"Ada yang bisa eike bantu, mbak-mbak aneh??" tanya seorang pegawai salon kecantikan yang nama perempuannya adalah Winarti dan nama prianya Winarto kepada Amira dan Sofie ketika mereka berdua sudah berada di dalam sebuah salon kecantikan di tepi kampungnya. Karena Amira dan Sofie masih diam dan saling pandang, seorang pegawai salon kecantikan tersebut melototi Amira dan Sofie dari ujung sandal jepit hingga pangkal rambut mereka berdua dengan pandangan yang aneh, lalu dia tertawa-tawa cukup kencang dengan genitnya sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
"Narti, jangan kencang-kencang dong ketawanya!" ingat Bu Hani si pemilik salon kecantikan yang sedang melayani seorang pengunjungnya creambath tanpa menoleh ke Winarti alias Winarto.
"Ini loh bund ada dua cewek aneh datang kemari nggak tahu dari mana asalnya!" jawab Winarti sambil menoleh ke Bu Hani yang masih sibuk mengcreambath rambut pengunjungnya.
"Dari planet Pluto kali, bund!" kata Winarti sambil ngakak dengan genitnya, tapi kali ini mulutnya yang cukup lebar dibiarkan terbuka.
"Layani aja!" kata Bu Hani cepat dan cukup keras.
"Siap, bund!" jawab satu-satunya pegawainya tersebut sambil tersenyum-senyum.
"Kok manggil kita berdua mbak-mbak aneh siihh??" tanya Sofie dengan muka cemberut kepada Winarti. Si bencong salon kecantikan itu hanya tertawa-tawa ngakak saja. Bu Hani menoleh ke Winarti sejenak, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Winarti yang sedang tertawa ngakak tersebut. Setelah itu, Bu Hani kembali mengcreambath pengunjungnya. Seorang pengunjung yang sedang dilayani oleh Bu Hani sekarang ini tidak mendengar sama sekali percakapan mereka berempat, karena dia sedang membaca sebuah Majalah sambil mendengarkan musik di HPnya dengan memakai earphone.
"Kalian berdua ke sini mau ngapain??" tanya Winarti serius.
"Mau potong rambut!" jawab Amira kalem yang sedikit ketakutan.
"Kalau kamu, Sof?" tanya Amira kepada Sofie.
"Juga mau potong rambut aja!" jawab Sofie malu-malu sambil garuk-garuk kepalanya.
"Apa?? Kalian berdua ke sini mau potong rambut aja??" tanya Winarti lagi, lalu dia tertawa dengan genitnya.
"Neng, ini udah jaman milenium, neng!" jawab Winarti sambil mengempit tangan kirinya dengan ketiak kanannya dan tangan kanannya menopang dagunya.
"Emangnya kenapa sihh??" tanya Amira ingin tahu.
"Idiiiiiiihhh! Ngaca dulu dong, neng!" jawab Winarti sambil membalikkan badannya Amira dan Sofie, lalu mendorong mereka berdua ke dekat sebuah kaca besar yang sejak tadi dibelakangi Amira dan Sofie.
"Lihat tuh muka kalian berdua! Aduuuuuhhh, booookk!" kata Winarti kepada Sofie dan Amira yang diam sejenak memandangi dirinya di hadapan sebuah cermin kotak setinggi dua meter dan selebar tiga orang dewasa.
"Penampilan yang sangat aneh! Idiiiihhh....mana kusam lagi!" sambung Winarti.
"Kami berdua ke sini cuma mau potong rambut aja kok! Bukan creambath!" kata Sofie sambil menoleh ke Winarti yang ada di belakangnya.
"Duuuhh, nih anak! Gebleeekkk banget!" jawab Winarti, lalu tertawa dengan genitnya lagi.
"Emangnya kenapa sih??" tanya Sofie dengan jutek kepada Winarti.
"Emangnya kenapa sih....emangnya kenapa sih!" gerutu Winarti yang berkaos ketat, bercelana ketat, berbedak putih cukup tebal, dan bergincu merah merekah tersebut.
"Kalian berdua udah punya cowok??" tanya Winarti yang kali ini sengaja mengeluarkan suara lelakinya.
