Ia menatap takjub padanya, bulu mata lentik, mata bulat dengan warna merah semerah berlian yang begitu indah membuat Becrox termangu.
"Hmm. Anginnya kencang juga. Sampai daun-daun ini menyangkut di rambutku." Gerutunya sebal melihat Tian Feng yang tampak menertawakannya dari cabang pohon disana. Oh iya! Tuan pengawal!—pikirnya hampir lupa ada Becrox yang masih diam terduduk disitu. Dia tersenyum dengan tatapan ramah seraya berjongkok, "Halo, Tuan pengawal. Kita bertemu lagi." Sapanya membuat Becrox segera sadar, "Ah, iya. Maaf." Balas Becrox gugup.
Dia menatap heran, "Hei, seharusnya aku yang minta maaf. Burung elangku sudah membuatmu takut. Apa kau tidak apa-apa, Tuan?" tanya gadis itu sambil menyingkirkan daun-daun yang menempel di rambutnya. Becrox mengangguk, dan cepat-cepat dia merubah posisinya dengan berlutut padanya, "Nona, sebelumnya maafkan saya karena tidak mengetahui, bahwa Nona adalah anggota keluarga kerajaan." Becrox menundukkan kepala mengatakannya dengan penuh hormat, dan gadis itu terdiam beberapa saat.
Tidak ada reaksi, Becrox pun mendongak sedikit, ia heran dengan ekspresi gadis itu yang terlihat sedang menahan tawa. "Maaf. Apa saya salah?" gadis itu menelungkupkan wajah ke lutut seraya memberi isyarat 'Tidak apa-apa.'
Gadis itu tertawa, dan Becrox memalingkan wajahnya karena malu, sudah salah menyangka kalau dia adalah anggota keluarga kerajaan. Dan dia segera menghentikan tawanya, berganti posisi ke duduk bersila, "Tuan pengawal pastinya orang baru disini. Begitu pula, beberapa pelayan sebelumnya juga tidak tahu menahu tentangku, karena aku selalu keluar kerajaan untuk membawa pesan dan mengantarnya. Jadi, maaf atas sikapku
tadi, karena sudah menertawakan anda, Tuan." Jelasnya pada Becrox yang masih berlutut padanya. Kemudian, dia bangkit berdiri melompat bergelantungan pada cabang pohon, "Kalau anda diam saja, aku tidak tahu apakah Tuan memaafkan saya atau tidak." Lanjutnya kini melompat dan mendarat di cabang itu.
"Tidak apa, Nona. Itu bukan masalah." Sahut Becrox bangkit berdiri di tempatnya.
Tian Feng terbang menghampiri gadis tersebut, tangan kanan gadis itu terulur, lengan bawah bajunya terpasang manset kulit yang dibuat khusus untuk tempat bertengger elang. Tian Feng bertengger di tangannya, "Tian Feng." Katanya melihat ke depan pada Becrox, mata merah berliannya memancarkan kedamaian. Becrox heran, bertanya-tanya, apa maksudnya.
"Itu adalah namanya." Lanjutnya seraya tersenyum, senyumannya begitu menyejukkan. Kini Tian Feng berpindah terbang dengan bertengger di samping kirinya. Dan dia mengelus Tian Feng dengan lembut.
"Nama itu berasal dari cerita negri timur. Nama seorang panglima besar di kahyangan. Bukankah itu keren?" usulnya mengajak bicara Becrox, "Ya. Itu sangat keren. " jawab Becrox melihat pohon dan gadis yang sedang asik menikmati waktu santai bersama elangnya.
Ia merasakan kedamaian yang menenangkan disana. Tentram sekali rasanya disini. Apakah ini karena Nona atau energi alam sendiri?—pikir Becrox ingin bertanya, tapi ia mengurung niatnya saat gadis tersebut sudah kembali bicara, "Kalau boleh tahu, siapa nama Tuan pengawal? Agar lebih mudah untuk diucapkan dan tidak sulit untuk menyapa Tuan."
Gadis itu menunggu, "Sepertinya—" perkataannya terpotong saat Becrox mulai bicara, "Becrox. Nama saya Becrox Edinhart, dari keluarga Duke Edinhart." Dia tampak berpikir begitu mendengarnya sambil menutup mata, "Hmmm, Edinhart... apakah itu keluarga Jenderal Edinhart yang pernah membantu menyelesaikan perang di kawasan Barat Daya seminggu lalu?" tebaknya kembali membuka mata sambil mengeluarkan potongan daging segar kecil, dan memberikannya pada Tian Feng. Tian Feng segera memakannya.
