Chereads / Bangsawan yang Lemah / The Weakest Nobleman / Chapter 3 - Chapter 3 ( Kehidupan di Akademi bagian III 'Sebuah tempat' )

Chapter 3 - Chapter 3 ( Kehidupan di Akademi bagian III 'Sebuah tempat' )

"Ahh bosan sekali~" ujarku sambil berbaring dikasur.

Aku pun berdiri, membuka jendela kamar, dan mulai menikmati pagi hari itu,

"Indahnya..." kataku menatap langit.

Akan tetapi hal itu tidak bertahan lama, beberapa detik kemudian seseorang mengetuk pintu kamar asramaku, dengan perlahan akupun menghampirinya.

"Siapa ya?" tanyaku.

"Ah ini aku, Nao" jawabnya.

Aku pun langsung membukakan pintu itu secara perlahan, sambil mengintip juga benar atau tidaknya.

"Ah benar ternyata"

Setelah memastikannya, akupun membukakan pintu itu, saat melihat Nao secara langsung, aku terpesona olehnya, gaun yang dikenakan olehnya sangatlah indah dan mengkilap.

"Wah... Ekhem, kenapa dirimu kemari?" tanyaku.

"Bukankah beberapa hari lalu kita ada janji dengan kepala akademi?" jawabnya.

Aku pun baru ingat masalah itu, malahan hari ini sudah cukup jauh dengan hari yang ditentukan sebelumnya, seketika diriku pun bergetar karna takut dimarahi oleh Kepala Akademi.

"A-A-A-Ah I-I-I-Iya Y-Y-A" balasku terbata-bata sambil berkeringat.

"Hm? Mengapa dirimu begitu berkeringat dan terbata-bata saat berbicara" tanyanya.

"Tidak ada apa-apa" jawabku,

"tapi, kepala akademi tidak akan membunuh kita, kan?" lanjut dan tanyaku.

"Ah? Kau takut dengannya? Santai aja, dia tidak akan marah kok~" jawabnya

Nao pun mengakhiri jawaban atas pertanyaannya dengan ekspresi imut, seolah dirinya menyembunyikan sesuatu atas apa yang akan terjadi kedepannya.

"Menakutkan..." gumamku.

Kita pun berjalan menuju ke ruang kepala akademi, untung saja hari ini hari libur, jika tidak mungkin kita akan menjadi sorotan publik karna berjalan hanya berduaan saja.

Beberapa saat kemudian, diriku pun mengeluh karna jauhnya perjalanan,

"Ahh, mengapa aku sangat lelah... sejauh apa ruang kepala akademi?" tanyaku.

Suaraku pun sedikit menggema

"Tidak, ini bukanlah dikarnakan jarak, tetapi memang ada sebuah mantra penghalang..." jawabnya dengan nada pelan dan hati-hati.

Setelah beberapa saat kemudian, terdengar suara seseorang dari kejauhan.

"Hei kalian berdua!" katanya.

Suara itu menggema layaknya tidak memiliki tempat untuk bebas dari kekangan ruang, membuatnya tetap terdengar walau dalam jarak yang cukup jauh.

"Ha? Siapa itu!" balasku.

Suaraku yang jelas itu juga menggema dan memenuhi ruang yang seolah keberadaannya ada pada dimensi yang berbeda.

"Hm ini aneh..." gumam Nao.

Aku telah menunggu jawaban dari seseorang tadi, akan tetapi dirinya tidak membalasnya, saat itu juga kami berniat melanjutkan perjalanan

Hanya saja saat itu juga kami mendengar suara langkah kaki dari arah dimana suara yang kita dengar sebelumnya berasal, kami pun secara cepat membalikkan badan.

"Siapa disana!" kataku dan Nao secara bersamaan.

Kami tidak berbicara satu sama lain, kami berfokus pada kewaspadaan diri sendiri, dan bersiap menggunakan kekuatan jika diperlukan.

"Bruak"

Tak selang lama, terdengar suara itu, seolah seseorang terjatuh dari langkahnya yang perlahan.

"Aduh..."

Suara yang bergeming pun terdengar, dan juga, asal dari suara yang bergeming itu tidak jauh, seolah hanya beberapa langkah saja didepan kami.

Dengan sedikit keberanian, aku pun memberanikan diri untuk mendekati asal dari suara tersebut, dan juga saat itu diriku menghiraukan apa yang diperingatkan oleh Neo,

"Kau siapa?" tanyaku dengan nada rendah, entah kepada siapa.

Alih-alih mendapatkan jawaban yang pasti, aku malah melihat darah yang tercecer di tanah, darah itu mengalir dan mengalir hingga sampai ke sepatuku, hal itu membuatku mengalami pengelihatan terhadap ingatan masa lalu.

Aku melihat seseorang dengan perlengkapan penuh berjalan menuju ke sebuah tempat, orang itu berkata yang setidaknya dapat diambil kesimpulan, yaitu bahwa tempat yang akan dirinya datangi ini adalah sebuah Dungeon kelas atas.

Aku masuk seperti dalam dunia game, diriku menjadi orang tersebut, hanya saja tidak berkata sepatah katapun. Diriku juga tidak dapat bergerak kepada sesuatu yang berlawanan, seperti seolah ini adalah sebuah takdir yang tidak bisa diabaikan.

Hal itu membuatku mengikutinya, mengikuti arah takdir yang akan membawaku kepada sebuah jawaban dibalik semua hal ini, itulah pikirku saat itu, akan tetapi sebuah realita tidak sesuai harapanku.

Yang diriku lihat didepan bukanlah sebuah jawaban, melainkan sesuatu yang lebih mengerikan dibanding apa yang diriku alami saat ini, pandangan yang mampu membuat manusia biasa mengalami muntah.