"Belum!" jawab Sofie sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau kamu??" tanya Winarti yang sekarang bersuara perempuan lagi kepada Amira.
"Belum juga!" jawab Amira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya juga.
"Sudah eike duga, neeengg!" kata Winarti sambil senyum-senyum.
"Emang kenapa kok cuma potong rambut aja??" tanya Winarti yang berniat mengubah total penampilan Amira dan Sofie.
"Cowok mana yang mau neeeenggg kalau nggak diubah total penampilan kalian berdua ini!" kata Winarti sambil geleng-geleng kepala.
"Mau ikutan kontes!" jawab Sofie sambil memandangi bayangan dirinya di cermin dan sesekali melirik bayangannya Amira.
"Kontes?? Kontes apa'an boookk??" tanya Winarti dengan genitnya, lalu dia tertawa-tawa ngikik.
"Winarti, cepetan layani mereka berdua! Jangan lama-lama!" perintah Bu Hani sambil membilas rambut panjang seorang pengunjung yang masih dilayaninya.
"Hihihihi....sebentar ya bund! Dua mahkluk aneh ini mau eike sulap jadi kodok....eh, kodok!" jawab Winarti sambil tertawa ngikik.
"Busyet dah! Kok jadi kodok sih??" tanya Sofie kepada Winarti sambil menoleh ke belakangnya, sedangkan Amira menertawai Winarti karena kelucuannya.
"Eike minum dulu aaahhh!" kata Winarti sambil berjalan dengan pantat geal-geol menuju ke mejanya, lalu dia meminum air mineral tiga teguk dari sebuah botol plastik ukuran sedang yang tadi disiapkan sebelum bekerja. Setelah itu, Winarti kembali lagi mendekati Amira dan Sofie dari belakang yang masih berdiri di hadapan sebuah cermin.
"Terus mau jadi apa bookk??" tanya Winarti dengan genitnya sambil mentowel punggung Amira dan Sofie dari belakang.
"Jadi Cut Tari?? Dian Sastro?? Titi Kamal?? Tamara Blezinsky??" tanya Winarti kepada Amira dan Sofie. Bu Hani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja sambil tersenyum-senyum dan menyisir rambut panjang seorang pengunjung salon kecantikannya yang masih dilayaninya sejak tadi. Seorang wanita setengah baya yang sedang dilayaninya tersebut masih sibuk membaca sebuah Majalah sambil mendengarkan musik dengan earphone dari HPnya.
"Gampang itu mah keciiillll anunya.....eh, kecil anunya!" kata Winarti yang keluar latahnya lagi sambil tertawa ngikik lagi dengan genitnya dan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
"Yuk eike mulai reparasi!" kata Winarti.
"Tapi siapa dulu nih yang mau eike reparasi?" tanya Winarti sambil melihat Sofie dari samping.
"Aku duluan ya Mir!" kata Sofie. Amira hanya mengangguk saja.
"Yeeee emangnya apa'an pake direparasi segala!" jawab Amira sambil tersenyum yang kemudian diikuti senyum Sofie. Sofie segera menuju ke sebuah kursi putar berhadapan dengan sebuah cermin untuk didandani Winarti.
"Kamu tunggu di sana ya bookk sambil baca Majalah!" perintah Winarti kepada Amira sambil mulai menata rambut Sofie.
"Kontes apa'an tadi bookk??" tanya Winarti.
"Kontes Miss Fashion & Designer!" jawab Sofie.
"Ya amplooooppp, kapan?? Eike boleh ikut nggak??" tanya Winarti dengan genitnya.
"Yeeee ini khusus perempuan!" jawab Sofie. Amira yang masih mendengar percakapan Sofie dan Winarti hanya tertawa-tawa saja sambil berjalan menuju ke sederet kursi untuk menunggu Sofie selesai didandani Winarti. Di salah satu ujung deretan kursi tersebut terdapat beberapa tumpukan Majalah mingguan. Amira segera mengambil satu Majalah yang berada di tumpukan paling atas untuk membacanya.
