Mark meraih tangan Jolene dan berkata dengan lembut, "Joo -... aku tahu kau sangat mencintai ayahmu ... dan aku juga tahu betapa berat rasanya kehilangan sosok terdekat kita, .. tetapi kau harus percaya, bahwa aku bukanlah penyebab kematian ayahmu, ia---"
Jolene segera menarik tangannya dengan cepat, "Jadi magsud kedatanganmu kesini hanya untuk cuci tangan dan membela diri ?, Huff Tidak perlu repot-repot mencobanya Mark, .. aku tidak sebodoh yang kau kira... pergilah.. aku tidak punya waktu untuk mendengar penjelasan bohongmu lagi... karena aku tidak akan percaya apapun yang ingin kau katakan, bagiku, kau tidak lebih dari seorang lelaki pengecut yang beraninya menusuk lawan dari belakang...",
Melihat Jolene yang keras dan tampak tak tergoyahkan, tatapan mata Mark berubah kelam, "Dan bagaimana dengan tindakan kejimu pada bayi kita... apakah itu bisa dibenarkan ?"
Jolene menoleh, "Apa magsudmu ?",
Mark menatapnya tajam, Ia lalu berkata dengan suara mantap, "Meskipun kau sangat membenciku, tetap saja, tidak seharusnya kau membunuh bayi kita yang tidak berdosa !",
"Aku tidak membunuhnya."
"Tidak membunuhnya ?, hanya menghilangkan hak hidupnya ?",
"Ini namanya keguguran....", ujar Jolene dengan suara bergetar, ia menundukkan wajahnya kebawah, menatap kearah perut ratanya dengan raut wajah penuh penyesalan, ia tampak mengepalkan tangannya yang basah oleh keringat dingin dengan kuat, 'Ah seharusnya aku tidak boleh mengatakan ini... maafkan mommy sayang.. mom hanya tidak ingin ia menganggu hidup kita dikemudian hari,'
Mendengar pengakuan Jolene, membuat Mark tersentak, benar juga, ia tahu Jolene sangat menyukai anak-anak, meskipun saat ini Jolene sangat membencinya, tapi ia yakin, Jolene tidak akan tega membunuh anaknya sendiri. tatapan Mark melembut, ia lalu berjalan mendekati Jolene dengan hati-hati, hatinya merasa sangat bersalah, ia mengerti dengan kemarahan Jolene, karena ia tidak mendampinginya disaat terpuruknya ini. nalarnya menganalisa, wajar saja jika Jolene kehilangan bayinya karena stress dan ketegangan pikiran yang dimilikinya. "Maafkan aku Joo~... telah membiarkanmu melalui ini sendirian, jangan bersedih, kita pasti bisa memiliki anak lagi dikemudian hari... Aku--",
Tidak mau mendengar dan tidak sanggup menanggung rasa sakit dari kebohongan Mark, Jolene berjalan cepat kearah pintu dan membukanya lebar, "Kau yang pergi atau aku !!", tegas Jolene dengan suara keras, tubuhnya yang kurus tampak bergetar menahan amarahnya, Mark terhenyak, ia tahu, kesabaran Jolene telah habis, gadis rapuh didepannya itu tampak berkeras hati menolaknya. Hatinya terasa sakit melihatnya kini demikian membencinya,
Mark menatap Jolene dengan putus asa, Jolene menghempas pandangannya keluar, tidak sudi lagi membalas tatapannya. Mark akhirnya memutuskan mengalah. ia lalu berbalik dan berjalan pergi. ia yakin, tidak ada gunanya memaksa Jolene untuk memaafkannya. saat ini emosinya masih tidak stabil, ia akan memberinya waktu berpikir dan menenangkan diri,
Baru dua langkah Mark pergi meninggalkan pintu, Jolene segera menutup pintu kamarnya dengan keras, Mark menatap pintu itu dengan wajah penuh kesedihan, Jolene menyandarkan tubuhnya di dinding pintu, sambil mendengarkan langkah Mark yang perlahan menghilang. air matanya terus mengalir deras membasahi wajahnya. pertemuan ini benar-benar mengguncangnya, dan jika bisa, selamanya ia tidak ingin mengalaminya lagi. Namun meskipun ia berhasil meyakinkan Mark jika dirinya tidak mengandung anaknya, tapi sekarang Mark sudah tahu dimana ia tinggal. ia yakin Mark pasti akan kembali mencarinya nanti.
Itu berarti ia tidak bisa lagi tinggal ditempat ini. 'Yah... aku harus segera berkemas dan meninggalkan tempat ini... aku harus pergi sejauh mungkin !'
Jolene tersentak dan terbangun dari mimpinya. wajah kuyunya tampak basah oleh keringat, dan ia merasakan tenggorokannya terasa kering, ia melihat kearah jam becker kecil disudut meja. Masih jam empat pagi, ternyata masih dini hari, tidak ada suara lalu lalang kendaraan, suasana flat juga masih senyap, tidak ada kesibukan apapun... sangat sepi.... Namun ia memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya, ia takut jika ia tidur kembali, siksaan mimpi itu akan kembali muncul. Dengan langkah terhuyung Jolene kemudian berjalan ke kamar mandi.
.
.
Hari Jum'at adalah hari yang sibuk di Jade Corp. ada rapat analis pagi ini. dan ia bisa menggunakan waktu yang tenang untuk menyelesaikan laporan terakhirnya sebelum Hannah bangun.
Ia baru sampai dimeja kerjanya saat intercomnya bordering. sambil mengangkat gagang telfon Jolene menjawab cepat, "Jolene Sage",
"Aku tadi tidak yakin apakah kau sudah datang ", itu suara Helena, "Mr.Sam ingin bertemu denganmu secepatnya ",
"Tolong beritahu dia aku segera kesana",
Jolene menggantung jas pendeknya, memeriksa apakah gelungan rambut coklat mudanya tetap rapi, meletakkan tas kantornya di meja dan tas kecilnya dilaci, lalu berjalan keruangan yang paling agung itu,
Didepan ruangan, Helena mengerlingkan matanya dan tersenyum sambil berkata, "Suasana hatinya sedang bagus, kau akan baik-baik saja",