikannya? Kurasa dia telah kelewatan..."

"Tapi apa yang harus kita lakukan? Mungkin hanya dengan mendekat kita akan mati."

Beberapa opini pun dilontarkan oleh kebanyakan siswa dikelas itu, dan atas kejadian itu, emosi Frezy pun benar-benar tersulut dan menciptakan Aura yang sangat mencekam seisi kelas, membuat kebanyakan Siswa yang awalnya beropini pun terdiam.

"Hentikan, Kakak!" kataku dengan lantang.

Setelah berkata seperti itu, diriku pun memeluknya, berniat untuk menghentikan kekuatannya, akan tetapi dirinya menolakku, dan memukulku hingga terpental ke dinding.

"Bisa tidak dirimu berhenti? Dasar orang gila yang mengaku-ngaku sebagai adikku!" ujarnya setelah mementalkanku ke dinding.

Kelas itupun terisi hawa membunuh, bahkan tidak hanya kelas itu, lorong akademi pun juga merasakannya, rasa gemetar bertebaran dimana-mana.

"Perlihatkan dirimu sialan! Aku akan membunu-"

Tapi, itu tidak berselang lama, tiba-tiba sebuah cahaya pun bergerak dan berada dibelakang kakakku, cahaya itupun berubah menjadi wujud Manusia, seorang wanita yang sangat elegan, hanya dengan jarinya, wanita itupun mampu membuat kakakku jatuh pingsan sebelum sempat mengakhiri ucapannya.

"Dasar, jangan mengacaukan akademi milikku dong, jika tidak terima kekalahan lakukan saja Dueling secara resmi" kata wanita tersebut.

Dirinya pun menoleh kebelakang, menghadap diriku... aku melihat bahwa mimik wajahnya bergerak seolah ingin memberitahukan sesuatu, akan tetapi diwaktu bersamaan kesadaranku tidak bertahan lama, akupun jatuh pingsan saat itu juga.

Saat berada diruang penyembuhan Akademi, diriku diberitahukan bahwa diriku mengalami luka yang sedikit fatal, akan tetapi tidak mengalami kerusakan organ, hanya mengalami penguapan darah dan kerusakan kulit akibat aura api yang kakakku keluarkan.

"Bagaimana keadaan Kakakku itu?" itulah pertanyaan yang kulontarkan saat itu juga, walau diriku masih belum bisa membuka mata, tetapi firasatku terkait kakakku adalah terjadi hal buruk padanya.

"Tidak terjadi hal buruk padanya, lebih baik kamu mementingkan dirimu terlebih dahulu baru mementingkan orang lain" jawab seorang wanita yang berada didekatku

Aku terkejut saat mendengar suara itu, seperti tidak familiar bagiku, dan dengan aura darinya kurasa dirinya bukanlah seseorang yang menjaga Ruang Penyembuhan Akademi.

"Siapa kamu?" tanyaku terbata-bata akibat masi ada luka yang kualami.

"Aku? Aku adalah teman sekelasmu, namaku Nao Fukubi, atributku adalah Cahaya." jawabnya atas pertanyaanku.

"Mengapa kamu disini, Nao? Bukankah kita belum terlalu kenal?" balasku lagi dengan nada terbata-bata.

"Benar, kita belum terlalu kenal, tapi disini diriku ingin berkenalan denganmu, apakah dirimu mau menjadi temanku?" katanya dengan nada dingin.

"Aku bersedia menerima dirimu, tetapi diriku hanya orang biasa... Walau aku merupakan keturunan Kazamiya, mereka tidak menganggapku sebagai keturunan mereka. Lagipula, Source energy milikku juga sedikit." begitulah balasku dengan nada terbata-bata.

"Apakah status sosial adalah sebuah halangan dalam pertemanan?" begitulah tanyanya dengan ekspresi bingung atas perkataanku.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, dalam 1 waktu aku terpikirkan 2 kondisi, apakah pandanganku terkait sebuah pertemanan adalah kebenaran, atau hanyalah kepalsuan... Saat itu juga aku mengalami kebingungan.

"Tidak tahu" jawabku dengan nada terbata-bata

Aku menjawabnya diketepatan, dalam frasa ketidaktahuan membuat jawabanku berada pada 2 titik, benar atau salah, karna pada dasarnya aku tidak memahami pandanganku sendiri.

"Ah iya, setelah dirimu sembuh, pergilah ke Ruang Kepala Akademi, dirinya ingin bericara denganmu." katanya dengan nada dingin lagi.

"Serta, jangan lupa untuk membalas budi apa yang telah kulakukan padamu~" lanjutnya dengan nada sedikit nakal.

Dirinya pun berbalik badan, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkanku sendirian... Akupun juga berbalik, tidak lagi melihatnya melainkan melihat jendela yang ada pada Ruang itu dan tepat didekatku.

"Membalas budi atas apa yang dirinya lakukan?... Memangnya, apa yang telah dia lakukan?" kataku kebingungan

Aku berkata seperti itu sambil memandang indahnya cahaya rembulan, juga dengan samar-samar melihat wajah Nao dibulan itu sendiri, saat itu aku merasakan detakan yang sangat kencang pada dadaku, seolah diriku merasakan suatu perasaan yang tidak pernah kurasakan.

"Aneh sekali... Aku disini berniat mempelajari Energi supaya menjadi salah satu dari Seven Principle, mengapa disini diriku malah tertarik oleh keberadaan orang lain" gumamku dalam kesendirian itu.