"Menghina lu ya bookk??" tanya Winarti sambil berhenti sejenak menata rambut Sofie.
"Bukan begitu! Kontes Miss Fashion & Designer ini khusus perempuan tulen!" jawab Sofie sambil tertawa-tawa. Meskipun percakapan antara Winarti dan Sofie ini masih terdengar Amira, Amira cuek saja, karena dia sudah tenggelam dalam sebuah artikel kesehatan perempuan yang ada di Majalah yang diambilnya tadi.
"Emangnya eike bukan perempuan tulen apa??" canda Winarti sambil melanjutkan menata rambutnya Sofie.
"Iya, tulen kok! Tapi tulen dari Hongkong!" jawab Sofie dengan bercanda, lalu dia tertawa-tawa.
"Tulen dari Hongkong jidat elu!" kata Winarti dengan suara lelakinya.
"Eh, kapan tadi kontesnya bookk??" tanya Winarti dengan suara perempuannya lagi.
"Satu minggu lagi!" jawab Sofie singkat sambil mengambil sebuah Majalah yang ada di tepi meja kerjanya Winarti. Majalah itu adalah Majalah yang tadi dibaca oleh seorang pengunjung setengah jam lalu sebelum Amira dan Sofie datang.
"Di mana, bookk?" tanya Winarti lagi.
"Di Gedung Balai Sarbini Jakarta!" jawab Sofie sambil membolak-balik halaman satu ke halaman lainnya sedikit cepat.
"Kalau nanti mau nonton, bareng Ibuku aja ya!" kata Sofie.
"Kalian berdua kok tiba-tiba ikutan kontes??" tanya Winarti.
"Aku dan temenku itu diwajibkan ikut kontes! Soalnya kontes ini khusus Mahasiswa semester tujuh mas...eh, mbak!" jawab Sofie.
"Mas? Mas kawin kaliiiii!" kata Winarti sambil tertawa ngikik dengan genitnya. Sofie dan Bu Hani tersenyum-senyum saja setelah mendengar perkataan Winarti tadi.
"Oh begintrooonggg! Eike bantu ya boookk!" sambung Winarti.
"Dengan senang hati!" jawab Sofie.
"Terima kasih banyak ya!" ucap Sofie.
"Tenang aja bookk! Eike bikin kamu seperti putri yang cuantiikkk jelita!" kata Winarti sambil mentowel dagu Sofie dan tersenyum-senyum sendiri. Setelah itu, Winarti menjepit rambutnya Sofie satu genggam dengan sebuah penjepit rambut. Rambut Sofie dijepit hingga lima jepit.
"Aduuuuhhh, potongan kayak gini masih dipiara aja neeeenggg! Ke mane aje siiihhh??" kata Winarti lagi sambil memangkas sedikit demi sedikit rambut Sofie yang sudah dijepit, lalu Winarti menyemprotnya dengan pewangi rambut.
"Idiiiiiiiihhhh, banyak kecoaknya tuuhh boookk pada lari! Aaiiihhh!" canda Winarti sambil memangkas sedikit demi sedikit rambut Sofie. Bu Hani tertawa-tawa kecil mendengar banyolannya Winarti sambil menerima uang dari seorang wanita setengah baya yang sudah selesai dilayaninya. Setelah itu, Bu Hani mendekati Winarti.
"Kamu layani dengan bagus ya Win dua pengunjung kita ini! Bunda mau istirahat dulu!" pesan Bu Hani kepada Winarti.
"Siap, bundaaa! Met istirahat ya bunda!" jawab Winarti.
"Itu siapa, mas...eh, mbak?" tanya Sofie sambil tertawa.
"Mas....mas....mas kawin kaliiii!" canda Winarti sambil tertawa-tawa dengan genitnya yang kemudian diikuti tawanya Sofie lagi.
"Dia pemilik salon ini! Namanya Bu Hani!" kata Winarti.
"Ooooohhh....!" jawab Sofie yang sudah mengerti.
"Semua yang ikut kontes harus merancang tiga busana atau gaun, terus diperagakan di atas catwalk!" jelas Sofie menyambung penjelasannya tadi.
