Chereads / Teror Boneka Smaylda / Chapter 3 - Bab 3 Di Setiap Tempat Ada Boneka Smaylda

Chapter 3 - Bab 3 Di Setiap Tempat Ada Boneka Smaylda

Rosa baru saja kembali ke rumah setelah pulang sekolah. Setelah melepas sepatu hak tingginya, ia merasa haus dan memutuskan untuk mengambil minuman di dapur. Tanpa pikir panjang, Rosa berjalan menuju dapur yang berada di lantai bawah.

Saat memasuki dapur yang redup, Rosa merasa suasana yang terasa agak menyeramkan. Namun, ia mencoba untuk tidak memikirkan hal itu dan beralih ke lemari es di sudut ruangan. Ketika Rosa sudah membuka pintu lemari es, tiba-tiba Aisyah ia mendengar suara aneh dari belakangnya.

Rosa memalingkan kepalanya, merasa heran. "Siapa itu?" gumamnya, namun tak ada jawaban. Hening yang terasa semakin mencekam membuat Rosa semakin gelisah. Lalu, dari sudut matanya, ia melihat rak piring menggeliat dan bergerak sendiri.

Sadar akan keanehan tersebut, Rosa merasa takut dan berdegup kencang. Hatinya berdetak-detak saat pikirannya mulai melayang ke cerita horor yang pernah ia dengar. Dengan hati berdebar, Rosa mulai mempertanyakan keberadaan rak piring yang bergerak sendiri.

Tiba-tiba, tanpa peringatan apa pun, pintu dapur terbuka dengan keras. Suara angin malam yang masuk membuyarkan ketenangan yang ada. Rosa merasa seperti ada kekuatan tak terlihat yang menariknya ke arah pintu. Hatinya berteriak-teriak untuk melawan gejala tersebut, namun ia merasa tak berdaya.

Dan di tengah kegelapan yang semakin mengintensifkan rasa takut, terdengarlah suara misterius yang memanggil nama Rosa dengan suara seram.

"Rooooossaaaaa... Rooooossaaaaa..." desis suara itu semakin membuat bulu kuduk Rosa merinding. Ia mencoba mencari sumber suara tersebut, tetapi ia tak menemukan apa pun di dalam dapur.

Tiba-tiba, dengan kecepatan kilat, sebuah boneka iblis dengan gigi tajam dan mata berapi-api terbang di hadapan Rosa. Ia terdiam, tak percaya dengan apa yang ia lihat. Boneka itu melayang-layang di depannya dengan gerakan yang aneh dan mengancam.

Rosa mencoba untuk mengumpulkan keberaniannya dan berpikir bahwa ini mungkin hanya trik atau lelucon. Namun, tatapan iblis Smaylda yang tajam dan tawa jahatnya membuat Rosa semakin takut. Ia merasa terjebak dalam dunia horor yang begitu nyata, di hadapannya terbang boneka iblis yang tak berdaya.

"Diam, kau iblis kecil yang jahat!" seru Rosa dengan suara yang gemetar. "Aku tidak takut padamu!" Rosa mencoba memperlihatkan keberanian meski hatinya masih penuh ketakutan.

Namun, semakin Rosa berusaha menghadapi boneka iblis, semakin liar dan menakutkan gerakannya. Ia merasa iblis Smaylda semakin mendekat ke arahnya. Kepalanya yang terbuat dari plastik dan rambutnya yang berantakan membuat Rosa semakin terkejut. "Tidak, tolong jauh dariku!" seru Rosa ketakutan.

Namun, boneka iblis itu malah semakin mendekat, hingga akhirnya melayang langsung di hadapan Rosa. Matanya menyala merah dan mulutnya yang terbuka membentuk senyum jahat. Rosa merasa seperti tak ada tempat untuk melarikan diri dari kehadiran boneka iblis yang menyeramkan ini.

Tanpa pikir panjang, Rosa memutuskan untuk mengambil langkah tegas. Dalam keributan dan kekacauan di dapur yang mencekam, ia melompat ke arah boneka iblis Smaylda dan mencengkeramnya dengan kuat. "Kamu tidak akan mengganggu saya lagi!" seru Rosa sambil membuang boneka iblis itu ke tempat sampah.

Lalu Rosa pun berlari masuk ke kamarnya dan mengunci dari dalam pintu kamarnya rapat - rapat.

Namun Rosa mulai menyadari suasana di kamar Rosa begitu mencekam. Angin kencang tertiup melalui jendela yang terbuka, membuat hordeng bergerak-gerak dengan ganasnya. Namun, ada kejadian yang jauh lebih menakutkan dari itu semua. Rosa, seseorang yang tidak percaya pada hal-hal paranormal, melihat dengan ngeri ketika seprai kasur terangkat ke udara tanpa sebab yang jelas.

Rosa gemetar, "Apa-apaan ini? Kenapa seprai itu terangkat sendiri?".

Tidak lama kemudian, kursi di sudut kamar juga bergerak dengan sendirinya. Tanpa ada kekuatan yang terlihat, kursi tersebut berjalan-jalan dengan langkah terhenti-henti seperti memiliki kehendak sendiri.

Rosa dalam kepanikan, "tolong aku! Kenapa ini bisa terjadi?".

