Chereads / Teror Boneka Smaylda / Chapter 4 - Bab 4 Kematian Sang Dukun

Chapter 4 - Bab 4 Kematian Sang Dukun

Siang itu kebetulan ibu Rosa sedang ada urusan di luar rumah, sementara Rosa hanya seorang diri di rumah. Dia merasa gelisah, ketakutan, dan terus-menerus dihantui oleh mimpi buruk yang terus mengganggu. Setiap kali Rosa terjaga, ia merasa seperti ada kehadiran jahat yang mengitari dirinya.

Boneka Smaylda bermata merah menyala dan tersenyum lebar dengan bibir merah darah. Rosa memberi nama boneka itu Smaylda. Ia tidak bisa melepaskan boneka itu dari kehidupannya, meskipun ia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak baik dari boneka itu. Rosa merasa terhubung dengan boneka itu dan seolah-olah iblis jahat ada di dalamnya.

Ketakutan Rosa semakin memuncak, ia memutuskan untuk mencari pertolongan dari seorang dukun yang tinggal di seberang hutan. Dukun itu memiliki reputasi sebagai ahli mengobati pengaruh jahat dan menyingkirkan makhluk halus.

Rosa berjalan melewati hutan yang gelap dan misterius, merasakan angin dingin yang menyapu wajahnya. Sesekali, ia mendengar suara-suara aneh dan seram dari dalam hutan, tetapi keberanian Rosa tak goyah. Dia terus berjalan dengan tekad yang kuat untuk menemui dukun.

Setelah berjam-jam berjalan, Rosa akhirnya tiba di rumah dukun. Dengan napas tersengal-sengal, dia mengetuk pintu dan disambut oleh seorang dukun tua dengan mata yang tajam dan tatapan yang mengintimidasi. Rosa menceritakan segala yang terjadi padanya dan menunjukkan boneka Smaylda yang telah menghantui hidupnya.

Dukun itu mengangguk serius dan memeriksa boneka Smaylda dengan hati-hati. Dia merasakan aura jahat yang kuat dari boneka tersebut, membuatnya mengerutkan kening. Dukun itu kemudian mengambil beberapa alat dan mulai melantunkan mantra-mantra kuno serta membakar dupa yang harum.

Namun, dukun itu tidak menyadari kekuatan yang dimiliki oleh Smaylda. Saat ditahbiskan dengan mantra-mantra kuat, tiba-tiba Smaylda bergerak dengan kekuatan yang tidak terduga. Boneka itu tumbuh lebih besar, tubuhnya terbungkus oleh api ungu, dan matanya menyala dengan kekuatan yang menyeramkan. Rosa yang menonton dengan ketakutan, berteriak meminta dukun itu untuk melarikan diri.

Ketika warga desa menemukan rumah dukun yang sepi dan berlumuran darah, mereka merasa sangat aneh tentang tewasnya sang dukun secara mengenaskan.

Rosa pun kembali berlarian di tengah jalan. Ibunya Laura sudah berjam – jam mencari Rosa, akhirnya menemukan Rosa di jalan. Ibunya kembali membawa Rosa lagi pulang ke rumah. Rosa menceritakan semua kejadian mengenaskan itu kepadanya. Ibu Laura lalu mendekap Rosa dan menenangkannya. Rosa sangat takut menjadi penyebab atas kematian dukun itu.

Suasana di rumah Rosa begitu gelap dan hening. Lampu-lampu mati satu per satu, meninggalkan satu-satunya cahaya yang bergemerlapan dari TV yang masih menyala.

Tiba-tiba, suara derap kaki keras terdengar di luar pintu rumah Rosa. Rosa yang sedang duduk di sofa memiliki perasaan yang aneh dan berdebar-debar. Namun, ia memutuskan untuk membuka pintu.

Polisi memasuki rumah dengan sigap. Mereka melihat keadaan di dalam rumah Rosa yang gelap dengan rasa waspada. Polisi yang bertugas bernama Rama menghampiri Rosa dengan penuh kegentingan.

"Permisi, saya Rama. Kami mendapatkan laporan atas kejadian terkait kematian dukun yang terjadi di dekat sini. Bisa saya minta sedikit waktumu untuk menjelaskan situasinya?", ujar polisi Rama.

"Tentu saja, pak. Apa yang terjadi?" Rosa berkata sambal mengalihkan pandangannya ke boneka iblis Smaylda yang duduk di pojok ruang tamu. Dia masih dalam keadaan takut.