"Kamu udah selesai bikin gaun, bookk??" tanya Winarti dengan serius sambil berhenti sejenak menata rambutnya Sofie.
"Aku dan temenku udah selesai kemarin! Aku nggak buat gaun, tapi busana! Nah, temenku itu yang buat gaun, mbak...eh, mas!" jawab Sofie sambil tertawa-tawa.
"Mas kawin kaliiiiii!" kata Winarti dengan genitnya.
"Aduuuuhhh, ribet banget manggilnya!" kata Sofie sambil tertawa-tawa lagi.
"Ribet sarungnya...eh, sarungnya!" latah Winarti keluar lagi dengan genitnya, lalu dia tertawa ngikik.
"Duuuuuhhh...!" kata Sofie sambil tersenyum-senyum.
"Napa duh..duh..duh bookk??" tanya Winarti sambil menoleh ke samping kanannya Sofie dengan memonyongkan mulutnya.
"Habis digigit nyamuk ya boookk??" tanya Winarti lagi yang masih menoleh ke samping kanannya Sofie sambil tertawa ngikik. Setelah itu, Winarti kembali menata rambut Sofie lagi dengan mengurai-urainya.
"Nanti eike lihat busana-busana kamu ya bookk?? Milik temenmu itu juga! Pantas apa nggak dengan potongan rambut kamu dan temenmu!" tanya Winarti lagi sambil menjelaskan maksudnya kepada Sofie.
"Maksudnya gimana??" tanya Sofie yang masih belum mengerti maksud Winarti.
"Maksud eikeee, kalau nggak cocok dengan potongan rambut yang eike buat sekarang ini, eike dandanin lagi ampe pantes ama busana-busana dan gaun-gaun kalian berdua boookk! Begintung bookk!" jawab Winarti.
"Udah ngerti boookk??" tanya Winarti.
"Iya, udah ngerti! Terima kasih banyak ya mbak....eh, mas!" jawab Sofie sambil tersenyum.
"Mas kawin kaliiiiii!" kata Winarti sambil tertawa ngikik dengan genitnya.
"Tenang aja boookk! Eike bantu kok! Kebangeten dodol kalau nggak ngerti!" kata Winarti lagi.
"Udah latihan berjalan lenggak-lenggok belum bookk??" tanya Winarti ingin tahu.
"Udah!" jawab Sofie singkat.
"Emang situ bisa berjalan lenggak-lenggok??" tanya Sofie sangat penasaran.
"Ih, ngeremehin ya?? Belum tahu ya kalau eike ini dulu pernah jadi model?" tanya Winarti sambil berhenti sejenak menata rambutnya Sofie. Sofie segera menertawai Winarti.
"Aku kasih contoh ya boookk?? Sini lihat aku peragain berjalan lenggak-lenggoknya boookk!" kata Winarti.
"Bentar dulu! Aku panggil temenku itu biar lihat juga!" kata Sofie sambil memutar kursi putarnya menghadap Winarti yang sudah bersiap-siap memeragakan jalan lenggak-lenggok, lalu Sofie beranjak dari kursi putarnya mendekati Amira.
"Ada apa, Sof??" tanya Amira sambil melipat Majalah yang dibacanya kepada Sofie yang sudah ada di hadapannya.
"Mir, mbak.....eh, mas itu mau ngelatih kita berjalan lenggak-lenggok buat kontes nanti! Sekarang dia mau nunjukin kita berjalan lenggak-lenggoknya!" kata Sofie kepada Amira.
"Dia mau bantu kita soal penampilan kita dan ngelatih berjalan lenggak-lenggok!" sambung Sofie sambil tertawa-tawa kecil.
"Oh ya?? OK, nggak apa-apa, Sof! Dia akan memperbaiki penampilan dan jalan lenggak-lenggok kita! Alhamdulillaaahh....! Terima kasih banyak ya Robb!" kata Amira sambil mengucap syukur.
