Satu bulan sebelum Kontes Miss Fashion & Designer diselenggarakan, Amira dan Sofie sibuk mempersiapkan diri, sedangkan Mirna dan Amanda sibuk berkonsultasi ke Pak Banu mulai dari rancangan busana yang pantas untuknya di kontes nanti dan berapa rincian biayanya. Pak Banu adalah dosen Matakuliah Fashion Designer yang memiliki segudang pengalaman di event-event khusus dan usaha butik sendiri yang cukup besar di rumahnya. Urusan rancang-merancang busana, Pak Banu sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya. Untuk urusan bayaran membimbing Mirna dan Amanda dalam mengikuti Kontes Miss Fashion & Designer nanti, Pak Banu mendapatkan upah masing-masing Rp.5 juta dari Amanda dan Mirna. Sementara itu, Amira dan Sofie mempersiapkan diri dengan saling berdiskusi, mencari referensi-referensi di internet, dan mengamati gerakan-gerakan model di catwalk di Youtube sambil mempraktekkannya. Amira dan Sofie bekerja keras minimal bisa masuk final di kontes nanti dan telah bersepakat untuk tidak mau kalah dari Mirna.
"Mir, apa kamu nggak mau ganti penampilan di kontes nanti??" tanya Sofie dengan serius kepada Amira yang duduk di sebelahnya. Mereka sekarang sedang duduk di atas rumput taman di bawah sebuah pohon rindang yang di bawahnya ada tulisan "JURUSAN TATA BUSANA" berwarna hitam tebal di tengah selembar papan kayu jati yang cukup tebal dan disanggah dengan satu batang balok kayu jati yang masing-masing di kanan dan kirinya. Tempat tersebut telah menjadi tempat nongkrong favorit Amira dan Sofie sejak semester tiga hingga semester tujuh saat ini.
"Ya ganti dong!" jawab Amira singkat.
"Kalau kamu, Sof??" tanya Amira kepada Sofie.
"Aku juga ganti dong!" jawab Sofie singkat juga.
"Aku akan menunjukkan penampilan terbaikku di kontes nanti! Lihat saja nanti ya Mirna!" kata Sofie dengan geram sambil membayangkan wajah Mirna.
"Aku juga akan menunjukkan penampilan terbaikku di kontes nanti, Sof!" kata Amira dengan sangat optimis dalam hatinya bahwa dirinya nanti akan menjadi juara pertama kontes Miss Fashion & Designer nanti.
"Bagus, Mir!" puji Sofie kepada Amira.
"Kita sama-sama tunjukin ke Mirna ya Sof! Jangan sampai nanti kita kalah dari dia!" kata Amira kepada Sofie untuk memberikan semangat.
"Itu pasti, Amira!" jawab Sofie bersemangat.
"Kalau kamu jadi pemenangnya nanti, syukurlah!" kata Amira yang juga dengan bersemangat.
"Aku juga bersyukur kalau nanti kamu jadi pemenangnya, Mir!" kata Sofie sambil menoleh ke Amira.
"Mari kita berdoa untuk kemenangan kita nanti!" ajak Sofie.
"OK!" jawab Amira. Setelah itu, dua sahabat karib tersebut berdoa bersama-sama dengan serius untuk kemenangannya di kontes Miss Fashion & Designer se-Indonesia nanti.
"Sssssttttt.....lihat tuh si muka culun dan si muka kotak!" bisik Mirna kepada Amanda dan Steven dari belakang sambil menunjuk ke Amira dan Sofie yang sedang berdoa dengan khusyuk sambil masing-masing kedua matanya dipejamkan dan mengangkat kedua tangannya dengan mulut komat-kamit.
"Lagi ngapain tuh kedua anak itu??" tanya Steven kepada Mirna dan Amanda dengan suara lirih.
"Mungkin mereka berdua sedang berdoa!" jawab Amanda pelan.
"Kalian berdua tunggu di sini ya! Aku akan kagetin mereka berdua!" kata Mirna sambil berjalan pelan-pelan mendekati Amira dan Sofie dari belakang.