"Ternyata boneka tersebut adalah saksi kunci dalam kasus ini pak. Boneka iblis Smaylda mengklaim bahwa ia merasa terganggu dengan perlawanan si dukun yang ingin menghancurkannya. Boneka ini lah pembunuhnya pak"

Polisi sangat terkejut mendengarnya. Dia tidak pernah berpikir mengira bahwa boneka tersebut memiliki peran yang penting dalam kasus ini.

"Saya tidak percaya! Bagaimana mungkin sebuah boneka berbahaya seperti itu bisa membunuh seseorang tanpa logika yang jelas?", ujar polisi merasa aneh dan tidak masuk akal.

"Kami juga bingung, Rosa.Sepertinya kamu sedang dalam keadaan tidak sehat hari ini. Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut dan memintamu menjadi saksi dalam kasus ini. Karena beberapa penduduk sekitar melihat kamu masuk rumah itu sebelum kejadian tragi situ terjadi".

Rosa sangat ketakutan dengan pernyataan polisi tersebut. Ia takut dituduh sebagai pembunuh sang dukun padahal bukan dia.

Kami perlu informasi sebanyak mungkin dari dirimu tentang apa yang terjadi sebelum dan setelah kematian dukun."

"Tentu, pak. Saya akan memberikan semua yang saya tahu. Saya datang ke rumah dukun untuk meminta bantuan beberapa hari yang lalu dan mengatakan bahwa dia bisa menghancurkan boneka iblis Smaylda", ujar Rosa.

"Menarik. Bagaimana bisa seorang dukun yang memiliki ilmu magis kuat bisa mati oleh sebuah boneka?", ujar polisi mencari keterangan dan berusaha mempercayai pengakuan Rosa.

"Saya juga tidak mengerti, Inspektur. Tapi saat itu, aku melihat dukun boneka itu berubah menjadi iblis yang sangat mengerikan pak dan membunuh sang dukun.

Ibu Laura pun langsung nimbrung berbicara dengan pak polisi.

"Saya bisa membuktikannya, pak polisi. Rosa bukanlah pembunuh, tapi dia merupakan korban dari boneka jahat bernama Smaylda", ujar Bu Laura.

"Kenapa anda membenarkan perkataan anak anda? Bisakah Anda jelaskan lebih lanjut tentang itu, Ibu Laura?

"Tentu. Smaylda adalah boneka yang Rosa temukan beberapa minggu yang lalu di dekat sekolahnya sewaktu Rosa dan teman – temannya mengikuti kegiatan bakti sosial. Aku takt ahu Rosa membawanya pulang karena Rosa memang suka boneka. Koleksi bonekanya pun banyak. Awalnya, boneka itu terlihat seperti boneka biasa, tetapi beberapa hari terakhir ini, ia berubah menjadi boneka yang menakutkan dan jahat", ibu Laura memberikan keretangan mendetail tentang latar belakang boneka itu bisa berada di rumahnya.

"Bagaimana boneka itu berubah menjadi jahat? Apakah Rosa melihat apa pun yang menyebabkan perubahan tersebut?", tanya pak polisi penasaran.

Bu Laura mengambil boneka Smaylda dari lemari dan memberikannya kepada polisi.

"Terima kasih, Ibu Laura. Boneka ini nampak biasa-biasa saja sekarang. Apakah ada hal lain yang terkait dengan boneka ini yang bisa membantu penyelidikan?", ujar polisi menggali lebih dalam.

"Selain perubahan bentuk dan perilakunya yang aneh, kami tidak memiliki petunjuk lainnya. Tapi saya yakin bahwa Smaylda itulah yang bertanggung jawab atas kematian sang dukun. Rosa tidak dapat mengendalikan boneka itu. Anakkulah yang menjadi korban boneka iblis itu. Tolong jangan desak anak saya. Dia sudah sangat takut mengalami situasi ini seperti orang gila yang terus menerus diteror boneka itu", ujar ibu Luara lagi.

"Saya akan mencatat semua ini dalam laporan saya dan melanjutkan penyelidikan ini. Apakah Rosa bersedia untuk diwawancarai oleh kami?", ungkap pak polisi lagi.

"Tentu, pak. Saya yakin Rosa akan mengatakan apa yang dia lihat dan rasakan saat itu. Dia tidak bersalah, saya tahu itu pasti", jawab ibu Laura meyakinkan.

"Saya berterima kasih atas kerja sama Anda, Ibu Laura. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menemukan kebenaran tentang kematian sang dukun". Ucap polisi lagi.