BYURRR!!!!
Saat dia telah tercebur, tiga orang prajurit itu tertawa lebar, "HAHAHA!! Rasakan itu bocah surat! Bwahaha." Ejek salah satu prajurit sedikit membungkuk dengan kedua tangan memegang pinggul dan berdiri tegak sambil tertawa.
"PWUAH!!—uhuk... uhuk... huh-?"Gadis tersebut segera berbalik ke posisi duduk yang kacau, dia terbatuk
beberapa kali seraya mengusap wajah dengan kura-kura tangan kanan, dan maniknya melihat malas pada mereka. Pakaiannya jadi basah, rambutnya juga basah karena aliran air mancur, terlihat beberapa tetes air jatuh dari poni perak tipisnya, begitu juga dengan wajahnya, air menetes jatuh dari dagunya.
Dia menghela napas pendek—dia malas. Lalu prajurit kedua menghampirinya, kaki kanan prajurit itu bertumpu pada pinggiran kolam air mancur, sedikit membungkuk, siku tangan kanannya bertumpu dengan lutut. Prajurit tersebut menatapnya jijik, sangat terlihat bahwa dirinya menganggap rendah gadis itu.
"Berani sekali kau kembali kesini dengan keadaan selamat dan anggota badan utuh, huh?" cibir prajurit itu mengulurkan tangan kiri yang langsung menarik kasar kerah bajunya sehingga gemericik air bergerak cepat dan terdengar agak keras, "Bagaimana bisa bocah pengantar surat rendahan sepertimu masih selamat dari neraka itu, huh?" prajurit tersebut melotot memberikan tatapan kebencian yang sangat dalam padanya, tapi dia hanya diam. Tidak peduli, tepatnya.
Prajurit itu semakin kesal karena dia hanya diam dengan wajah malas, "Heh." Prajurit tersebut tersenyum miring, "Untuk apa aku ribut dengan bocah pengantar surat sepertimu. Kau hanya bisa lari dan sembunyi. Membuang waktuku saja." Tampik prajurit itu mendorongnya kasar sehingga kepalanya terbentur pinggiran tingkat kedua air mancur. Mereka bertiga tersenyum puas setelah itu.
Senyuman yang merendahkannya dengan tatapan jijik. Dia kembali terjatuh, sedikit membungkuk, tangan kanannya mengusap pelipis kanan kepala, dia meringis saat ujung jarinya telah menyentuh pelipis.
Tangannya bergerak ke depan, terlihat di ujung jarinya ada darah segar, matanya menatap kosong, tidak memperdulikan pelipis kepalanya yang terluka, dan dia segera berdiri. Kakinya melangkah keluar kolam air mancur, siulan halus terdengar, perlahan ada uap yang keluar dari sepatu ke atas.
Tubuhnya mengering perlahan, dan berhenti seketika, saat mendengar ada langkah seseorang tengah menghampirinya. Dia tidak peduli kalau itu adalah bangsawan lain yang mau mengejeknya, atau menindasnya. Dia segera melangkahkan kaki beranjak pergi dari kolam, "Apa kau baik-baik saja, Nona?" tanya seseorang dari sebelah kirinya---itu adalah Becrox---yang diabaikan begitu saja.
Gadis itu terus berjalan hingga sampai keluar dari gerbang istana, sedangkan Becrox yang sedari memperhatikan di dekat kolam tampak khawatir pun mengejarnya. "Nona, tolong berhenti--" perkataannya terpotong tatkala melihat kuda yang ditunggai prajurit bersama kelompoknya yang melaju cepat hendak lewat.
Mata birunya membeliak, "Nona!!" panggil Becrox sambil berlari ke arah gadis tersebut secepat mungkin. Dia menoleh ke belakang heran, melihat ke arah lain ada sekelompok prajurit berkuda yang mau lewat, dengan santai dirinya menyingkir ke tepi jalan, dan melihat Becrox tengah berlari ke arahnya.
Terkejut dengan keadaan yang tidak terduga, kakinya terhenti, dengan cepat gadis itu menarik tangannya agar ia berada di tepi jalan bersamanya. Setidaknya mereka selamat. Akan tetapi, sekelompok prajurit berkuda tersebut berhenti di depan mereka berdua.
"Hei, bukankah kau bocah surat yang selamat dari neraka itu. Kupikir kau sudah mati disana, bocah." Kata salah satu prajurit dua puluh tahun yang menunggangi kuda di barisan depan. Hening. Dia hanya melihat malas prajurit tersebut. Becrox mengedipkan mata beberapa kali, masih terkejut.
