Seorang pria empat puluh tahun memiliki kulit coklat gelap, berbadan besar tegap, gagahnan kekar, rambut hitam gondrong, dengan celemek sederhana tampat serius menata setiap makanan di atas meja yang akan disajikan dan diantar menggunakan meja troli kepada keluarga kerajaan.
Tangan besarnya bergerak dengan hati-hati menaruh setiap wadah yang berisi makan siang ke meja troli. Tiba-tiba, sesuatu yang bergerak cepat seperti sekelebat putih di belakang pria itu membuatnya heran. Ia menoleh ke belakang, mata hitam keabu-abuannya melihat semua makanan yang ada di meja. Tangan kanannya mengusap dagu heran, "Hmmm, apa itu tadi?" gumam pria itu berpikir. Tanpa menyadari sebuah tangan mengambil tiga buah apel segar di atas mangkuk besar yang akan disajikan dengan meja troli.
"Mencurigakan sekali. Aku merasakan kehadiran seorang pembuat onar. HAP!!!" tegas pria itu sambil mengeluarkan spatula kayu panjang yang diayunkan secara horizontal ke kanan belakangnya. Dan berhasil mengenai tangan kiri gadis itu, "Aduh!" Tebakannya benar, ia tersenyum miring penuh bangga dengan masih memegang spatula, "Huh, kau pikir bisa mengambil semuanya? Tidak." Tegas pria tersebut mengeluarkan kain lap sedang dari balik saku, yang kemudian dilemparkan ke arah atas meja, sehingga sekelebat putih yang bergerak cepat itu terperangkap ke dalam kain lap, dan segera ditangkap dengan cepat oleh pria itu.
Di dalam bungkusan kain lap, Tian Feng pasrah, sedangkan dia memayunkan bibir, menatap tidak suka pada pria tersebut. Mata oranye pria itu menatap lekat dirinya, "Aku tidak akan membiarkanmu mengambil makanan yang sudah disajikan ini. Ataupun yang lain, tanpa seijinku, bocah surat. Seharusnya kau diam di pohon besar taman disana, tidak datang kemari. Hmm." Kata pria tersebut menutup mata bertopang dagu tampak berpikir. "Dapur bukanlah tempat bermain dan kau tidak bisa mencuri makanan disini seenaknya." Omel pria itu yang membuatnya bosan.
Tanpa sepengetahuannya, tangan gadis itu melempar pelan dua bola ke belakangnya, yang sudah disulut oleh api, dan perlahan keluar asap tipis yang semakin tebal. Pria tersebut kaget diikuti rasa panik, karena tidak tahu.
"Asap?! Hei! Jangan tinggalkan masakan, sebelum matang, dan mematikan apinya!! Siapa yang memasak sampai terbakar?!" tegur pria itu mendongak ke pintu sebelah selatan. "Tuan Uyoutte, tidak ada yang terbakar. Sebagian masakan masih berproses." Sahut salah seorang pelayan dapur dari ambang pintu. HA-!!—Uyoutte terpekik kaget, menoleh ke arahnya. "Bocah surat." Uyoutte geram sehingga terlihat otot kecil di wajah garangnya.
Dia tersenyum puas, "Hehe. Karena Kepala Koki Uyoutte berkata begitu, maka aku akan mengambil apa yang kuinginkan." Ujarnya memasang kuda-kuda, sambil mengeluarkan tiga buah bola kecil dari jubah mantel jubah yang dilempar ke arah Kepala Koki Uyoutte, dan meledak.
PWOOF!!!
Uyoutte tidak sempat bereaksi, asap dari bola yang dilempar gadis tersebut membuatnya tidak dapat melihat apa-apa, sampai terbatuk-batuk karena tidak sengaja terhirup. Kain lap tadi lepas dari tangannya, Tian Feng segera terbang ke langit-langit dapur, lalu terbang turun secepat mungkin ke arah Uyoutte, kemudian menyambar potongan
daging besar yang tersaji di atas piring di atas meja troli, sehingga piring tadi terguncang, dan bumbu kecap yang tersisa di piring itu mengenai wajah Uyoutte.
Disaat yang sama, gadis tersebut lari keluar dari dapur istana bersama Tian Feng ke koridor terbuka yang langsung menampakkan halaman luar dan pagar rumput setinggi lutut. Dia melompati rumput penuh kegirangan, terus berlari lurus tidak tahu kemana.