"Doooooorrrrrr!" kaget Mirna dengan menepuk kedua pundak Sofie dan Amira dengan suara yang cukup keras, lalu dia tertawa terbahak-bahak. Doa Amira dan Sofie pun terputus gara-gara Mirna mengusili mereka berdua. Amanda dan Steven pun tertawa-tawa di belakang.
"Aduuuuuhhhh, kamu lagi....kamu lagi! Nyebeliiiinnnn!" geram Sofie kepada Mirna sambil menoleh ke belakang.
"Idiiiihhhh, kalian berdua tuh yang nyebelin!" kata Mirna dengan muka cemberut. Amanda dan Steven segera berjalan mendekati mereka bertiga.
"Kalian berdua tadi lagi ngapain??" tanya Mirna kepada Amira dan Sofie.
"Lagi berdoa! Usil aja kamu ih!" jawab Sofie dengan geram kepada Mirna.
"Berdoa untuk apa??" tanya Mirna lagi dengan sangat ingin tahu.
"Biar kita berdua menang di kontes nanti!" jawab Sofie dengan sewotnya.
"Puas??" tanya Sofie kepada Mirna.
"Sudahlah, Sof! Jangan diladenin!" himbau Amira kepada Sofie yang mulai marah kepada Mirna.
"Yuk kita pergi dari sini!" ajak Amira kepada Sofie sambil berdiri dan menarik lengan kanan Sofie. Sofie segera berdiri, lalu melangkahkan kedua kakinya pergi bersama Amira menjauh dari Mirna, Amanda, dan Steven di belakangnya. Mirna menertawai mereka berdua cukup keras.
"Mereka tadi diam itu berdoa biar menang di kontes Miss Fashion & Designer nanti!" kata Mirna kepada Amanda dan Steven, lalu Mirna menertawai Amira dan Sofie lagi dengan tawa yang cukup keras. Amanda dan Steven pun ikutan menertawai Amira dan Sofie.
"Menang dari Hongkong ya??" ejek Mirna kepada Amira dan Sofie.
"Jelas nggak mungkin menang lah!" kata Mirna dengan suara yang cukup keras.
"Si culun dan si muka kotak menang di kontes?? Lucuuuuu!!" ejek Mirna lagi sambil menertawai Amira dan Sofie dengan suara yang cukup keras. Karena Amira marah, dia berhenti sejenak berjalan.
"Capeeeek deeeeecchh!" jawab Amanda sambil menepuk jidatnya yang kemudian dia ikut menertawai Amira dan Sofie.
"Ada apa, Mir??" tanya Sofie.
"Sof, yuk kita samperin Mirna sekarang juga! Aku kok makin lama makin geram ama tuh anak sih, Sof!" jawab Amira.
"Nah, apa aku bilang! Kamu pasti akan marah!" kata Sofie sambil tersenyum.
"Aku juga geram ama Mirna! Yuk kita samperin dia sekarang juga!" kata Sofie lagi. Setelah itu, Amira dan Sofie balik badan, lalu keduanya berjalan mendekati Mirna, Amanda, dan Steven.
"Hei, jaga mulut kalian ya!" kata Amira kepada mereka bertiga.
"Kalau kalian nggak suka dengan kita berdua, mending elu semua diem! Bikin bete aja ngusilin kita mulu!" ingat Amira sambil menunjuk ke Amira, Amanda, dan Steven dengan marah.
"Makin culun ya kalau Amira lagi marah! Hahahaha....!" kata Amanda kepada Mirna dan Steven sambil tertawa ngakak, lalu Mirna dan Steven ikut ngakak juga.
"Diam kalian bertiga!" bentak Sofie dengan suara keras. Tawa Mirna, Amanda, dan Steven menjadi terhenti seketika.
"Wah, bakal terjadi perang dunia lagi nih! Aku rekam ah!" kata Steven.
"Hei, bule sialan ngikut aja sih elu!" kata Sofie sambil berkacak pinggang dan kedua matanya melotot kepada Steven.
"Apa kamu bilang barusan??" tanya Mirna yang tidak terima Steven dibilang bule sialan sambil berkacak pinggang dan kedua matanya melotot ke Sofie.
