24 Desember, 2030
Tidak enak, perasaanku mengatakan ini akan berakhir buruk. Aku melihat sekeliling mobil jeep yang berisi setengah dari regu ku, aku duduk di bagian depan, di sampingku adalah seorang wanita dengan dua tanduk kecil di kepalanya, seorang Onirin, dan juga wakil pemimpin regu, Hoshi Polyakov, wanita tomboy yang tak dapat dibedakan dengan laki-laki seandainya dia tidak mengeluarkan suaranya, entah kenapa dia suka sekali memakai gaya rambut laki-laki, tubuhnya juga hampir tidak menunjukan bahwa dia perempuan karena lekuk tubuhnya tidak kelihatan sama sekali.
Ingatan pertama kali dia mengenakan baju feminim membuat ku geli karena dia terlihat seperti banci, setidaknya lekuk tubuhnya lebih kelihatan walau hanya "sedikit".
Aku melihat ke belakang, lewat cermin dalam mobil, pandanganku jatuh kepada seorang wanita dengan umur kisaran 20 tahun, ras nya agak unik hibrida Vyr dan Nekojin, dia memiliki telinga kucing, perawakannya kecil dan pendek, mungkin sekitar 155 cm? Rambutnya putih, begitu pula kulitnya yang putih pucat, mata merah yang cerah dan tajam, jujur dia terlihat sangat imut. Namanya adalah Jitka Hakuryu, anak dari mayor jendral angkatan darat dan pemimpin tertinggi dalam satuan khusus, Yofu Gundan.
Satu lagi pria duduk di sebelah Jitka, ia juga ber-ras Onirin, sama seperti Hoshi, namanya adalah Veran Masazumi, dia masih baru saja masuk Yofu Gundan, aku agak kasihan misi pertamanya akan sangat berbahaya.
Melihat ke arah depan, di kejauhan ada mobil jeep lain yang memimpin jalan, jujur saja misi ini rasanya sedikit janggal. Kekaisaran tak pernah memaksa mengirim hanya satu regu untuk menyusupi fasilitas penting, paling sedikit pun 2 regu, namun ini? Mereka hanya mengirim satu regu berisi delapan orang.
"Kapten, kupingmu berkedut, ada apa?" tanya Hoshi yang berada di sampingku.
Aku berdeham pelan sebelum menjawab pertanyannya "Perintah dan gerakan dari istana rasanya aneh..."
"Aneh bagaimana?" Tanyanya sekali lagi, pandangannya fokus ke depan, tangannya berada di setir mobil.
Aku merasakan kuping kucingku bergerak ke belakang "Yah... Bagaimana ya? Tiba-tiba lawan politik Kurogawa gak ada kabar? Istana juga rasanya lebih tertutup, ditambah tiba-tiba mereka membuat satuan militer khusus baru, untuk apa? Untuk Yofu Gundan yang sudah beberapa dekade lamanya melayani kaisar apa kita masih kurang?"
"Ada benarnya... Sepertinya banyak petinggi di Yofu Gundan juga merasa ada yang janggal dengan gerakan di istana akhir-akhir ini," balas Hoshi.
"Ayah jug- maksudku tuan Hide juga terlihat sedikit gelisah," timpal Jitka dari belakang.
"Mayor jenderal juga?" tanyaku, aku melihat ke belakang ke arah Jitka yang juga terlihat gelisah.
"Dia juga bilang dia akan memberhentikanku dan kakakku dari militer," ucap Jitka.
"Minka juga?" tanyaku penasaran.
Hoshi mengalihkan perhatiannya ke belakang sebentar sebelum kembali fokus melihat ke arah jalan tanah "Letnan Minka?" tanyanya.
"Aku jarang bicara dengannya, tapi aku yakin dia tahu sesuatu," jawab Jitka dengan pasti.
Aku mengalihkan pandanganku ke depan ke arah jalan dari tanah, dan hutan di pinggiran jalan, aku mengambil tablet dari dalam laci mobil, dan menyalakannya, membuka GPS dan melihat berapa menit sebelum sampai ke tujuan kami.
Sepuluh menit sebelum sampai di tujuan kami, dan rasanya aku semakin gelisah. Aku menaruh tablet ku ke dalam laci, bersaman dengan ponsel seluruh anggota regu dan menutupnya kembali.
"Kapten, bagaimana menurutmu tentang Shinryoku Sakusan Butai?" tanya Hoshi, matanya masih fokus ke depan.