Itu adalah pemandangan yang sangat-sangat mengerikan, diriku melihat banyak manusia tergeletak tanpa nyawa, dan mereka tidak mengalami kematian yang sama, beberapa dari mereka badan dan bagian kakinya terpotong, juga beberapa manusia yang ada disana diperlihatkan tidak memiliki organ, seolah organ mereka juga terpencar.

"Apakah ini adalah sebuah jawaban?" gumamku, atau lebih tepatnya wadah dari jiwaku yang memasuki dungeon ini.

Seketika, kegelapan pun menutupi cahaya yang tersisa, para manusia yang mati itu pun terlahap oleh kegelapan yang padat, menyisakan diriku sendiri diantara kekosongan.

"..."

Diantara kekosongan itu, sebuah celah cahaya pun mulai terlihat, seolah sebuah kegelapan itu sendiri telah berubah menjadi terangnya cahaya, memalsukan kenyataannya sebagai sesuatu hal yang gelap dan menjadi kebohongan yaitu sebagai sesuatu hal yang terang.

Setelahnya, tidak jelas apa yang terjadi, akan tetapi jiwaku seolah keluar dari tubuh orang yang ku masuki tadi, sekarang jiwaku melayang-layang tanpa arah, melihat sebuah kematian baru yaitu kematian tubuh seseorang yang menjadi wadah bagi jiwaku tadi.

Sekarang, jiwa yang melayang-layang tanpa arah itu pun mengalami kejadian yang sama, berada dikekosongan dan melihat kegelapan yang berubah menjadi cahaya, akan tetapi terjadi sedikit perbedaan, cahaya itu tidak menjadi sepenuhnya, karna ruang tempat cahaya itu berada perlahan mulai terdistorsi, dan menyedot diriku untuk memasukinya.

Di ruang hasil distorsi itu, aku melihat sebuah taman yang indah dengan bunga-bunga yang sedang mekar. Namun, ada interaksi antara seorang lelaki tanpa baju dan seekor ular di atas pohon.

Akan tetapi, aku tidak bisa memahami apa yang mereka katakan. Tiba-tiba, lelaki itu memalingkan badannya, menatapku, dan berkata dalam bahasa yang aku mengerti,

"Kamu tidak perlu tahu kebenarannya, kembalilah." ucapnya

Seketika itu juga, aku mendengar suara seorang wanita di sampingku, meskipun suara itu tidak terdengar dengan jelas karena indra pendengaranku seolah tertutupi oleh sesuatu.

Setelahnya, Aku memaksakan diri untuk membuka mata secara perlahan demi melihat siapa wanita itu, dan mulai menggerakkan tubuhku dari posisi sebelumnya.

"Hei, bangunlah!"

Itulah suara yang kudengar, dan bernada seperti dari seseorang yang kukukenal. Aku pun membalas perkataannya,

"Ada apa?" balasku dengan suara rendah.

Nao mengusap wajahnya yang mengeluarkan air mata seperti berlian, lalu memelukku erat seakan khawatir akan kehilangan sesuatu yang menjadi miliknya.

"Kau!!! Sialan, kau menakutiku!" katanya sambil memelukku dengan erat dan mengeluarkan air mata.

Perasaan Nao saat itu tercampur aduk, antara senang dan takut. Dia senang bahwa aku telah kembali, tetapi juga takut bahwa aku mungkin tidak seperti dulu lagi.

Aku melihatnya. Sekarang, aku mampu melihat sudut pandang orang lain serta memori mereka dari masa lalu, dan aku menyadari bahwa Nao sedang mengalami perasaan itu.

Sebelumnya, Nao telah mencoba membangunkanku yang pingsan, tetapi aku melihat matanya yang penuh keputusasaan, seolah harapannya telah sirna dikarnakan tubuhku yang tidak bernafas.

"Nao, apakah kamu tahu tentang Dungeon?" tanyaku.

Tentu itu adalah pertanyaan paling mendasar yang terpikirkan pada pikiranku, pada dasarnya sejarah dungeon sendiri hanya sebuah legenda.

Nao terlihat sedikit bingung dengan pertanyaan yang aku lontarkan, dan alasan mengapa diriku menanyai hal seperti itu, hanya saja dia tetap menjawab berdasarkan pengetahuannya.

"Dungeon... Menurut legenda, dungeon adalah sebuah tempat yang memiliki dimensi berbeda dari seharusnya, serta Dungeon sendiri sering berisikan sebuah benda berharga dan terkadang hanya ada didalam Dungeon itu sendiri, misal sebuah relik yang dijadikan aksesoris penambah kekuatan, biasanya Dungeon mencakup hal itu" Kata Nao.

Setelah Nao menjelaskan hal itu, rasa ingin tahuku tentang kebenaran di balik dungeon tingkat atas yang ditunjukkan padaku sebelumnya semakin membesar.

"Nao, bukankah sedikit lebih baik jika kita menjelajahi tempat ini lebih lanjut? Kumohon..." ucapku dengan nada meminta.

"Uhh... Bisakah kamu menjelaskan alasanmu?" tanyanya.

Aku pun menjelaskan kepada Nao bahwa tempat ini kemungkinan besar adalah sebuah Dungeon yang dihasilkan oleh sesuatu, bukan sebuah jebakan yang dibuat oleh Kepala Akademi.

Serta, dengan sedikit melebih-lebihkan hal tersebut membuat Nao semakin tertarik untuk menjelajahi tempat ini, dirinya juga penasaran terkait Dungeon yang juga berkaitan dengan masa lalunya.

"Baiklah, ku terima tawaranmu" ucap Nao.