"Muka elu tuh yang sialan!" kata Mirna yang sekarang beradu dada dengan Sofie sambil keduanya berkacak pinggang dan kedua matanya melotot.
"Jangan coba-coba jelekin pacar gue ya!" ancam Mirna dengan marah kepada Sofie sambil menunjuk mukanya dengan jari telunjuk kanannya.
"Kamu tuh yang sialan dari dulu!" kata Sofie dengan sangat marah kepada Mirna sambil berkacak pinggang dan kedua matanya melotot.
"Kalau mau berkelahi denganku sekarang, ayo! Elu jual, gue beli!" tantang Sofie sambil menyingsingkan kedua lengan bajunya, lalu mengambil kuda-kuda dan mengepalkan kedua tangannya untuk bersiap-siap berkelahi dengan Mirna.
"Elu kalau seperti itu tambah lucuuuu dech!" kata Mirna kepada Sofie sambil ngakak.
"Mirna, tolong jaga mulutmu ya hingga kita beradu di kontes nanti!" kata Amira kepada Mirna, Amanda, dan Steven.
"OK! Kita buktikan siapa yang terbaik di antara kita nanti! Nggak mungkin kamu atau Sofie yang menang! Itu jelas nggak mungkin!" kata Mirna meremehkan Amira dan Sofie, lalu Mirna tertawa ngakak.
"Denger baik-baik ya Mirna, Amanda, dan Steven! Selagi orang itu berusaha, maka jalan akan terbuka lebar!" kata Amira dengan serius kepada Mirna, Amanda, dan Steven.
"Loh kok aku diikut-ikutin sih??" tanya Steven yang merasa dirinya tidak tahu apa-apa kepada Amira.
"Halaaahh gomball! Muka elu berdua kayak penggorengan aja ikutan kontes!" ejek Amanda dengan sinis kepada Sofie dan Amira.
"Belum sampai babak final langsung dicoret ama jurinya!" sahut Mirna sambil tertawa ngakak yang kemudian diikuti gelak tawa Amanda dan Steven.
"Dicoret gara-gara apa, beib??" tanya Steven yang ingin tahu kepada kekasihnya.
"Gara-gara seperti makhluk aneh, beib!" sahut Amanda kepada Steven. Amanda, Steven, dan Mirna tertawa-tawa cukup keras.
"Yuk, kita menjauh dari sini aja, Sof! Telingaku bisa terbakar entar!" ajak Amira kepada Sofie sambil menarik lengan kanannya untuk menjauhi Mirna, Amanda, dan Steven.
"Bentar, Mir! Aku pengin berkelahi dengan Mirna dan Amanda!" jawab Sofie dengan marah kepada Mirna dan Amanda.
"Ayooo, kita menjauh dari sini! Nggak perlu diladenin!" ajak Amira sambil menarik-narik lengan kanannya Sofie.
"Hei, muka kotak! Makhluk aneh dari Pluto! Ayo, kalau berani berkelahi dengan kita berdua sekarang!" bentak Mirna kepada Sofie sambil berkacak pinggang dan kedua matanya melotot.
"Dia nantangin terus tuh, Mir! Tunggu sebentar ya! Aku pengin kasih mereka berdua jurus khusus!" kata Sofie kepada Mirna dan Amanda sambil berusaha melepaskan lengan kanannya yang dipegang erat-erat oleh Amira.
"Jurus kunyuk makan buah?? Ayo, kalau berani!" jawab Amanda sambil tertawa-tawa yang kemudian diikuti gelak tawa Mirna dan Steven.
"Ayo cepat kalian bertiga berkelahi! Ini pasti seru! Aku rekam ya!" kata Steven sambil mengambil HP Androidnya dari dalam saku celana jeansnya di bagian depan kanan.
"Rekam dua makhluk aneh tuh! Terus nanti diupload di Youtube ya beib!" kata Mirna kepada kekasihnya itu, lalu Mirna dan Amanda tertawa ngakak.
"OK, my love!" jawab Steven sambil bersiap-siap merekam Sofie.
"Hei, bule sialan! Ikut-ikutan aja elu!" bentak Sofie sambil memukul HP Androidnya Steven hingga terjatuh. Setelah itu, Sofie dan Amira segera melangkahkan kedua kakinya masing-masing menjauhi mereka bertiga.
