Salah satu yang menyebabkan perselisihan rumah tangga adalah perbedaaan Usia.
Lambat laun hal ini disadari oleh Retno. Kalau saja ia tidak menyadari bahwa umurnya dan umur Ratna beda, maka sulit ia mengetahui kenapa Ratna sudah enam bulan menikah tapi masih ingin dimanja, ingin dituruti kemauannya, ingin dimengerti, ingin disayangi, ingin diperhatikan dan apa saja yang Ratna inginkan dengan sigap Retno menyikapinya dengan baik dan penuh kesabaran. Lelaki semacam Retno bisa dibilang limited edition.
Retno adalah orang yang pintar dan penyabar. Retno pintar sekali memahami kemauan dan kebutuhan istrinya, pujaan hatinya. Begitulah Retno, lelaki yang kalau sudah jatuh cinta: rela berkorban apa saja demi istrinya.
Sejak Ratna merajuk gara-gara tidak dibukakan pintu mobil waktu itu, Retno semakin hati-hati bagaimana cara agar hal itu tidak terjadi lagi. Retno sangatlah bijak menyikapi apapun yang dikeluhkan oleh istrinya dan dengan segera ia akan mengatasinya. Tidak sempat Ratna mengeluh sampai seminggu, sekali Ratna memasang muka cemberutnya, Retno langsung segera bertindak apa yang harus dia lakukan untuk mengembalikan senyum Ratna.
Retno juga penyabar. Retno tidak pernah marah pada Ratna. Yang ada hanya Ratna yang terkadang marah padanya. Namun marahnya Ratna tidaklah dengan membentak, mengeluarkan suara yang tinggi apalagi sampai berani memaki, sungguh tidaklah seperti itu. Ratna cukup memasang muka cemberut maka Retno tahu bahwa Ratna sedang marah. Lama-lama Retno tahu maksud-maksud atau makna-makna dari cemberutnya Ratna itu. Misalnya: kalau Ratna dengan cemberutnya dan kedua tangannya di pinggang, itu artinya Ratna sedang sangat marah. Namun kalau Ratna cemberut dan kedua alisnya tak henti bergerak, itu artinya Ratna tidak mau didekati oleh Retno.
Ratna ingin Retno menjauh dulu dengan jarak minimal dua meter. Kalau Ratna cemberut dan melipat kedua tangannya di dada, itu artinya Ratna ingin Retno memasak sesuatu yang enak untuknya dan kalau Ratna cemberut lalu tiba-tiba tersenyum lagi, itu artinya Ratna minta dipeluk dan dicium oleh suaminya Retno.
Ratna bukanlah seperti istri-istri yang ditakuti suami atau Retno bukanlah seperti suami-suami yang takut pada istri. Retno tetap menghargai suaminya sebagai lelaki yang penyayang dan penyabar. Hanya ketika ia cemberut saja ia berani berbuat seperti itu pada Retno, dan pada hari-hari normal Ratna tetaplah seperti para istri pada umumnya yang seharusnya ia lakukan pada suaminya. Namun akhir-akhir ini Ratna lebih sering cemberut. Hal inilah yang mengharuskan Retno agar lebih bersabar lagi.
Dengan hari ini Ratna sudah dua hari cemberut. Retno sendiri tidak tahu kenapa Ratna cemberut? Tidak seperti biasanya-kalau Ratna cemberut maka Retno sudah pasti tahu sebab dan penyebabnya. Namun kali ini sangat susah sekali Retno mengetahuinya. Maka semua kebiasaan yang ia lakukan untuk mengembalikan senyum Ratna, Retno lakukan. Retno mencoba memasak, tidak mempan. Retno mengajak belanja, tidak juga. Retno memasak kesukaan Ratna, juga tidak berhasil.
Retno memeluk Ratna, malah dicubit. Retno juga tidak bertanya kenapa pada Ratna kenapa ia cemberut dan apa yang diinginkan Ratna? Sebab Retno sangatlah pintar mengetahui solusinya. Retno gelisah tak menentu mencari cara bagaimana mengembalikan senyum manis Ratna. Sudah dua hari Ratna tidak senyum seperti biasanya.
Retno mondar-mandir di ruang tamu, Retno gelisah seperti semut mencari nafkah. Tiba-tiba ia mencoba mengintip Ratna yang sedang di kamar. Ratna duduk melamun dan matanya menatapi sebuah pemandangan yang indah tak terperi di sebuah gambar yang ada di dalam kamar mereka. Retno pun langsung mengerti. Ia juga sadar ternyata ia belum pernah mengajak Ratna jalan-jalan ke luar daerah.
Pada waktu itu juga Retno memahami makna cemburu yang baru dari Ratna bahwa kalau Ratna cemberut sambil menatapi sebuah gambar pemandangan, maka ia ingin jalan-jalan! Besok harinya Retno pun mengajak Ratna ke luar daerah selama empat hari. Ratna kembali mengembangkan senyum manisnya. Retno tidak pernah bosan memandangi wajah kekasih halalnya.
Senyum Ratna yang satu detik itu adalah obat bahagia rumah tangga selama satu hari. Kalau Ratna senyum seharian maka selama sebulan Retno dan Ratna merasa dunia ini hanyalah milik mereka berdua yang lain ngekos. Ratna dan Retno berkemah di pinggir danau. Di sana memang semacam tempat wisata untuk berkemah. Para pengunjungnya datang dari jauh.
Mereka tinggal di tenda, makan di tenda dan tidur di tenda selama dua hari dan dua malam untuk pulang pergi. Sore hari, ditemani oleh sang pelangi dan mentari hampir saja menyembunyikan diri. Burung-burung sedang berterbangan di atas danau. Sesekali burung-burung itu menjatuhkan taiknya dan ikan-ikan yang kelaparan segera saja berebut makanannya. Sehingga mata kail Retno dan Ratna tidak pernah dicicipi oleh ikan-ikan itu. Karena ikan-ikannya sudah biasa dengan kotoran burung-burung. Sedang seriusnya Ratna memancing ikan, menunggu pancingannya bergoyang, Retno menepuk pundak Ratna.
"Kenapa kamu sering cemberut sayangku?"
"Karena kita beda usia!"
"Halah, beda sebulan saja pun!"
Ratna tidak menggubris, ia tetap serius menunggu pancingannya digoyangkan oleh ikan-ikan di danau. Tepat dua hari Retno dan Ratna berkemah di luar daerah dan di pinggir danau. Malam harinya mereka pun kembali ke kampung halaman.
***