Chereads / Gaun-Merah-Jambu-Amira / Chapter 3 - Sebuah Tantangan

Chapter 3 - Sebuah Tantangan

"Selamat pagi semua!" salam Pak Banu di depan kelas kepada Mahasiswi-mahasiswinya sebelum memulai mengajar.

"Selamat pagi, Pak!" jawab Mahasiswi-mahasiswinya, termasuk Mirna, Amanda, Amira, dan Sofie secara serentak.

"Sebelum saya mulai, saya informasikan kepada kalian semua terlebih dahulu bahwa saya memiliki informasi mengenai sebuah lomba yang sangat menguji kreativitas kalian dalam merancang busana!" kata Pak Banu kepada Mahasiswi-mahasiswinya sambil menaruh tas punggung dan jinjingnya yang keduanya berwarna hitam di atas meja khusus dosen. 

"Apa itu, Pak??" tanya Sofie.

"Baik! Bapak akan jelaskan kepada kalian semua!" jawab Pak Banu sambil membuka tas jinjing hitamnya, lalu dia segera mengeluarkan laptopnya. Setelah itu, Pak Banu menyalakan laptopnya. Kemudian, Pak Banu mengambil sebuah modem dari dalam tas jinjingnya tersebut, lalu Pak Banu segera menancapkan modemnya tersebut ke laptopnya. Setengah menit kemudian, internet pun terkoneksi. Setelah itu, Pak Banu menghubungkan laptopnya di mejanya dengan sebuah proyektor yang sudah tersedia.

"Tunggu sebentar ya! Saya buka dulu websitenya!" kata Pak Banu kepada Mahasiswi-mahasiswinya.

"Nah, ini dia yang saya maksud!" sambung Pak Banu sambil menunjukkan website yang dimaksud tadi kepada Mahasiswi-mahasiswinya di layar.

"Tolong dijelaskan dong pak!" kata Mirna dengan suara agak keras.

"Pasti, Mirna!" jawab Pak Banu segera.

"Ini adalah sebuah kontes merancang busana dan memperagakannya di atas catwalk tingkat Nasional bagi Mahasiswa Tata Busana khusus semester 7! Kalian semua nanti bisa mengakses websitenya ini!" jelas Pak Banu.

"Kalau ada pertanyaan lagi, silakan!" kata Pak Banu kepada semua Mahasiswinya.

"Hadiahnya apa dan di mana, Pak??" tanya Amira dengan sangat ingin tahu.

"Huuuuuuuuh!" sahut Amanda.

"Baca dulu dong! Gimana siihh??" tambah Mirna.

"Mirna dan Amanda, tolong diam dulu ya!" pesan Pak Banu kepada Mirna dan Amanda.

"Baik, Amira! Bapak akan jelaskan! Untuk semuanya, simak baik-baik ya!" jawab Pak Banu dengan ramahnya kepada Amira yang barusan sempat jutek, karena diusilin Mirna dan Amanda. Namun, setelah Pak Banu melindunginya, wajah Amira kembali ceria lagi. 

"Jadi, kontes ini individu! Artinya, setiap Mahasiswi tampil memeragakan busana atau gaun rancangannya sendiri di atas catwalk!" jelas Pak Banu singkat.

"Mengenai hadiahnya, akan dipilih sepuluh busana terbaik dan juara satu sampai tiga akan menjadi model di sebuah Majalah mingguan dari Jakarta ini!" jelas Pak Banu menyambung penjelasannya yang tadi. 

"Dan, ini adalah besaran hadiah uang bagi juara satu sampai tiga! Bisa kalian baca di bagian ini!" sambung Pak Banu sambil menunjuk sebuah kotak berisi besaran uang dan trofi bagi juara satu sampai tiga dengan sinar laser warna merah berbaterai di layar.

"Ada yang ditanyakan lagi??" tanya Pak Banu kepada semua Mahasiswinya. Suasana kelas hening sejenak selama satu menit. Karena Pak Banu merasa semua Mahasiswinya tersebut sudah paham, Pak Banu berencana melanjutkan materi perkuliahan minggu kemarin yang masih belum selesai dia kupas.

"Juara pertama?? Ngimpiiiii!" usil Mirna dengan suara agak keras. Mirna bermaksud menyindir Sofie dan Amira.