"Hei, muka badak! Makhluk aneh dari Pluto! Tungguuuu!" teriak Steven kepada Sofie setelah memungut HP Androidnya yang telah terjatuh. Sofie dan Amira semakin mempercepat langkah-langkahnya menuju ke Perpustakaan Pusat yang ada di tengah-tengah kampus.
"Sialan! LCD Hpku retak!" kata Steven sambil mengamat-amati LCD HPnya di tangan kanannya dengan muka cemberut.
"Apaaa?? HP kamu rusak ya beib??" tanya Mirna dengan sangat terkejut sambil berjalan mendekati kekasihnya itu.
"Iya, LCDnya retak! Haduh, sialan!" jawab Steven sambil melihat Amira dan Sofie yang sekarang ini sudah berjalan cukup jauh.
"Ke mana si makhluk aneh dari Pluto tadi??" tanya Steven kepada Amanda dan Mirna yang sekarang sedang melihat kondisi HP Androidnya Steven dan berkali-kali mencoba menyalakannya, tapi tidak berhasil.
"Aduuuuhhhh, nyebelin emang tuh anak! Nggak muka ama kelakuannya, sama aja!" geram Mirna kepada Sofie dan Amira.
"Apa kita minta dia sekarang ganti HPnya Steven, Mir??" tanya Amanda yang juga geregetan dengan Sofie.
"Nggak perlu, Nda!" jawab Steven sambil memasukkan HP Androidnya ke dalam tas punggungnya.
"Kok nggak perlu sih, beib??" tanya Mirna sangat ingin tahu.
"Biar aku bawa ke tukang servis aja nanti!" jawab Steven.
"Kamu pasti takut ama Sofie kan?? Ayo ngakuu!" tanya Mirna.
"Siapa yang takut?? Sepuluh menit lagi aku ada kuliah loh!" jawab Steven.
"Suer??" tanya Mirna yang tak percaya omongannya kekasihnya itu.
"Suer, beib!" jawab Steven singkat sambil memberikan isyarat kepadanya dengan mengangkat jari telunjuk dan tengah kanannya sebagai tanda sumpah.
"Aku kuliah dulu ya!" pamit Steven kepada Mirna dan Amanda.
"Belajar yang rajin ya sayang!" pesan Mirna sambil mengibaskan rambutnya dan tersenyum kepada Steven.
"Pasti, sayang!" jawab Steven. Setelah itu, Steven mencium pipi kanan kekasihnya itu dengan sayang, lalu dia melambaikan tangan kanannya kepadanya dan Amanda sambil selangkah demi selangkah menjauh dari mereka berdua. Mirna dan Amanda pun membalas lambaian tangan kanan Steven. Kemudian, Mirna dan Amanda pergi menuju ke rumah Pak Banu untuk meminta bimbingan merancang busana untuk dipakai di kontes Miss Fashion & Designer satu bulan mendatang, sedangkan Amira dan Sofie pulang ke rumahnya masing-masing untuk mempersiapkan diri di kontes tingkat nasional yang baru pertama kali diselenggarakan tersebut dengan membuka beberapa website khusus cara merancang gaun dan membaca buku-buku catatan perkuliahannya tentang cara merancang gaun di semester 5 yang dulu diajarkan Pak Banu juga. Semua Mahasiswi semester 7 jurusan Tata Busana di salah satu Universitas Swasta di Jakarta itu saat ini sedang sibuk mempersiapkan diri merancang busana dan saling berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya untuk mengikuti kontes yang nanti akan diselenggarakan di Gedung Balai Sarbini, Jakarta. Rencananya, kontes Miss Fashion & Designer nanti diadakan dalam tiga babak. Babak pertama, babak eliminasi atau sistem gugur dengan menyisakan 20 kontestan. Babak kedua, 20 kontestan yang lolos tersebut akan diseleksi menjadi 10 kontestan untuk melaju ke babak final atau babak ketiga. Di babak final, langsung dipilih juara pertama hingga ketiga dalam satu kali tampilan memeragakan busana atau gaun rancangan pamungkas atau terakhir. Semua kontestan diwajibkan membuat tiga busana atau gaun rancangannya sendiri untuk diperagakan di setiap babaknya kalau beruntung melaju sampai di final. Kecantikan, kemolekan tubuh, dan gaya berjalan lenggak-lenggok di atas catwalk pun menjadi penilaian para juri juga selain rancangan busana atau gaun yang bagus dan menarik.
