Di tengah teriknya sinar matahari, lapangan basket itu bermandikan cahaya, menciptakan panggung bagi latihan cheerleader yang penuh semangat. Selena dan Jeslyn berdiri di tengah lapangan, siap untuk memulai latihan yang melelahkan.
Selena, dengan seragam cheerleader berkilauan dan rambut terikat rapi, tersenyum antusias kepada Jeslyn yang tampak penuh semangat dengan seragam tim cheerleder yang sarat disiplin. Di hadapan mereka, beberapa penghalang yang digunakan untuk latihan agility dan kekuatan fisik sudah disusun rapi. Mereka berdua saling berhadapan, semangat dan tekad menyala dalam mata mereka.
Awal latihan dimulai dengan langkah-langkah dasar cheerleading. Selena mengangkat tangan dan kaki dengan gesit, bergerak seiring irama musik yang terdengar dari sebuah speaker portabel. Selena mengikuti setiap instruksi jeslyn dengan presisi yang mengesankan, menunjukkan sisi disiplinnya yang kuat.
Namun, saat latihan berlanjut, tingkat kesulitan meningkat. Jeslyn memimpin gerakan yang lebih kompleks, menggabungkan loncatan tinggi dengan tarian yang cepat. Keringat mulai membasahi wajah mereka, tetapi mereka tidak menyerah. Selena yang biasanya kaku di lapangan basket, kini menunjukkan fleksibilitas dan keanggunan yang mengejutkan dalam gerakan cheerleading.
Sinar matahari semakin panas, tetapi semangat keduanya tidak surut. Selena dan Jeslyn saling mendukung satu sama lain, memberikan dorongan mental yang dibutuhkan untuk melalui latihan yang menguras tenaga. Ketika mereka melewati rutinitas lari, loncatan, dan gerakan akrobatik yang berulang-ulang, tawa lelah terdengar sesekali, menunjukkan bahwa mereka menghadapi tantangan ini dengan sikap yang positif.
Keringat akhirnya mengalir deras di wajah mereka, menciptakan jalinan jejak yang menggambarkan perjuangan mereka. Namun, dengan gerakan terakhir yang dipersembahkan dengan penuh semangat, Selena dan Jeslyn merasa puas dengan apa yang telah mereka capai. Mereka duduk di tepi lapangan, bernapas dengan berat namun senyum kemenangan menghiasi wajah mereka.
"Kenapa kau begitu terlihat akrab sekali dengan Selena?" Tanya Sofia melipat kedua tangannya di dada.
"Ini adalah pendekatan yang bagus untuk aku dan juga Selena. Aku akan membuat Selena mencintai cheerleder. Setelah itu dia akan berhasil dengan latihan yang ketat dan tentu saja tim kita akan memenangkan lomba tahunan tahun ini. Aku tidak sabar memegang piala dan orang orang memotret aku dengan cepat," tutur jeslyn tersenyum dengan mata bercahaya.
"Oke baiklah, aku ikuti saja alurmu. Jadi kapan kita akan bertemu dengan calon anggota lain kapan?" tanya Sofia tidak sabar.
"Secepatnya akan aku atur," ucap jeslyn tersenyum dengan rencana licik di pikirannya.
Hari berikutnya jeslyn masih tetap berlatih dengan Selena. Di salah satu sisi lapangan basket, Justin berdiri sambil menyaksikan latihan cheerleader yang sedang berlangsung. Matanya fokus pada Selena yang tengah berlatih dengan penuh semangat bersama Jeslyn. Dalam seragam cheerleader yang berkilauan, Selena dan Jeslyn bergerak dalam harmoni, mengeksekusi gerakan-gerakan yang kompleks dengan gesit.
Tiba-tiba, Selena melompat tinggi sambil melakukan gerakan akrobatik yang menawan. Ia mendarat dengan ringan, senyuman kebanggaan terpancar dari wajahnya. Jeslyn memberikan tepuk tangan menghentak, mengisyaratkan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan salah satu rutinitas yang sulit.
Justin mendekat, wajahnya terlihat serius. "Selena," ujarnya, suaranya datar. "Aku tak mengerti mengapa kamu begitu terpikat oleh Jeslyn. Apa yang dia lakukan di sini? Gerakannya tidak begitu presisi dan ekspresinya datar."
Selena menoleh, agak terkejut oleh kehadiran Justin. "Justin," katanya dengan tulus, "Jeslyn mungkin tidak sempurna dalam gerakan-gerakan teknis, tapi dia memiliki semangat dan dedikasi yang luar biasa. Dia bekerja keras untuk memimpin tim cheerleader ini dengan baik."