"Mirna, sssssstttttt....!" ingat Pak Banu dengan muka serius sambil memberikan isyarat dengan tangan kanannya menempel ke mulutnya kepada Mirna. Kelas pun menjadi gaduh dengan gelak tawa Mahasiswi-mahasiswi Tata Busana semester 7 ini. Sementara itu, hati Sofie sangat mendongkol kepada Mirna, sedangkan Amira hanya diam saja sambil bertekad untuk membuktikan kepada Mirna dan Amanda di kontes itu nanti. Setelah Pak Banu selesai mengupas tuntas materi perkuliahan minggu kemarin, seluruh Mahasiswi-mahasiswinya meninggalkan kelas, kecuali Mirna dan Amanda yang sedang merayu Pak Banu untuk membimbing mereka berdua dalam mengikuti kontes nanti.

"Pak, bimbing kami berdua dong buat ikut kontes nanti!" rayu Mirna. Pak Banu hanya melirik Mirna sambil tersenyum-senyum sejenak, lalu Pak Banu melepas lirikannya dan kini memasukkan laptopnya ke dalam tas jinjing hitamnya.

"Bimbing kami berdua dong, Pak! Pleeeaaaassseeeee!" rengek Amanda sambil menggoyang-goyangkan lengan kanan Pak Banu yang sekarang sedang sibuk memasukkan charger laptopnya.

"Bantu saya dulu membereskan proyektor itu! Ayo cepat sebelum ada dosen lain masuk kelas ini!" perintah Pak Banu sambil melihat waktu di arlojinya dan tersenyum kepada kedua Mahasiswi kesayangannya tersebut.

"Siap, Pak!" jawab Amanda sambil menghormat kepada Pak Banu.

"Hei, kamu juga, Mirna! Bantuin Amanda dong! Jangan duduk aja! Nanti nggak saya bimbing loh!" kata Pak Banu kepada Mirna yang sedang duduk di kursi yang biasanya diduduki Sofie. Dengan agak-agak malas, Mirna beranjak dari kursi yang didudukinya dan segera membantu Amanda.

"Ingat ya Pak, jangan ada temenku lainnya yang minta bimbingan Bapak lagi ya selain kami berdua! Awas!" ancam Mirna dengan muka serius kepada Pak Banu.

"Iya, beres, Mirna!" janji Pak Banu.

"Nanti saya dapat hadiah apa nih dari kalian berdua kalau menang??" tanya Pak Banu sambil tersenyum.

"Pastinya lebih kecil dari hadiah pemenang juara pertama dong, Pak!" jawab Mirna sambil menoleh ke Pak Banu yang saat ini sedang membantu Amanda menggulung kabel proyektor.

"Iya kan, Nda??" tanya Mirna kepada Amanda.

"Betul!" jawab Amanda sambil meletakkan kabel proyektor yang digulungnya tadi di sebelah proyektornya.

"Berapa hadiahnya untuk pemenang pertama tadi, Pak??" tanya Mirna kepada Pak Banu yang sekarang sedang duduk di kursi yang sering diduduki Amira.

"Rp.25 juta dan sebuah mobil!" jawab Pak Banu.

"Rp.10 juta aja kalau begitu!" janji Mirna kepada Pak Banu.

"Kalau kamu berapa ngasihnya kalau menang, Nda??" tanya Mirna kepada Amanda.

"Sama dengan kamu, Mir! Hahaha....!" jawab Amanda sambil tertawa ngakak.

"Kok kamu malah ketawa sih??" tanya Pak Banu sambil menatap Amanda dengan tatapan aneh yang sekarang duduk di meja dosen.

"Tadi cuma becanda aja pak! Pesimis menang saya pak!" jawab Amanda dengan tersenyum.

"Kalian berdua itu cantik dan seksi! Saya yakin kalian berdua itu nanti salah satunya ada yang menang! Syukur-syukur kalau dua-duanya!" kata Pak Banu.

"Iya dooongg! Masak Amira sama Sofie?" kata Mirna. Setelah itu, Mirna, Amanda, dan Pak Banu ngakak bersama.

"Kalian berdua kayaknya suka sekali mengolok-olok Amira dan Sofie ya??" tanya Pak Banu sambil ngakak lagi cukup keras.

"Embeeeeerrr!" jawab Mirna sambil ngakak lagi.

"Emangnya napa siihh??" tanya Pak Banu lagi dengan sangat ingin tahu kepada Mirna.

"Penampilannya itu loh, Pak! Lucuuuuu! Mukanya aneh!" jawab Mirna.

"Bikin bete jadi ilang klo ngolok-ngolok dia!" jawab Mirna lagi sambil ngakak yang kemudian diikuti gelak tawa Amanda, sedangkan Pak Banu hanya tersenyum saja.