Pada suatu hari di sabtu malam, Sofie pergi ke rumah Amira untuk bertanya-tanya dan berdiskusi tentang rancang-merancang busana dan latihan berjalan lenggak-lenggok bersama. Untuk urusan latihan berjalan lenggak-lenggok, Amira membuka beberapa video latihan berjalan lenggak-lenggok di Youtube untuk dia praktekkan di dalam kamarnya, sedangkan Mirna dan Amanda dilatih oleh seorang peragawati senior yang memiliki segudang pengalaman dan prestasi atas jasa perantara seorang teman Mamanya Mirna. Setelah Sofie membunyikan bel pintu rumahnya Amira, Amira segera menghentikan sejenak latihan berjalan lenggak-lenggoknya, lalu dia bergegas keluar dari dalam kamarnya untuk membuka pintu. Pada saat itu, kedua orang tua Amira yang sedang menonton sebuah sinetron memang mendengar bel pintu rumahnya berbunyi tiga kali, tapi karena letak kamar Amira dekat dengan pintu dan terbuka, Amira lebih cepat membuka pintu.
"Eh, kamu, Sof!" kata Amira yang sangat terkejut setelah membuka pintu rumahnya, karena yang ditemui adalah Sofie sahabat karibnya sendiri.
"Ada apa, Sof?? Kok tumben datang ke rumah nggak kasih tahu dulu?" tanya Amira ingin tahu.
"Iya, dech maap!" jawab Sofie sambil tersenyum.
"Aku mau latihan berjalan lenggak-lenggok bersama kamu malam ini, Mir!" kata Sofie.
"Boleh kan??" tanya Sofie.
"Apa kamu latihan berjalan lenggak-lenggok malam ini??" tanya Sofie lagi.
"Aku nggak latihan kok, Sof! Aku cuma tidur-tiduran sejak tadi sore sambil bermedsos!" jawab Amira dengan berpura-pura.
"Oh yaudah kalau begitu!" kata Sofie dengan wajah cemberut.
"Kalau begitu aku pulang aja! Bye bye!" sambung Sofie sambil balik badan, lalu melangkahkan kedua kakinya hendak keluar dari pintu pagar besi rumahnya Amira yang masih terbuka.
"Eits...eits...eits! Tunggu dulu!" jawab Amira sambil tersenyum dan memegang lengan kanannya Sofie.
"Ada apa, Mir??" tanya Sofie sambil membalikkan badan menoleh ke Amira dengan muka cemberut.
"Aku tadi becandain kamu kok, Sof! Gitu aja langsung cemberut sih??" jawab Amira sambil tertawa.
"Sejak habis Maghrib tadi aku latihan berjalan lenggak-lenggok kok di dalam kamar!" kata Amira.
"Oh iya??" tanya Sofie untuk memastikannya.
"Iya, bener, Sof! Suer!" jawab Amira sambil bersumpah kepada Sofie.
"Aduuuhhh, susah banget ternyata!" keluh Amira.
"Alhamdulillaahh!" kata Sofie dengan tersenyum lega.
"Tega sekali kamu bohongin aku!" gumam Sofie.
"Hehehehe....cuma bercanda kok, Sof!" kata Amira sambil tersenyum.
"Tenang aja! Aku sudah mendownload video-video dari Youtube untuk belajar berjalan lenggak-lenggok di atas catwalk nanti!" kata Amira lagi, lalu tersenyum lagi.
"Terima kasih banyak ya Mir! Siiippp!" ucap Sofie sambil mengacungkan jari jempol kanannya kepada Amira. Kini, wajah Sofie sudah tidak cemberut lagi.
"Yuk sekarang kita masuk ke kamar!" ajak Amira sambil memegang lengan kanannya Sofie lagi untuk latihan berjalan lenggak-lenggok di dalam kamarnya.
