24 Desember, 2030
Regu terpisah menjadi dua kelompok, kelompok ku yang berisi Marihito, aku dan Veran menunggu di pintu depan sedangkan kelompok kedua yang berisi Hoshi, Mislav, Jitka, dan Rosen menunggu di samping bangunan siap membobol dinding dengan peledak.
Seharusnya Jitka bisa menggunakan sihirnya untuk meredam suaranya, kuharap itu tidak membuatnya lelah karena harus mencakup jangkauan yang cukup luas. Jujur saja aku masih belum mengerti bagaimana sihir bekerja, aku pun tidak akan percaya jika Jitka tidak menggunakannya langsung kepada ku.
Sihirnya itu seperti membuat seseorang tidak sadar dengan sekelilingnya, aku kira sihir itu hanya ada di cerita fiksi. Tapi mayor jenderal Hide Hakuryu telah memperingatkan kami bahwa keberadaan sihir tidak boleh bocor ke publik dan diakses orang-orang. Aku mengerti itu, ini sangat berbahaya, walau sihir Jitka tidak berbahaya namun dia dapat berada di sekeliling penjaga tanpa ada yang tahu jika dia ada dengan sihirnya.
Sihirnya juga entah bagaimana bisa menghentikan atau melemahkan gelombang radio, ini akan sangat membantu. Karena kami berada di jangkauan sihirnya, kami seharusnya tidak dapat mendengar ledakan.
Aku mengisyaratkan Marihito untuk membuka pintu sedangkan Veran siap dengan sebuah granat di tangannya. Marihito membuka pintunya sedikit dan Marihito melempar granat masuk.
"Sekarang," ucapku lewat radio.
Pintu dibuka lebar memperlihatkan banyak sekali orang dengan seragam militer dan menggunakan rompi anti peluru dan helm, beberapa terluka karena pecahan granat, dinding sebelah kiri bangunan tiba-tiba meledak dan suara tembakan yang teredam oleh peredam suara mulai terdengar, mengenai penjaga-penjaga yang kurang beruntung.
Kelompok ku juga segera menembaki mereka yang tidak dapat dilihat oleh kelompok kedua.
Dalam beberapa menit semua orang di dalam bangunan telah mati. Hanya menyisakan mayat-mayat dari penjaga yang bahkan belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi. Ada sekitar 25 orang di sini mungkin?
Kami mulai menyusuri Bangunan besar yang hanya terdiri dari satu ruangan besar, ruangan ini cukup kosong, hanya ada sedikit barang dan kotak-kotak kardus atau kayu, ini terlihat seperti gudang biasa.
Hal yang menarik perhatian kami adalah sebuah pintu besi dengan panel kontrol, aku melihat ke arah Rosen yang tengah mengintip isi salah satu kotak kayu, dan Jitka di sebelahnya.
"Jitka," panggilku sambil mengisyaratkannya untuk mendekatiku.
Telinga kucingnya merespon duluan, kupingnya bergerak ke belakang sebelum kepalanya menoleh, ia mengangguk dan berjalan mendekatiku.
"Ambil kartu salah satu penjaga, kau harus masuk sendiri ke dalam, generator seharusnya di lantai terbawah di lantai tiga," perintahku.
"Sendirian?" tanyanya dengan wajah yang kaget dan ragu.
"Ya, sendirian. Kami akan masuk setelah kau sampai, beritahu kami saat untuk mematikan listriknya. Jangan biarkan mereka meminta bantuan juga, maaf tapi hanya kau yang bisa masuk hampir tanpa risiko," jelasku.
Jitka terdiam sebentar, sebelum mengangguk "Aku akan masuk."
"Semoga beruntung," balasku sambil tersenyum lalu menepuk pelan bahunya.
Jitka mengangguk sekali lagi sebelum berlari kecil ke arah salah satu mayat penjaga dan mengambil kartu identitasnya yang dikalungkan.
"Semuanya, berkumpul!" perintahku sambil menepukkan tangan perlahan beberapa kali.
Seluruh anggota berhenti dengan kegiatan mereka dan berkumpul di dekat ku yang berada di depan pintu besi besar yang tertutup rapat.
"Jitka akan masuk sendiri," ucapku dengan nada serius.