Becrox tersenyum kaku, "Nona tahu banyak rupanya." Itu bukanlah hal yang patut dibanggakan.—pikir Becrox yang hanya merespon dengan sangat biasa, gadis itu pun heran melihatnya, dia mengerutkan kening sambil menggerakkan kakinya maju mundur, "Tuan Becrox tidak terlihat senang. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" Becrox menggeleng masih dengan senyum kakunya, "Tidak, Nona. Saya hanya berpikir bahwa tidak ada yang patut dibanggakan. Hanya pergi berperang melawan musuh kerajaan dan mendapat penghargaan."
Dia memayunkan bibir, tidak setuju. "Hmp... banyak orang yang menginginkan pujian, penghargaan atas kerja keras mereka. Orang-orang akan datang memuji, menawarkan bantuan, dan mendukung. Kenapa Tuan justru berpikir bahwa itu tidak patut dibanggakan? Maaf, apabila ini membuat anda tersinggung. Aku tidak menyukai Anda." Cetusnya sarkas membuat Becrox tercengang kaget.
Disisi koridor lain, ada dua prajurit muda yang melihat mereka. "Hei, lihatlah disana. Bukankah itu Tuan Muda Edinhart?" tanya salah satu dari mereka tanpa melepas pandangan dengan menunjuk sosok. Salah satu temannya tertawa, "Haha, kau benar. Itu Tuan Muda Edinhart. Ayo kita kesana, menyapanya." Ajak prajurit lain yang langsung
disetujui. Dua prajurit itu pun datang menghampiri Becrox yang berdiri di depan pohon besar taman kerajaan.
"Tuan Muda Edinhart. Tuan Muda Edinhart." Panggil dua prajurit itu penuh semangat. Becrox menoleh, "Ya?"
"Selamat siang, Tuan. Maaf, sudah mengganggu waktu anda. Kami melihat Tuan disini, jadi kami berpikir untuk datang menyapa, sekaligus ingin berkenalan dengan Tuan, apabila diperkenankan." Celatuk prajurit pertama basa-basi dengan ragu. Becrox tersenyum ramah. Prajurit kedua menyikut lengan temannya itu, "Tuan Muda Edinhart, kami permisi lebih dulu. Ada tempat yang belum kami periksa. Kalau ada sesuatu yang ingin Tuan ketahui. Anda bisa menemui kami berdua di gedung sederhana sebelah barat laut Istana. Anda bisa memanggil saya Noth dan teman saya Kinzver." Jelas Noth menunjuk dirinya dan Kinzver di sebelahnya.
"Senang berkenalan dengan kalian berdua Tuan Noth, Tuan Kinzver. Terima kasih atas tawarannya." Sahut Becrox ramah, ia sudah terbiasa dengan ini, terlebih ada yang secara terbuka menawarkan informasi saat dirinya butuh.
Setelah berbincang cukup lama, Noth dan Kinzver, memberi hormat, kembali menjalankan tugas berpatroli mereka. Ia menghela napas, lalu melihat ke pohon, matanya membeliak kaget.
Gadis itu sudah pergi bersama Tian Feng. Manik birunya terlihat sendu, kepalanya tertunduk melihat lekungan akar pohon yang mencuat keluar dari tanah, aku belum tahu nama Nona. Sepertinya dia tidak suka dengan sikapku tadi. Apa aku kurang bersyukur?—pikirnya segera meninggalkan tempat yang menenangkan itu. Dan kembali menjalankan tugasnya.
Di koridor kerajaan, gadis tersebut barjalan santai bersama Tian Feng yang terbang secara berpindah-pindah perlahan. "Bukankah tadi sudah cukup membuatnya sadar. Aku tidak suka dengan orang yang tidak bersyukur atas pengorbanan keluarganya seperti Tuan Becrox." Ucapnya menggenggam tangan ke belakang. "Ah, aku mau ke dapur istana dulu. Apa kau ikut, Tian Feng?" ajaknya yang dijawab Tian Feng dengan terbang mendahuluinya ke depan.
Dia terkekeh senang, segera menyusul Tian Feng. Sedangkan di dapur istana banyak pelayan pria dan wanita tampak sibuk menyiapkan bumbu, merebus potongan sayur bersama beberapa potongan daging, mereka bekerja keras untuk menyiapkan makan siang keluarga kerajaan, dan lainnya.