"Masak Mahasiswi Tata Busana penampilannya seperti itu sih?? Yang modis dikit doongg!" kata Mirna sambil ngakak lagi. Amanda dan Pak Banu menjadi ikut-ikutan tertawa ngakak juga sekarang.

"Betul banget kamu, Mirna! Mereka berdua Mahasiswi aneh! Saya sempat kaget melihat penampilannya sejak semester satu hingga sekarang ini! Kok tetep gitu-gitu aja!" jelas Pak Banu yang kemudian tertawa-tawa menertawai Amira dan Sofie.

"Eh, sebentar lagi ada kuliah lagi di sini loh!" kata Pak Banu sambil melihat waktu di arlojinya yang masih kurang setengah jam lagi ada kuliah di kelas yang sekarang ditempati Pak Banu, Mirna, dan Amanda.

"Yuk kita keluar dari kelas ini! Saya mau ke ruang dosen untuk browsing di sana!" ajak Pak Banu sambil beranjak dari kursi yang didudukinya kepada Mirna dan Amanda. Mirna dan Amanda segera mengikuti langkah kedua kaki Pak Banu keluar dari dalam kelas.

"Nanti aku akan samperin Amira dan Sofie aaaahhh!!" kata Mirna kepada Pak Banu dan Amanda sambil berjalan beriringan. Posisi Pak Banu berada di tengah, sedangkan Mirna ada di sebelah kanannya dan Amanda ada di sebelah kirinya.

"Ngapain kamu samperin Amira dan Sofie, Mir??" tanya Pak Banu sambil menoleh ke Mirna dengan tatapan yang serius. Sementara itu, Amanda hanya senyum-senyum saja, karena sudah tahu gelagat sahabat karibnya itu. 

"Aku akan tantang Amira dan Sofie bertaruh di kontes nanti!" jawab Mirna dengan optimis.

"Heemmmm...mulai lagi dech!" kata Pak Banu yang masih menoleh ke Mirna sambil ketiganya terus berjalan.

"Aku nanti akan kasih uang Rp.10 juta bagi salah satu dari mereka berdua kalau bisa menembus babak final! Kalau mereka berdua tidak bisa menembus final, mereka berdua harus kasih aku duit Rp.10 juta!" jelas Mirna.

"Kalau mereka berdua bisa masuk final, gimana??" tanya Pak Banu yang masih menoleh ke Mirna untuk mendengarkan ocehannya.

"Ya nggak bisa dong kamu cuma ngasih salah satunya!" kata Pak Banu sedikit ngomporin yang sekarang pandangannya lurus ke depan sambil melihat Mahasiswi-mahasiswinya berjalan di depannya menuju ke kelasnya masing-masing untuk kuliah. Beberapa di antara mereka ada yang menyapa Pak Banu, Amanda, dan Mirna. Mereka adalah adik-adik tingkatnya Amanda dan Mirna.

"Oh iya ya!" kata Mirna sambil tersenyum malu.

"OK! Kalau begitu aku kasih mereka berdua masing-masing Rp.10 juta!" janji Mirna dengan serius.

"Deal, Mir??" tanya Pak Banu kepada Mirna sambil berhenti berjalan sejenak dan mengajak Mirna berjabat tangan untuk mengajak bersepakat dengannya.

"Aku deal dengan Amira dan Sofie dooong Pak! Itu kalau mereka berdua atau salah satunya berani menerima tantanganku ini nanti!" jawab Mirna.

"Halah kayaknya mereka berdua cemen, pak!" remeh Mirna.

"Makin seru nih kayaknya nanti!" sahut Amanda sambil terkekeh.

"Apa kamu ikut bertaruh, Nda??" tanya Pak Banu kepada Amanda.

"Nggak dech, Pak! Duit segitu banyaknya mending saya tabung dech, Pak!" jawab Amanda sambil mengibaskan rambut panjang hitam lurusnya yang indah. Dalam hati Pak Banu, Amanda nantilah yang bakal masuk final, karena Amanda lebih cantik dan seksi dari Mirna.

"Udah dulu ya! Bapak mau masuk ke ruang dosen dulu! Sampai jumpa nanti ya Mirna dan Amanda!" pamit Pak Banu kepada Mirna dan Amanda ketika sudah berada di bibir pintu ruang dosen.

"OK! Sampai jumpa nanti juga, Pak!" balas Mirna.

"Eh, yuk ikut aku nyari Amira dan Sofie, Nda!" ajak Mirna kepada Amanda.