"OK!" jawab Sofie. Setelah di dalam kamar, Amira langsung menunjukkan ke Sofie sebuah video panduan berjalan lenggak-lenggok di atas catwalk bagi pemula di laptopnya yang sudah dia download dari Youtube. Video panduan tersebut diperagakan oleh model-model Luar Negeri. Setelah itu, Amira memutar lagi video tersebut dari awal yang tadi sempat dia hentikan sejenak, karena Sofie tadi memencet bel pintu rumahnya tiga kali.
"Yuk kita langsung menirukannya!" ajak Amira sambil mengambil posisi di sampingnya Sofie dengan menghadap laptopnya setelah memutar video tersebut dengan suara yang cukup keras.
"Loh kok panduannya berbahasa Inggris, Mir?? Ada nggak yang berbahasa Indonesia?? Aku kan nggak ngerti bahasa Inggris, Mir!" tanya Sofie.
"Oh iya, ada! Maap...maap!" jawab Amira sambil mencari video panduan yang berbahasa Indonesia yang sudah dia download di laptopnya. Karena Amira menyukai bahasa Inggris sejak kelas 4 SD, Amira sangat paham bahasa Inggris. Namun, sejak kelas 2 SLTP, Amira jatuh hati kepada fashion dan rancang-merancang busana hingga akhirnya dia memutuskan untuk kuliah mengambil Jurusan Tata Busana dengan harapan kelak Amira ingin menjadi perancang busana terkenal di dunia. Tidak beberapa lama kemudian, Amira dan Sofie berlatih berjalan lenggak-lenggok bersama dengan melihat sebuah tayangan video latihan berjalan lenggak-lenggok khusus pemula lengkap dengan panduannya yang berbahasa Indonesia oleh seorang eks model Indonesia yang sangat terkenal di tahun 1990an silam. Setelah berlatih dari tiga video, Sofie pulang. Sebelum Sofie pulang, Amira dan Sofie menjadwal latihan berjalan lenggak-lenggok setiap sabtu malam dan minggu pagi di rumahnya Amira dan Sofie secara bergiliran selama satu bulan ke depan. Untuk urusan merancang gaun dan busana, Sofie dan Amira merancang dan menjahitnya sendiri yang kadang-kadang di rumahnya Sofie dan Amira sambil berdiskusi dan keduanya juga menjadwalnya setiap hari setelah selesai kuliah. Amira akan membuat gaun berwarna merah jambu atau merah muda kesukaannya, sedangkan Sofie akan membuat busana berwarna ungu yang juga dipilihnya berdasarkan warna dan sebuah grup band ternama Indonesia kesukaannya. Selama sebulan penuh ke depan ini, Amira dan Sofie merancang dan menjahit tiga gaun dan busana rancangannya masing-masing dan berlatih berjalan lenggak-lenggok. Amira dan Sofie sangat bekerja keras dengan harapan minimal masuk babak final dan membuktikan diri lebih baik dari Mirna dan Amanda, sedangkan ketiga busananya Mirna dan ketiga busananya Amanda dirancang dan dibuatkan Pak Banu yang masing-masing membayarnya Rp.5 juta, karena Mirna dan Amanda sudah tidak sanggup merancangnya sendiri.
"Sof, kita harus mengalahkan Mirna dan Amanda! Semangat ya!" kata Amira kepada Sofie saat mereka berdua sedang asyik menjahit gaun dan busana pamungkas rancangannya masing-masing di rumahnya Sofie.
"Pasti dong!" jawab Sofie sambil melanjutkan kembali menjahit busananya yang hanya tinggal finishingnya saja.
"Aku sebel banget ama Mirna dan Amanda dari dulu! Sombong sekali mereka berdua!!" gumam Amira yang juga sambil menjahit busana pamungkasnya yang hanya tinggal finishingnya saja.
"Oh iya, bagaimana dengan penampilan kita?? Kapan kita ke salon, Mir?? Tinggal satu minggu lagi nih kontes dimulai!" tanya Sofie yang kebingungan.
"Besok ya Mir!" ajak Sofie.