Justin menggelengkan kepala, ekspresinya tetap skeptis. "Semangat dan dedikasi saja tidak cukup. Seorang pemimpin haruslah membawa timnya ke tingkat yang lebih tinggi. Dan aku melihat potensi yang lebih besar pada dirimu, bukan pada Jeslyn."
Selena menggigit bibirnya, merasa campuran antara frustasi dan kekecewaan. "Justin, aku yakin Jeslyn memiliki kualitas kepemimpinan yang hebat. Kami semua tahu bahwa setiap anggota tim ini mempercayainya. Dan aku punya hak untuk mendukungnya."
Wajah Justin semakin mengerut, memperlihatkan ketidaksetujuan mendalam. "Selena, aku tidak tahu kenapa kamu begitu buta terhadap kekurangannya. Kamu bahkan tidak mendengarkan kritik konstruktif. Bagiku, ini sulit dipahami."
Selena merasa hatinya terluka oleh perkataan Justin. Tatapannya terpaku pada lapangan, berusaha menahan emosi yang muncul. "Aku tahu kamu tidak setuju, Justin. Tapi ini tentang lebih dari sekadar gerakan atau teknik. Ini tentang semangat, kerja tim, dan dukungan. Aku yakin Jeslyn adalah
pemimpin yang tepat untuk tim ini."
Justin menghela nafas panjang, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, Selena. Jika kamu begitu yakin, aku tidak akan lagi mencoba meyakinkanmu. Tetapi, aku harus jujur, pandangan kita tentang Jeslyn membuat jarak antara kita semakin besar."
Dengan itu, Justin berbalik dan meninggalkan lapangan, meninggalkan Selena dengan perasaan campuran antara kekecewaan dan kerinduan. Ia menyadari bahwa pilihan yang dia buat bisa memiliki dampak besar pada hubungan mereka.
"Aneh sekali Justin itu, kenapa dia sangat tidak suka dengan jeslyn," ucap Selena dengan heran.
Saat jam sekolah telah selesai. Selena dan tiga orang calon anggota cheerleder itu pergi ke sebuah tempat karoke bersama dengan jeslyn dan tim cheerleder yang lain.
"Kau beruntung sekali Selena.," Kata limey yang berjalan bersama Selena.
Mereka ada di belakang dan yang lain ada di depan . Mall itu terasa cukup ramai.
"Beruntung bagaimana?" tanya Selena mengerutkan dahi.
"Kau beruntung karena bisa berlatih dengan jeslyn. Kau tahu kan jeslyn sangat terkenal di sekolah. Dia menjadi selebriti di sekolah karena penampilan cheerleder yang sangat bagus," kata limey memuji jeslyn.
"Oh iya kah? Aku juga tidak tahu kenapa jeslyn bersikap seperti itu kepadaku, mungkin karena memang aku pantas menjadi tim cheerleder. Hahaha," Ucap Selena dengan sombong.
"Ya ampun, kau sombong sekali,"
"Tidak tidak , aku hanya bercanda. Aku tidak akan bersikap sombong. Kau tenang saja. Jika aku sudah terkenal menajdi tim cheerleder. Aku pasti akan sangat ramah," kata Selena dengan percaya diri.
"Menurutku tidak ada tim cheerleder yang ramah. Ya, kecuali dengan pria. Pasti mereka akan ramah sekali," kata limey dengan yakin.
"Tapi aku tidak akan bersikap seperti itu. Aku akan ramah dengan siapapun," kata Selena mengangguk.
"Semuanya masuk ke dalam ruangan ini!" Seru jeslyn dengan keras.
Selena dan yang lain saling memandang.
"Apa kita akan bernyanyi di dalam?" Tanya limey.
"Entahlah aku tidak tahu," Selena menggeleng.
Dalam ruangan itu ternyata sudah ada meja yang di atasnya terdapat botol botol minuman keras.
"Aku tidak bisa minum alkohol," kata limey mengerutkan dahinya.
"Kalian semua harus minum ini. Siapa yang paling banayk. Itu artinya bisa masuk ke dalam tim cheerleder!" Seru jeslyn dengan keras di dalam ruangan itu.
Semuanya saling memandang dengan wajah ketakutan. Mereka tidak pernah berpikir sebelumnya jika mereka akan di seleksi seperti ini.