"Yuk kita lihat sekarang!" ajak Sofie kepada Amira sambil menarik lengan kanannya untuk mendekati Winarti alias Winarto yang sudah bersiap-siap memeragakan berjalan lenggak-lenggoknya kepada Sofie dan Amira. Dua tahun lalu sebelum bekerja di salon kecantikan miliknya Bu Hani, Winarti pernah menjadi model baju-baju perempuan untuk sebuah butik besar di Jakarta selama satu tahun dengan dilatih oleh seorang perempuan tulen model yang sangat berpengalaman. Karena gaji yang diterima Winarti sangat kecil dan tidak sebanding dengan biaya hidup di Jakarta yang super mahal, Winarti memutuskan untuk berhenti menjadi model, lalu Winarti bekerja di salon kecantikan miliknya Bu Hani hingga sekarang ini atas saran dari teman-temannya yang juga sesama bencong dan model dulu. Beberapa temannya sesama bencong dan eks model pun mencari pekerjaan lainnya yang di antara mereka ada yang menjadi wanita penghibur di diskotek-diskotek di Jakarta, tapi Winarti lebih memilih mencari nafkah halal. Meskipun demikian, Winarti dan teman-temannya sesama bencong dan eks model tersebut kerapkali berkumpul hanya untuk sekadar melepas kangen dan membuat acara dengan berekreasi ke tempat-tempat wisata dan makan-makan bersama di restoran sebulan atau dua bulan sekali. Bu Hani pertama kali sempat ketakutan ketika melihat Winarti memakai rok mini ketat dan kaos ketat dengan membawa sepuluh lembar sertifikat pelatihan-pelatihan dari sebuah salon yang cukup ternama di kotanya. Karena tergiur menjadi model daripada buka salon kecantikan sendiri, akhirnya Winarti berangkat bersama teman-temannya sesama bencong yang juga teman-temannya mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Ketika itu, Bu Hani langsung menerima dan memercayainya sebagai satu-satunya pegawai di salon kecantikannya setelah membaca sertifikat-sertifikatnya Winarti ditambah lagi perkataan-perkataan Winarti yang sangat memelas kepada Bu Hani. Karena sangat kasihan kepada Winarti yang juga seorang perantauan, Bu Hani menyuruh Winarti menempati sebuah kamar di rumahnya yang sudah cukup lama ditinggalkan pembantunya dan memberinya makan tiga kali sehari. Pada awalnya, suaminya Bu Hani sempat cekcok dengan Bu Hani lantaran ketidaksetujuannya menerima Winarti di rumahnya, karena suaminya kuatir bisa memengaruhi anak laki-laki semata wayangnya yang masih kelas 1 SLTP. Karena Bu Hani masih ngotot dan memohon dengan sangat kepada suaminya, akhirnya Winarti diperbolehkan menempati kamar kosong tersebut.
"Gimana, boookk?? Udah siap lihat eike berjalan lenggak-lenggok??" tanya Winarti kepada Amira dan Sofie yang sudah berada di dekatnya.
"Siap, boookk!" jawab Sofie dan Amira serentak, lalu keduanya tertawa-tawa.
"Ssssstttt....lihat aja kedahsyatan eike ya!" kata Winarti sambil tertawa ngikik, lalu dia memeragakan berjalan lenggak-lenggoknya tiga kali di hadapan Amira dan Sofie.
"Ini semua ada teori-teorinya loh boookk! Teori-teorinya nanti eike kasih tahu petis....eh, tahu petis!" sambung Winarti yang keluar latahnya lagi sambil memeragakan berjalan lenggak-lenggoknya yang keempat kepada Sofie dan Amira.
"Nanti eike kasih tahu maksud eike tadi!" Amira dan Sofie pun tertawa-tawa saja tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kedua sahabat karib ini sekarang berdecak kagum melihat Winarti memeragakan berjalan lenggak-lenggoknya dengan luwesnya di hadapan mereka berdua bak model-model senior berjalan lenggak-lenggok di atas catwalk.
"Gimana, boookk?? OK kan??" tanya Winarti yang kembali memeragakan berjalan lenggak-lenggoknya sekali lagi, lalu berhenti.
"Iya, OK banget!" jawab Sofie sambil tersenyum.
"Siiipp daaaahh! Mantaapp!" jawab Amira sambil tersenyum dan mengacungkan jempol kanannya kepada Winarti.