"Kok kamu terburu-buru sih, Sof?? Sehari sebelum kontes napa!" tanya Amira kepada Sofie yang tinggal beberapa jahitan lagi selesai sudah gaun pamungkasnya.
"Buat persiapan juga, Mir! Gimana sih??!" jawab Sofie sambil mengambil satu roti kering di sebelah meja jahitnya di sebuah piring, lalu dia berhenti sejenak menjahit busananya untuk memakan roti biskuitnya tersebut.
"Alasannya apa, Sof??" tanya Amira sambil ikut mengambil satu roti biskuit di atas piring dan berhenti sejenak menjahit.
"Kan nanti kalau penampilan kita nggak cocok ama rancangan-rancangan kita sendiri kan kita bisa memperbaiki penampilan kita lagi!" jawab Sofie sambil mengunyah-ngunyah roti biskuitnya.
"Oh iya ya! Pinter juga kamu, Sof!" puji Amira yang juga sambil mengunyah-ngunyah roti biskuitnya.
"Sofie gitu loohh!" jawab Sofie. Kedua sahabat karib tersebut pun tertawa-tawa bersama.
"Aku lanjutin lagi menjahit busanaku ya Mir! Tinggal sedikit lagi nih! Kalau kamu pengin menikmati camilan-camilan, silakan dilanjutin! Kamu habisin juga nggak apa-apa kok!" kata Sofie kepada Amira.
"Ok dech! Aku istirahat dulu!" jawab Amira.
"Gimana dengan gaunmu, Mir??" tanya Sofie yang sudah bersiap-siap menjahit lagi busana pamungkasnya.
"Masih lumayan banyak jahitannya yang belum selesai, Sof!" jawab Amira sambil mengambil lagi roti biskuit di piring.
"Apa perlu aku bantu, Mir??" tanya Sofie yang menawarkan bantuan kepada sahabat karibnya yang selalu duduk berdekatan sewaktu kuliah mulai dari semester satu hingga semester tujuh ini.
"Nggak perlu, Sof! Kalau belum selesai aku menjahitnya di rumahmu, besok aku selesaiin sendiri di rumahku kok!" jawab Amira sambil menelan roti biskuitnya yang sudah dikunyah-kunyahnya hingga lembut, lalu dia meminum segelas teh hangat manis di samping sebuah piring yang berisi penuh roti biskuit itu.
"Terserah kamu aja kalau begitu! Aku lanjutin menjahit ya Mir! Puas-puasin dech makan dan minumnya! Kalau perlu, aku tambahin lagi dech teh hangat manis dan camilan-camilannya!" kata Sofie.
"Ok, silakan lanjut menjahitnya!" jawab Amira, lalu dia meneguk hingga habis segelas teh hangat manisnya. Sofie masih belum mulai menjahit lagi busana pamungkasnya, karena Sofie memandangi Amira meneguk segelas teh hangat manisnya hingga habis.
"Bocor nih gelasnya! Hahaha...!" kata Amira sambil menunjukkan gelasnya yang sudah kosong ke Sofie dan tertawa-tawa.
"Busyeeeeettt! Kehausan neng??" tanya Sofie yang kemudian keduanya tertawa terbahak-bahak bersama.
"Gimana, Mir?? Mau nambah lagi teh hangatnya??" tanya Sofie.
"Iya, nambah lagi dong Sof teh hangat manisnya! Haus banget nih!" kata Amira sambil menyodorkan gelasnya yang sudah kosong tadi ke Sofie.
"Maunya berapa gelas neng??" tanya Sofie sambil beranjak dari kursinya dan tersenyum, lalu mengambil gelasnya Amira yang disodorkan di hadapannya.
"Satu gelas aja, Sof!" jawab Amira sambil tersenyum. Sofie segera menuju ke dapur untuk membuatkan segelas teh hangat manis lagi untuk Amira, sedangkan Amira sekarang lanjut menjahit gaun rancangan terakhirnya yang nanti akan ditampilkan di babak final, harapannya. Tidak beberapa lama kemudian, Sofie datang membawa segelas teh hangat manis untuk Amira.
