Chereads / Kamukah Jodohku? / Chapter 3 - Manuk Labakh Dan Sope Penget Untuk Besan

Chapter 3 - Manuk Labakh Dan Sope Penget Untuk Besan

Sepekan setelah pernikahan Firman, Gunawan tidak mau kalah saing. Gunawan juga melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis yang cantiknya sebelas dua belas dengan Marwa.

Dipandang dari pipi sebelah kiri bak rambutan yang baru saja memerah merona, dipandang dari pipi sebelah kanan bak apel yang montok lagi menggoda, hidungnya bak buah pisang, matanya bak buah kenari, bibirnya, aih, Kawan, kau tahu buah ruman? Merah sekali. Telinganya? Hanya Gunawan yang tahu telinganya seperti apa? Sebab ia yang punya istri.

Kalau lama-lama memandangnya, Gunawan merasa sedang masuk ke taman-buah-buahan, ingin memetik semua buah yang ada di dalam taman tersebut, sungguh menggoda! Gunawan menikahi Meera binti Samsuri bin Salsal bin Sabah bin Sulaiman. Meera pernah satu kelas dengan Mawa pada semester awal.

Meera juga sudah merencanakan akan berbulan madu ke kampung Firdaus, yang terkenal tetesan dari surga itu. Dulu pada saat resepsi pernikahan Marwa, Meera bertanya pada Marwa akan berbulan madu di mana? Oleh karena itu Meera juga menyimpan niat dan akan mengusulkannya pada calon suaminya. Jadilah mereka ke kampung Firsdaus.

Gunawan mampir di rumahnya Firman, ingin meminjam jaket. Karena perjalanan dua hari dua malam dan tentunya cuaca malam amat menusuk tulang.

"Assalamu'alaikum, Ibuk, Firman ada?"

"Gunawan ya? Temannya Firman?"

"Ya, Buk, benar"

"Silakan masuk, Nak."

"Nggak perlur repot-repot, Buk, aku mau minjem jaketnya Firman, dia ada, Bu?"

"Oh, Firman. Firman dan Marwa masih di kampung Firdaus, Nak. Kamu nggak punya nomor teleponnya?"

"Ohh… Mereka masih di sana? Kirain udah balik. Sudah aku telepon berkali-kali dari empat hari kemarin, tapi tidak aktif."

"Iya, Nak masih di sana. Humm, pasti sengaja dimatiin. Saya juga sudah telepon berkali-kali, tidak pernah aktif. Bentar ya saya ambilkan jaketnya."

Tidak lama menunggu, ibu Firman membawa jaket warna ungu dan memberikannya kepada Gunawan.

"Baiklah, saya pinjam dulu ya, Buk?, nanti kalau ketemu Firman di sana akan saya jewer dia, Buk, hehehe. Saya pamit dulu, Ibu? Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum slam warahmatullahi awabarakaatuh."

Setelah satu kelakson dibunyikan, Meera melambaikan tangan ke ibu Firman. Gunawan membawa mobil putihnya dengan kecepatan lima puluh kilo meter perjam. Mereka pun berlalu bersama senja.

Ayah Marwa merasa sangat rindu sekali dengan Marwa. Anak semata wayang, sehari tidak di rumah terasa satu abad bagi ayahnya Marwa. Apalagi ibunya Marwa? Satu jam tak jumpa terasa satu minggu. Mereka sepakat untuk menjenguk Marwa ke desa Laatalaq. Selain ingin menjenguk, mereka juga ingin mempererat tali silaturahim antar sesame orang tua. Karena jarang sekali di era zaman yang mudah sekali memiliki handphone ini, jarang ada ayah dari istri berkunjung ke rumah besan, pun sebaliknya.