"Kita berdua udah latihan berjalan lenggak-lenggok sih, tapi masih kurang luwes seperti tadi!" kata Amira kepada Winarti.
"Coba kalian berdua peragain, boookk! Eike pengin tahu goreng....eh, tahu goreng!" perintah Winarti yang keluar lagi latahnya sambil mengempit tangan kirinya dengan siku kanannya di dadanya. Sofie segera memeragakan berjalan lenggak-lenggoknya terlebih dahulu di hadapan Winarti dari hasil latihannya bersama dengan Amira selama tiga minggu. Setelah Sofie selesai memeragakan berjalan lenggak-lenggok dua kali, lalu disusul dengan Amira yang juga memeragakan berjalan lenggak-lenggoknya dua kali.
"Heeeemmmm.....kalau kalian berdua berjalan seperti itu di atas catwalk di kontes nanti, penonton pasti nimpukin dengan sepatu bolong.....eh, sepatu bolong!" kata Winarti yang latahnya keluar lagi sambil tertawa ngikik dan menutupi mulutnya dengan tangan kanannya.
"Udah ah! Kamu kembali ke kursimu lagi ya boookk! Nanti eike latih dech berjalan lenggak-lenggok dengan luwes kayak eike tadi!" janji Winarti kepada Sofie dan Amira.
"OK! Terima kasih banyak ya!" jawab Sofie sambil berjalan menuju ke kursi putarnya lagi untuk ditata lagi rambutnya oleh Winarti, sedangkan Amira segera menuju ke kursi tunggu seperti tadi. Setengah jam kemudian, setelah Amira dan Sofie sudah ditata rambutnya oleh Winarti, Amira dan Sofie saling bertukar nomor HP dengan Winarti yang nantinya mereka berdua janjian dengan Winarti terlebih dahulu untuk melihat kesesuaian potongan rambutnya dengan tiga busana dan gaunnya masing-masing dan melatih berjalan lenggak-lenggok. Potongan rambut Sofie dibuat shaggy pendek, sedangkan potongan rambut Amira dibuat lurus bergelombang dengan sedikit poni. Kedua rambut mereka berdua dicat sedikit merah untuk membuatnya lebih menawan. Sekarang, Amira dan Sofie menjadi sangat cantik terlebih lagi Amira yang tiga kali lebih cantik darinya dan sudah terlihat kecantikannya. Selain merombak total penampilan Amira dan Sofie, Winarti juga mewajibkan mereka berdua untuk luluran dan memakai pelembab muka agar tampak putih, mulus, dan segar. Khusus untuk Amira, Winarti menyarankannya untuk selalu memakai pakaian dan celana yang modis dan sepatu atau sandal hak cukup tinggi agar keseksiannya semakin terlihat, karena bentuk tubuhnya Amira tinggi, langsing, dan semampai. Untuk Sofie, Winarti tidak bisa berbuat banyak untuk menampilkan keseksiannya, karena bentuk badan Sofie yang agak bulat dan pendek. Keesokan harinya, Winarti sudah mulai membantu Amira dan Sofie dengan menyerasikan tiga busana dan gaunnya masing-masing yang akan ditampilkan di kontes Miss Fashion & Designer nanti. Beruntung, tidak banyak yang diubah Winarti mengenai potongan rambut Amira dan Sofie, sehingga Winarti tidak kehilangan banyak waktu hanya untuk urusan menyerasikan potongan rambut Amira dan Sofie dengan tiga busana dan tiga gaunnya masing-masing. Winarti juga mulai melatih Amira dan Sofie berjalan lenggak-lenggok selama seminggu tanpa meminta bayaran sepeserpun. Semua itu dilakukan Winarti hanya untuk membantu Amira dan Sofie agar bisa tampil maksimal di kontes Miss Fashion & Designer nanti yang pertama kali diselenggarakan di gedung Balai Sarbini, Jakarta. Kontes tersebut wajib diikuti oleh Mahasiswi semester tujuh Jurusan Tata Busana se-Indonesia untuk memompa kreatifitas mereka dalam berkarya.