"Nanti aku traktir makan-makan di kantin itu dech!" janji Mirna kepada Amanda.

"Serius nih??" tanya Amanda untuk memastikan Mirna akan menraktirnya kalau mau diajak mencari keberadaan Amira dan Sofie sekarang.

"Aku seriuuuuusss, Amandaaaa!!" jawab Mirna.

"OK dech yuuuukk mariiiiii!" kata Mirna sambil merangkul Mirna dengan bersemangat. Amanda tidak bertanya kepada Mirna mengapa Mirna sekarang mengajaknya mencari keberadaan Amira dan Sofie, karena Amanda sudah mengetahuinya kalau Mirna bakalan mengajak Amira dan Sofie taruhan di kontes Miss Fashion & Designer nanti. 

"Semangat bener neeeeengg!" celetuk Mirna sambil tersenyum.

"Iya, doooonggg! Dapat traktiran makan-makan gratis gitu looohh!" jawab Amanda sambil tertawa ngakak.

"Hmmmmm....dasaaarrr!" canda Mirna. Setelah itu, Amanda dan Mirna tertawa bersama. Mirna dan Amanda pun mencari keberadaan Amira dan Sofie di sekitar gedung perkuliahan Tata Busana. Mereka berdua menghabiskan waktu selama satu jam mencari keberadaan Amira dan Sofie, tapi masih belum ketemu.

"Di mana ya mereka berdua??" tanya Mirna kepada Amanda.

"Eeeeehhhmmm...kita cari di kantin yuk! Barangkali di sana!" ajak Amanda.

"Yuuuuukkkk mariiiiiii! Kayaknya udah laper nih si eneng!" jawab Mirna sambil bercanda.

"Hahahaha....sekalian mampir ke sana dooonggg! Kan perut ini udah keroncongan! Hehehehe....!" kata Amanda yang optimis kalau Amira dan Sofie ada di kantin sekarang.

"Hmmmm.....dasaaaarrrr!!" canda Mirna yang kemudian keduanya ngakak bersama.

"Kalau mereka berdua tidak ada di kantin, kita nyari ke mana lagi, Nda??" tanya Mirna sambil berjalan merangkul Amanda menuju ke kantin.

"Makan dulu lah! Perut ini sudah keroncongan, jeng Mirnaaa! Nanti kita cari mereka berdua di Perpus Pusat saja!" jawab Amanda sambil tersenyum kepada Mirna.

"Hmmmm....dasaaaaarrr!!" canda Mirna yang kemudian keduanya ngakak bersama. Setelah sampai di kantin, Mirna dan Amanda menemukan Amira dan Sofie sedang makan-makan bersama.

"Eh, itu dua barang antik yang kamu cari-cari tadi dech, Mir!" kata Amanda kepada Mirna sambil menunjuk ke Amira dan Sofie yang sedang melahap makanannya dalam satu meja berhadap-hadapan.

"Oh, iya! Memang itu barang-barang antik yang aku cari selama ini! Mereka berdua mau aku koleksi!" jawab Mirna yang kemudian keduanya ngakak bersama. Mirna dan Amanda segera mendekati Amira dan Sofie. 

"Hai, bidadari-bidadari cantik!" sapa Mirna kepada Sofie dan Amira sambil duduk di sebuah kursi plastik tanpa sandaran di samping Amira, sedangkan Amanda duduk di samping Sofie.

"Gimana kabarnya kalian berdua??" tanya Mirna kepada Amira sambil mengambil tiga buah kerupuk pangsit di mangkuk mie ayam Amira, lalu Mirna memakan ketiga kerupuk tersebut sekaligus sambil menatap wajah Amira yang sedang meniup-niup beberapa helai mie pangsitnya yang masih cukup panas yang sudah digulung-gulung dengan garpunya. Setelah Amira melahap beberapa helai mie pangsit yang sudah agak dingin karena tiupan-tiupannya tadi, Amira menoleh ke Mirna dengan tatapan yang sinis sejenak.

"Kok tumben nanyanya gitu??" tanya Amira sambil tersenyum, lalu meminum dua teguk segelas teh hangat manisnya. Kemudian, dia mengelap mulutnya dengan sebuah tisu yang barusan diambilnya dari dalam kotaknya di tengah meja. Setelah itu, Amira bertopang dagu sambil menatap Sofie yang sedang mengunyah-ngunyah mie pangsit ayamnya sambil sesekali melirik sinis Mirna.