Tetapi keadaan semakin mengerikan ketika Rosa melihat boneka smaylda yang biasanya berada di sudut kamar sekarangberdiri tegak di depan cermin dengan pose yang sangat menyeramkan. Wajah boneka itu tampak kusam dan matanya melotot menatap Rosa dengan penuh rasa haus akan kehancuran.

Rosa terisak, "Tidak mungkin... Boneka itu kenapa ada di sini lagi, tadi aku sudah membuangnya di tempat sampah!".

Rasa takut yang menggelayut di hatinya membuat Rosa berdebar-debar. Setetes keringat pun mengalir di dahinya. Ia merasa terperangkap dalam lingkaran kegelapan yang tak terduga.

Tiba-tiba, suara bisikan yang samar terdengar di telinga Rosa. Suara itu seperti dari dunia lain, mencoba menyapa dan mengganggu pikirannya.

Bisikan Misterius: Rosa.... Rosa....

Rosa berusaha mengabaikan suara itu sebisa mungkin, tetapi semakin keras ia mencoba mengacuhkannya, semakin kuat pula suara itu menghampiri.

"Jangan mencoba melarikan diri, Rosa. Kamu takkan bisa lepas dari kegelapan ini.

Rosate rgopoh-gopoh, "Sialan! Siapa kamu? Kenapa kamu melakukan ini padaku?".

Tak lama kemudian, lampu kamar Rosa mati secara tiba-tiba, meninggalkan kamar itu dalam kegelapan total. Hanya suara angin kencang yang terdengar bergemuruh di luar jendela.

Rosa berbisik, "Aku harus keluar dari sini! Ini terlalu mengerikan!"

Rosa berusaha menggapai gagang pintu untuk melarikan diri. Namun, setiap kali ia mencoba membuka pintu, pintu itu bergetar dan berdenyut seperti menghalanginya.

"Kamu tidak bisa pergi, Rosa. Aku tidak akan membiarkanmu melarikan diri", suara misterius boneka Smaylda.

Rosa tersenyum pahit, "Kamu akan melihat! Aku tidak akan menyerah begitu saja!".

Dengan bulu kuduk merinding dan perasaan takut yang mendalam, Rosa memutuskan untuk mencoba meredakan situasi dengan berbicara kepada makhluk yang misterius itu.

"Siapa sebenarnya kamu? Mengapa kamu melakukan ini padaku? Lepaskan aku", teriak Rosa semakin gila dan ketakutan.

"Aku adalah roh yang terperangkap di dunia ini. Aku telah lama mencari tubuh untuk dapat hidup kembali. Sekarang, aku telah menemukanmu, Rosa. Kamu adalah pilihan sempurna untuk menjadi tuan rumah bagi jiwaku yang tersesat", dengung suara seram Smaylda.

"T-tidak, aku tidak akan membiarkanmu masuk ke dalam diriku! Aku bukanlah tempatmu!"Rosa kembali berteriak sekuat - kuatnya,

Akhirnya dengan segala usahanya Rosa berhasil berlari keluar dari kamar hingga sampai ke jalan, dia tetap berlari tak tentu arah.

Pada suatu hari yang cerah, Rosa, seorang gadis muda yang ceria, sedang berlarian dengan riang di jalan-jalan kota. Tapi ada sesuatu yang tidak biasa dengan Rosa hari ini, karena ia tampaknya berlarian tanpa tujuan yang jelas.

Perhatian warga sekitar pun teralihkan oleh tingkah Rosa yang tidak biasa tersebut. Mereka akan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Terus menjalankan kaki tanpa henti, Rosa berlarian tak tentu arah, terkadang menghindari kendaraan dan orang-orang yang sedang berjalan di depannya.

Tak lama kemudian, terdengarlah suara keras dari seberang jalan. Ibu Rosa yang baru pulang dari kerja dengan cepat berseru, "Rosa! Hentikan! Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Ia berlari mendekati anaknya dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

Rosa tetap tidak menyadarikan keberadaan ibunya dan terus berlarian, semakin jauh dari tempat ibunya berdiri. Ibu Rosa merasa panik karena takut ada yang terjadi pada anaknya.

Tanpa berpikir panjang, ibu Rosa segera mengejar anaknya sekuat tenaga. Ia berlari sepanjang jalan, melewati lalu lintas dengan hati-hati dan berteriak memanggil nama Rosa. Beberapa orang yang melihat kejadian ini juga ikut membantu mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Akhirnya, setelah berlari sejauh beberapa blok, Rosa merasa kelelahan dan tak berdaya. Ia terduduk lemas di tepi jalan, dengan nafas yang tersengal-sengal. Ibu Rosa yang sudah sampai di sana segera berjongkok di depannya, mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.

"Ibu di sini, sayang. Apa yang terjadi denganmu? Mengapa kamu berlarian begitu liar?" tanya ibu Rosa sangat cemas sambil mencoba menenangkan Rosa.

Rosa, dengan napas yang masih terengah-engah, mencoba menyampaikan apa yang dia rasakan.

"Ibu,.....", ujar Rosa sadarkan diri.

Ibu Rosa memeluk Rosa erat-erat, mencoba menenangkan putrinya yang tampak ketakutan itu. "Tenanglah, sayang, mari kita pulang".