Seluruh anggota regu kecuali Jitka terlihat terkejut, Di antaranya Hoshi terlihat yang paling khawatir "Hisato kau gila!"
"Dengarkan aku dulu, hanya Jitka yang bisa masuk dengan sedikit risiko, membawa orang hanya akan membebani Jitka," aku berhenti dan menatap ke arah Jitka "Benar kan?"
"Ya, aku sudah menggunakan terlalu banyak energi, lebih banyak lagi ini mungkin akan menjadi kurang efektif," jawab Jitka.
"Lalu? Dia ke dalam sendiri untuk apa?" tanya Hoshi.
"Menjaga generator, jangan sampai mereka dapat menyalakan listrik darurat," jawabku.
"Dan? Apa Jitka tahu di mana itu?" tanya Hoshi sekali lagi, dia masih terlihat ragu dengan rencana ini.
"Jujur saja, denah yang diberikan oleh Shinryoku Sakusan Butai tidak lengkap, ini denah lantai tiga bawah, dan terlihat tidak lengkap tapi setidaknya lebih baik daripada tidak sama sekali," jawabku dan mengeluarkan sebuah kertas kecil yang terlipat di kantung chest rig milikku.
Aku memberikannya kepada Hoshi terlebih dahulu, ia melihat peta yang tidak lengkap itu, beberapa bagian terlihat terpotong dan tidak digambar, wajahnya terlihat semakin tidak yakin dengan keputusanku.
"Tidak ada cara lain?" tanya Hoshi sambil menatap ke arahku.
"Kalau ada cara lain aku tidak akan menggunakan cara ini," jawabku sambil menggelengkan kepala.
Hoshi terdiam sebentar, matanya menatap ke lantai, kakinya terlihat gelisah, dia sedang memikirkan ide lain namun sepertinya tidak mendapatkan apa-apa.
Hoshi menghela nafas sebelum menjawab "Tidak ada cara lain."
Ia memberikan denah yang aku berikan ke pada Jitka, ia menepuk pundaknya pelan "Hati-hati di dalam."
Jitka mengangguk sebelum berjalan ke arah panel kontrol, ia menempelkan kartu identitas penjaga yang telah mati ke pemindai, dan suara "beep" dapat terdengar, dan pintu perlahan terbuka.
Jitka menarik nafas dalam-dalam dan perlahan masuk ke dalam pintu besi yang telah terbuka, di balik pintu itu adalah ruangan berukuran 6 x 5 meter, dan terlihat seperti lift.
Pintu tertutup setelah Jitka masuk, dan dengungan samar mesin dapat terdengar dari balik pintu besi, dan beberapa detik kemudian berhenti, didengar-dengar dari suara mesin lift yang terdengar sangat singkat sepertinya kedalaman fasilitas ini cukup pendek, satu meter di bawah tanah mungkin?
"Veran, bersiap untuk memutuskan aliran listrik, tunggu aba-aba dari Jitka," perintahku kepada Veran.
Veran mengangguk sebelum segera berlari kecil keluar bangunan dan bersiap-siap di dekat kotak listrik.
"Rosen, Misalav, Marihito, kalian pergi turun dan ambil bahan peledak tambahan, kita akan menggali masuk, lift tidak akan berfungsi saat listrik kita matikan," perintahku kepada tiga sisa anggota regu.
"Baik!" ucap mereka serempak sebelum berjalan pergi.
Hoshi terlihat masih gelisah dengan misi ini, fokus matanya berpindah-pindah dariku ke arah lain kemudian ke pintu besi yang merupakan lift itu.
"Kau yakin ini akan berhasil?" tanya Hoshi khawatir.
"Ini satu-satunya cara, kita tidak bisa pulang sebelum misi ini selesai, jika kita gagal di sini, Yofu Gundan akan berada di posisi yang lebih sulit," balasku kemudian berjalan ke arah salah satu kotak kayu besar di dalam ruangan dan melihat isinya... Matras? Isinya hanya matras.
"Hisato," aku mendengar Hoshi memanggil ku dari belakang.
"Ya?" jawabku sambil melihat ke belakang.
"Gak jadi," balasnya sebelum berjalan pergi.
Hah? Dia kenapa? Wajahnya menunjukan dia ingin mengatakan sesuatu.
Saat ini tidak ada yang bisa kami lakukan sebelum ada aba-aba dari Jitka.