"Emang nanya nggak boleh??" tanya Mirna kepada Amira dengan sedikit sewot.

"Napa nggak diterusin makannya??" tanya Mirna lagi, sedangkan Amanda sejak tadi udah sibuk dengan HPnya.

"Alhamdulillaahh, kabarku baik-baik saja!" jawab Amira sambil menggulung-gulung mie pangsit ayamnya dengan garpu dan sesekali menyeruput kuahnya dengan sendok.

"Oooohhh, syukurlaaahh kalau begituuuuu!" kata Mirna sambil sedikit memonyongkan bibirnya dengan sengaja.

"Kalian berdua ngapain sih duduk di sini??" tanya Sofie dengan sewotnya kepada Mirna dan Amanda sambil mengaduk-aduk es teh manisnya, lalu meneguknya dua kali.

"Bikin bete aja! Di situ kan masih ada meja kosong!" kata Sofie dengan muka cemberut.

"Tenang dulu, Sofie! Tenang dulu ya! Mirna ada perlu dengan kalian berdua! Iya, nanti aku dan Mirna pindah ke meja yang kosong itu kok! Tenang aja!" kata Amanda kepada Sofie yang berusaha meredam amarahnya.

"Ngomong aja langsung sekarang!" kata Sofie dengan judesnya.

"Pake nanya-nanya kabar Amira segala!" sambung Sofie sambil memalingkan mukanya ke samping dan memandangi Mahasiswa-mahasiswa lainnya yang sedang makan di meja-meja lainnya sambil ngobrol-ngobrol.

"Langsung aja ngomong, Mir! Perutku udah laper nih!" kata Amanda kepada Mirna dengan muka sebel.

"OK! Daripada kita berdua berlama-lama memandangi wajah dia dan dia yang malah bikin pening kepalaku aja!" jawab Mirna dengan kesal kepada Amira dan Amanda. Sofie segera menoleh ke Mirna lagi dengan muka cemberut setelah Mirna mengatakan pening melihat wajah Amira dan dia, sedangkan Amira tetap memakan mie pangsit ayamnya sambil sesekali melirik Mirna di sampingnya dan melihat Amanda yang kembali sibuk dengan HPnya.

"Jadi, dengarkan baik-baik ya nona-nona! Maksud kedatanganku ke sini itu untuk menantang kalian berdua di kontes Miss Fashion & Designer nanti!" jelas Mirna kepada Amira dan Sofie sambil berdiri dari kursi yang didudukinya. Amira dan Sofie masih cuek dengan perkataan Mirna.

"Kalau kalian berdua masuk final, aku kasih masing-masing Rp.10 juta! Kalau salah satu dari kalian berdua masuk final, aku juga kasih Rp.10 juta! Tapi, kalau aku yang masuk final, kalian berdua harus kasih aku Rp.10 juta!" jelas Mirna lagi kepada Amira dan Sofie yang sekarang keduanya sedang melahap mie pangsit ayamnya.

"Gimana??" tanya Mirna kepada Amira dan Sofie.

"Halaaahh, nggak mungkin kalian berdua bisa masuk final nanti!" remeh Mirna.

"Nda, yuk kita ke meja yang kosong itu! Aku sudah laper! Daripada kita nunggu keputusan mereka berdua! Pasti nggak berani!" kata Mirna sambil beranjak dari kursi yang didudukinya.

"Baiklah! Aku terima tantanganmu, Mirna!" jawab Amira sambil tersenyum dan menatap wajah Mirna.

"Aku juga terima tantanganmu, Mirna!" jawab Sofie yang juga sambil tersenyum dan menatap wajah Mirna.

"Serius lu??" tanya Mirna yang tak percaya sambil tertawa-tawa meremehkan Amira dan Sofie.

"Sof, kamu juga terima tantangannya Mirna??" tanya Amira kepada Sofie.

"Iya, aku juga terima tantangannya Mirna, Mir!" jawab Sofie dengan wajah dingin.

"Amanda nggak ikut tantangan ini!" kata Mirna kepada Sofie dan Amira.

"Kalian berdua berdiri dong buat bersalaman denganku tanda deal! OK??" sambung Mirna yang sudah merasa bakal masuk final, karena dia dibimbing oleh Pak Banu.

"Siapa takut?!" kata Amira. Setelah itu, Amira dan Sofie bergantian bersalaman dengan Mirna sebagai tanda kesepakatan mereka berdua dengan Mirna. Kemudian, Mirna dan Amanda menuju ke meja kosong di sebelah mejanya Sofie dan Amira.