"WAH!!" teriak Uyoutte kaget. Dan piring tersebut segera diambil menggunakan tangan kiri. Suara teriakan Uyoutte membuat beberapa pegawai datang karena khawatir, "Tuan Uyoutte, ada apa?"
"Tuan Uyoutte, apa yang terjadi?" tanya salah seorang pelayan menghampiri Uyoutte sambil memberikan sapu tangan padanya.
"Anak itu pasti sudah kembali." Gerutu pelayan lain melihat bola kecil yang tidak jauh dari mereka berdiri sudah tidak bisa mengeluarkan asap lagi.
"Lihatlah kekacauan ini. Kita harus menyiapkan makanan yang baru untuk disajikan, karena ulahnya." Kata pelayan lain berjalan mengambil bola-bola kecil tadi ke dalam karung.
Desas-desus mereka yang segera membereskan piring yang berantakan, dan mengganti makanan yang sudah hilang diambil oleh gadis itu.
Uyoutte terlihat lelah, "Sudahlah. Lebih baik melanjutkan tugas kalian memasak. Aku akan menata kembali makan siang untuk disajikan nanti kepada Yang Mulia Ratu Ionles." Tuturnya menggaruk kepala yang tidak gatal.
Pelayan lainnya hanya diam menurut, "Baik, Tuan." Balas mereka hampir bersamaan. Tetapi, salah satu dari mereka terlihat sangat tidak suka mendengarnya sambil berjalan kembali untuk memasak.
Lagi-lagi ulah bocah surat itu!! Kali ini akan kuberi dia pelajaran!! Tunggu saja kau bocah surat!!!—batin pelayan itu penuh ancaman.
*****
Gadis tersebut duduk bersila di atas rerumputan bersama burung elang putihnya.Tian Feng mengoyak sebagian daging dengan diapit cakarnya, daging panggang yang sudah dibagi rata oleh gadis berambut perak itu, dia juga memakan daging panggang bagian paha dengan lahap bersamanya dibelakang Istana Vincle. Istana Vincle, biasanya dipakai keluarga kerajaan untuk menghabiskan waktu bersama dan bersantai setelah melakukan perjalanan jauh atau pekerjaan berat lainnya, seperti perang.
"Hmmm. Dawging panggwang wini sangatwlah ewnak." Ucapnya yang sepemikiran dengan Tian Feng. Wajahnya belepotan karena bumbu daging panggang yang dimakannya, dia melihat Tian Feng masih asik memakan daging panggang. Dia diam memperhatikannya, karena tidak nyaman, Tian Feng menatap tajam pada gadis itu, "Apa? Aku tidak akan mengambil daging panggang bekas paruh burung dan cakar kotor itu." Cercanya agak sarkas, mendengar itu, Tian Feng kembali melanjutkan makannya.
Sementara itu, gadis berambut perak tersebut meluruskan kaki dan kedua tangannya. Dia teringat kalau tangannya masih kotor karena bekas bumbu dan daging panggang setelah makan. Gadis itu melompat berdiri, "Tian. Kalau makanmu sudah selesai kau bisa mencariku di sekitar air mancur. Aku mau berkeliling lagi mencari tempat tidur." Katanya beranjak meninggalkan Tian Feng.
Tian Feng berhenti mengoyak daging sejenak, mata elangnya terlihat memperhatikan punggung kecil gadis berambut perak yang hendak pergi mencuci tangan.
Setelah berjalan cukup jauh dari Istana Vincle, akhirnya dia menemukan air mancur yang dicari. Kakinya melangkah mantap ke arah air mancur besar bertingkat tiga seperti aliran air terjun disana. Dan dari tidak jauh dari tempatnya, tiga orang prajurit melihatnya sendirian, lalu mengikuti langkah gadis itu ke air mancur tanpa disadari olehnya.
"Kukira aku lupa tempatnya. Ternyata masih sama." Dia tersenyum kecil, tangannya direndam ke dalam kolam air mancur besar itu dengan santai. Sedang, dibelakangnya tiga prajurit tadi mendorongnya dengan keras sampai tercebur ke dalam kolam besar air mancur.
"HWAAA-!!" teriaknya yang seketika terhenti saat dia tercebur ke kolam besar air mancur.