Ayah marwa ingin menjadi pencetus salah satu dari mereka yang jarang melakukan itu. Ibu Marwa memasak Manuk Labakh, lauk pauk khas daerah Kuta Cane. Hanya para ibu-ibulah yang mengerti mendefinisikan bumbunya. Apapun warna kulitmu, apapun sukumu, dari mana pun asalmu dan bagaimana pun perasa lidahmu, jika kamu merasakan Manuk Labakh ini, ibunya Marwa sangat yakin kamu bakal ketagihan deh, swear! Sudah terbukti, rektor kampus Awamaalia pernah menanyakan kabar Marwa dan mampir.

Rektor kampus ingin menawarkan beasiswa S2 untuk Marwa ke Eropa, karena Marwa adalah anak yang cerdas. Kebetulan sekali hari itu ibunya Marwa memasak Manuk Labakh dan dihidangkan lah kepada rektor. Begitu rektor kampus ingin pamit pulang, "Buk, masakan ibuk enak banget. Bumbunya apa sih, Buk? Supaya saya catet dan saya suruh dipelajari istri di rumah."

"Owh, tidak perlu repot mencatat, Pak. Saya sudah sediakan satu bungkus untuk istri, Bapak. Siapa tahu dengan merasakan masakan saya beliau juga bisa meniru. Atau kalau tidak keberatan, ajak saja si ibu kemari. Nanti akan saya ajarkan."

"Wah, boleh juga itu, Buk. Dengan senang hati."

Ayah Marwa sudah menyalakan mobilnya sepuluh menit lalu. Sudah lima menit di dalam mobil, klakson sudah dipencet empat kali. Ibu Marwa belum juga keluar dari dalam rumah. Klakson kelima, nyaring memanjang.

"Ya, ya my, Honey. Aku sudah di depan pintu ini."

"Jangan lupa tutup jendela kamar dan ruang tamu my, Sweety"

"Sudah, Papa sayang."

Lantai tiga sudah dua minggu tidak ada penghuni. Supir Marwa juga sedang berlibur. Lantai dasar khusus tamu setiap hari ramai. Dikunjungi tamunya bapak Marwa. Bapak Marwa adalah kepala bidang pertanian. Mamanya PNS dan mengajar di Madrasah Aliyah pelajaran Bahasa Inggris untuk kelas tiga Aliyah. Itulah sebab ayah Marwa terkadang suka berbahasa inggris.

Tiga jam perjalanan, bapak Marwa memutar setir ke kiri. Masuk halaman rumah Firman. Mobil diparkirkan. Ayah Firman dan Ibunya sedang duduk manis di depan teras rumah. Mereka tahu siapa yang datang. Yang sedang menuju ke arah mereka adalah Besan. Selesai salaman, lalu dipersilakan masuk ke dalam rumah. Ibu Firman membuatkan kopi dan teh hangat untuk tamu istimewanya. Mereka juga tidak menyangka ada Besan yang berkunjung.

"Anak-anak kemana?" Bapak Marwa membuka pembicaraan baru setelah basa-basi.

"Mereka masih di kampung Firdaus" jawab ayah Firman tanpa ragu.

"Iyakah? Sudah seminggu belum balik? Betah amat mereka di sana."

"Ya, mereka belum balik. Tidur di sini saja. Mungkin malam ini mereka pulang atau jangan balik dulu sebelum anak-anak kembali." Tak lama mengobrol, mereka menikmati makan malam dengan hidangan lauk masakan ibu Firman dan masakan yang dibawa ibunya Marwa. Ibu Firman memasak Sope Penget, masakan khas daerah Kuta Cane dan hanya ibu-ibu jugalah yang mengerti cara memasak dan apa saja bumbunya. Kalau ditanya soal rasa kepada ibunya Firman, maka kamu akan menambah nasi sampai tiga kali.

Ayah Marwa mengambil Sope Penget dan Ayah Firman mengambil Manuk Labakh, makan malam Besan Romantis berlangsung dengan bahagia.

"Bolehlah sering-sering seperti ini nih, Besan" kata ayah Firman memulai.

"Nah, kami tunggu kedatangan kalian, Besan." Sahut Ayahnya Marwa.

***