Prajurit itu tersenyum, "Yah, setidaknya kau tidak mudah mati seperti yang kau katakan padaku, Nak." Dia tersenyum—itu senyuman meledek—"Hehe, tentu saja. Itu karena aku memiliki berkah dari Dewa dan bukan seperti dua anak buahmu Tuan Trivon, yang suka mabuk serta berjudi, dan memeras rakyat seenaknya, menyedihkan." Katanya melirik dua prajurit yang dibicarakan, mereka tercekat, wajah mereka pucat pasi.
Trivon Revemmoch—prajurit kerajaan yang setia dan tidak pernah melakukan kejahatan terhadap rakyat atau kerajaan. Trivon selalu menaati perintah kerajaan tanpa terkecuali. Dan dirinya pernah dituduh oleh bangsawan lain sebagai pelaku pembunuhan berantai beberapa tahun yang lalu, tapi itu dapat dilalui dengan mudah berkat bantuan gadis pengantar pesan kerajaan yang selalu diabaikannya.
Sejak itu Trivon Revemmoch diberi penghargaan dan diangkat oleh Ratu Ionles secara langsung sebagai pembasmi oknum bangsawan yang menyeleweng dari aturan kerajaan Gidlove.
Dan kini Trivon melihat tajam pada dua anak buah prajurit yang dimaksud, dua prajurit itu bergidik ngeri, sedang Becrox yang berada di tengah pembicaraan itu agak terkejut pada gadis kecil di sampingnya, "Maaf mengganggu pembicaraan kalian." katanya sedikit gugup, karena baru pertama kali berbicara dengan orang penting kerajaan selain Ratu Ionles.
Gadis kecil itu mendongak ke samping dan baru teringat, "Wah! Hampir lupa dengan Tuan Pengawal Becrox yang nyaris tertabrak." Becrox serasa ditimpa batu mendengar pernyataan gadis tersebut, wajahnya tampak kecewa.
"Kenapa tadi Tuan Pengawal berlari tanpa tahu ada prajurit berkuda akan lewat?" tanyanya polos, hal itu membuat Becrox mengusap kening yang berpeluh, "Seharusnya aku yang menanyakan hal itu, gadis kecil. Kenapa kau berjalan tanpa melihat sekitarmu? Kau nyaris saja tertabrak." Jawab Becrox menatapnya miris. Tapi, hanya tatapan lugu dari gadis tersebut yang didapat Becrox.
Dia hanya mengedipkan mata tidak mengerti dengan wajah manis polosnya, lalu Trivon yang bersuara membuat mereka berdua menoleh, "Nak, terima kasih sudah memberitahu informasi penting itu. Sepertinya aku akan mengawasi setiap tingkah laku prajurit baru ini." ia membungkuk dengan masih menunggangi kudanya, sedang dua prajurit yang dianggap bermasalah sudah diturunkan secara paksa dari kuda,
Gadis kecil itu menoleh dan mengangguk, "Sama-sama, Tuan Trivon. Sudah jadi tugasku untuk memberi informasi yang kau perlukan." Ujarnya tersenyum kecil, Trivon ikut tersenyum melihatnya, kemudian melihat ke Becrox, reflek Becrox memberi hormat padanya, "Tuan Muda Becrox, selamat atas kelulusanmu di sekolah ksatria dan telah menjadi pengawal kerajaan di umurmu yang masih muda ini." kata Trivon tersenyum padanya, "Terima kasih, Tuan Trivon."
"Saya permisi, Tuan Muda Becrox. Hei, nak. Jangan berbuat nakal dan merepotkan Tuan Muda disebelahmu itu." Lanjut Trivon menghentakkan pelan kaki, memberi tanda pada kudanya untuk kembali bergerak memasuki gerbang istana diikuti prajurit berkuda lainnya.
Becrox menghela napas pendek, "Astaga. Itu barusan Tuan Trivon Revemmoch. Prajurit Kebanggaan Kerajaan Gidlove. Ah, aku sangat gugup. Tapi, hari ini adalah hari luar biasa dimana aku bisa bertemu dan bicara secara langsung dengan Tuan Trivon. Aku tidak akan melupakannya." Ucapnya penuh semangat.
Sampai dia yang melihatnya pun penasaran, "Berapa umur Tuan Pengawal Becrox?" dengan masih terbawa suasana, "Enam belas tahun." Gadis itu tersenyum kikuk, terkekeh geli, dan pergi meninggalkannya begitu saja. "Maaf, saya ada urusan mendadak. Permisi. Sampai jumpa."