"Loh kok lanjut menjahit lagi, Mir? Apa nggak istirahat dulu? Nih teh hangat manisnya!" tanya Sofie sambil memberikan segelas teh hangat manisnya Amira.
"Terima kasih ya Sof!" ucap Amira sambil mengambil segelas teh hangat manisnya dari tangan Sofie, lalu Amira segera meneguknya dua kali. Setelah itu, Amira meletakkannya di samping piring yang berisi penuh roti biskuit seperti tadi.
"Udahan ah istirahatnya! Biar nggak lama-lama selesainya!" sambung Amira, lalu dia mulai menjahit lagi.
"Aku juga mau lanjutin menjahit busanaku aahh!" kata Sofie sambil duduk di kursi jahitnya yang berbantal sama seperti kursi jahitnya Amira. Bantal-bantal tersebut sengaja diletakkan di atas kursi untuk mengganjal pantat agar tidak terasa panas dan pegal ketika duduk terlalu lama.
Lima menit kemudian....
"Horeee, busanaku yang ketiga akhirnya selesai juga! Alhamdulillaahh! Yeess!" teriak Sofie cukup keras sambil berdiri dan mengepalkan tangan kanannya, lalu menariknya ke bawah sambil tersenyum.
"Girang amat neng??" tanya Amira sambil lanjut menjahit gaunnya tadi tanpa melihat ke arah Sofie yang sekarang sedang memeriksa busananya dengan memampangnya.
"Iya, dong!" jawab Sofie sambil tersenyum dan memeriksa jahitan-jahitan di busana pamungkasnya tersebut. Setelah itu, Sofie melipatnya sama seperti lipatan-lipatan busananya yang pertama dan kedua, lalu memasukkannya ke dalam lemarinya dengan menaruhnya di bawah lipatan gaunnya yang kedua. Kemudian, dia kembali ke meja jahitnya untuk membereskan peralatan-peralatan jahit dan membersihkan potongan-potongan kain serta benang-benang yang terputus di bawah meja jahitnya dan di sekitar meja jahit yang sedang dipakai Amira.
"Sof, aku pulang ya! Aku ngantuk nih! Aku lanjutin besok di rumah aja!" kata Amira sambil menguap dua kali, lalu merentangkan kedua tangannya ke atas. Raut muka Amira terlihat kecapekan.
"OK! Aku besok ke rumahmu ya Mir!" jawab Sofie.
"OK!" kata Amira singkat sambil beranjak dari kursinya, lalu Amira melipat-lipat gaun terakhirnya tersebut sambil dibantu Sofie. Kemudian, Amira memasukkannya ke dalam tas punggungnya. Setelah itu, Amira pamit pulang ke Sofie dan Mamanya Sofie yang bernama Bu Indira. Dua mesin jahit milik Bu Indira yang berada di ruang tamu tersebut digunakannya untuk menerima jahitan, sedangkan sebuah mesin jahitnya Amira yang ditaruh di dalam kamarnya adalah dibelikan oleh Mamanya untuk mempraktekkan keterampilan Amira dalam jahit-menjahit semenjak Amira semester tiga. Selama Sofie merancang busananya yang pertama hingga ketiga dan begitu juga dengan Amira, Bu Indira seringkali mengarahkan putri bungsunya itu dan Amira dengan sabar dan cermat. Bu Indira yang merupakan orang tua tunggalnya Sofie adalah seorang penjahit yang sangat beken di kampung halamannya bahkan hingga di tiga kampung lainnya. Sofie tertarik dengan dunia fashion sejak kecil dan bercita-cita sama dengan Amira, yaitu ingin menjadi perancang busana terkenal seantero jagat. Sofie dan Amira sangat bekerja keras tanpa kenal lelah untuk tampil terbaik di kontes Miss Fashion & Designer yang akan diselenggarakan satu minggu lagi. Meski demikian, Sofie dan Amira tidak saling bersaing. Kedua sahabat karib tersebut hanya ingin tampil semaksimal mungkin agar tidak kalah dengan Mirna dan Amanda di kontes yang sangat bergengsi tersebut. Amira dan Sofie saling membantu untuk mendapatkan hasil yang terbaik.