"Bajingan sok kuat, sombong sekali di depan operator Yofu Gundan," jawabku.
Mengingat kembali kelakuan orang-orang dari satuan militer khusus baru yang aku temui beberapa minggu yang lalu membuatku kesal, aku mengenggam erat-erat pistol mitraliur di pangkuanku.
"Mereka jelas-jelas tidak suka dengan kita," timpal Veran dari belakang.
"Ah... Ya, kau pernah adu jotos dengan sekelompok bajingan anjing-anjing Shinryoku itu bukan?" tanyaku lalu tertawa kecil.
"Ya, dan aku puas sekali memukuli mereka," balas Veran sambil tersenyum lebar.
"Tapi jangan sekali-kali yang memulai masalah duluan dengan mereka, masalahnya bisa besar jika saja yang kau lakukan saat itu bukan dianggap bela diri," ucapku memperingatkan Veran.
"Ya," jawab Veran singkat.
Sepuluh menit telah terlewat, dan akhirnya kami sampai di dekat sebuah bukit, dari sini kami harus berjalan kaki.
Kami keluar dari dalam jeep yang kami naiki, di depan kami sudah ada mobil jeep yang berhenti duluan, dan di luar sudah ada tiga orang yang menunggu kami, dua orang bertelinga anjing, ber-ras Inujin, dan satu orang lagi dengan tanduk kecil seperti Hoshi dan Veran, ber-ras Onirin.
"Jitka, Hoshi, dan Mislav, lakukan pengintaian," perintahku.
Hoshi, Jitka, dan seorang Inujin bernama Mislav mengangguk sebelum pergi dari tempat kami berkumpul.
"Sisanya tunggu sampai tim pengintai kembali," perintahku ke lima orang sisanya.
"Siap!" balas mereka serentak sebelum melakukan kegiatan masing-masing, beberapa kembali ke dalam mobil sedangkan aku lihat Veran berjalan ke sisi lain dari jalan dan melihat-lihat ke arah dalam hutan.
Aku sendiri kembali ke dalam mobil, mengambil satu batang rokok dan korek api dari dalam laci mobil dan kembali pergi keluar mobil untuk menyalakannya.
Hutan yang mengelilingi tempat ini cukup rimbun, aku melihat ke arah bukit yang dikelilingi rimbunnya hutan tidak jauh dari sini, dari sini aku bisa melihat sedikit bagian dari fasilitas yang akan kami masuki, pagar kawat dan sebuah bangunan.
Aku menyalakan korek api di tangan kananku dan menyalakan sebatang rokok kretek di tangan kiriku. Perlahan aku menyesap sebatang rokok di tanganku dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan, rasa gelisahku masih terasa dan tidak mau hilang.
Beberapa kali aku melihat ke arah jam tangan di tangan kiriku setelah tiga atau lima hisapan untuk mengetahui berapa lama tim pengintai kami sudah pergi, baru dua menit.
Tak terasa tiga belas menit telah terlewat, aku membuang batang rokok kretek ku yang hampir habis ke tanah dan menginjaknya sebelum beranjak kembali ke dalam mobil, di kursi belakang aku melihat Veran tengah berbaring di kursi belakang mobil sambil memandangi tanto yang setengah tercabut dari sarungnya.
Aku duduk di kursi depan dan mulai menginspeksi pistol mitraliurku, sebuah senapan mitraliur bullpup standar dalam pertempuran CQB milik Teikokuten, biasa diberikan ke satuan khusus dan pasukan elit seperti kami, Type-21 Kaze, bahannya sangat ringan, panjangnya juga cukup pendek, hanya 45 sentimeter laju tembakannya juga cukup baik, 850 sampai 900 putaran per menit.
Aku menaruhnya di atas pahaku setelah menginspeksinya, aku menghela nafas pendek sebelum melihat ke arah belakang dan melihat Veran yang setengah tertidur.
Aku memukul pelan pahanya sebelum berbicara "Veran, ambilkan busur silang di bagasi," perintahku.
Veran tersentak terkejut dan segera berpindah dari posisi berbaring ke duduk, ia melihat ke arahku sebentar sebelum berdiri dan menjawab "Baik."
Aku melihat ke arah jam tanganku dan melihat bahwa sudah lewat enam belas menit setelah kepergian regu pengintai, aku memperkirakan mereka akan datang dalam setengah jam. Saat ini jam ku menunjukan 11:26.