Chereads / Re: Knight / Chapter 3 - Prolog (End)

Chapter 3 - Prolog (End)

Dua tahun pertemuanku dengan Octavian yang menjadi kakek kejam di pemerintahan namun sangat hangat saat bersamaku.

Umurku yang sekarang sudah 15 tahun sejak saat itu dan aku menjadi cucu kesayangan dari sahabatku ini, Octavian.

Saat yang dinanti-nanti oleh Kakekku muncul, Akademi Militer tempat para Knight di bentuk memberikan kartu khusus untukku dan hari ini hari keberangkatan ku kesana, Negara koalisi yang ada di Utara yang merupakan dataran yang bekerja sama dengan Neo-Ark sejakk kembalinya Neo-Ark kembali ke bumi.

Aku sedang menghadap kakek yang tersenyum melihat penampilanku sekarang. Dia sangat bangga atas apa yang aku lakukan sejak dua tahun ini.

"Tidak sia-sia aku hidup sampai saat ini, terimakasih sudah lahir, Twilight."

Octavian menangis haru setelah senyumnya yang lebar, entah apa yang membuatnya menangis tapi sepertinya itu adalah kelegaan yang begitu besar.

"Kalau begitu, selama 5 tahun kedepan, jadilah pemuda hebat dan gapailah peringkat yang hebat disana, cucuku!" ucapnya dan aku menyeringai akan ucapannya.

"Dengan senang hati Kek, aku Twillight Hernandez siap menerima titahmu!" ucapku dan akhirnya aku bebas dari keluarga tersebut untuk 5 tahun kedepan.

Kereta kencana mengantarku dengan robot kuda sebagai simbol para bangsawan, kereta kencana dengan kuda robot adalah sesuatu impian yang tercipta, kendaraan yang terbang di udara yang merupakan perpaduan sihir dan teknologi menjadi barang mewah dibanding kendaraan biasa.

Menatap dataran bawah yang indah adalah cita-cita kami dulu, dan Octavian yang membunuhku dulu.

Keadaan yang menarik bagi kami hanyalah khayalan ternyata.

Perbatasan Neo-Ark dengan negara bumi dulu sangat tumpang tindih. Distrik kumuh baru saja kami lewati dan kabut disana begitu banyak hingga kereta ini terbang lebih tinggi saat sampai di perbatasan.

Setelah area itu, kabut menghilang dan sawah yang luas membuat mataku tersanjung melihatnya.

"Negeri dataran bawah ternyata tak seindah yang kubayangkan!" ucapku kecil diantara awan yang disentuh oleh kereta kencana ini.

***

Akademi Militer Tollbass.

Nama sekolahan yang akan aku masuki sebagai siswa undangan langsung. Bukan karena aku anak siapa, namun prestasiku di sekolahan menengah menjadi kandidat nomer 1 yang menjadi rebutan akademi militer lainnya.

Aku memilih Tollbass karena ini adalah kampung halaman keluargaku dulu, sebagai seorang Fernandez, Tollbass adalah dataran yang di idamkan oleh Luiz Fernandez yang merupakan Kakek buyutku dulu yang terpisah dengan keluarganya.

Gerbang megah aku lalui dan seluruh orang telah mengenakan seragam akademi berlalu lalang menyambut hari baru.

Semester pertama sekolahku yang baru akan dimulai, dan tepat bunga sakura mulai tumbuh menjadi awal baru musim semi yang baru menerpa negeri ini.

Kisah klasik selalu terjadi di sekolah hari pertama, aku membawakan pidato kecil menyambut seluruh perhatian dari berbagai kalangan.

Tentu saja hari pertama juga adalah hari dimana aku bertemu dengan rekan-rekanku di masa depan.

Kelas A adalah kelas yang akan aku masuki sekarang, dan kelas tersebut adalah kelas elit yang berisikan anak-anak sombong yang sepertinya tak terlatih sama sekali.

"Ada yang aneh, aku kira kelas tahta tertinggi itu memiliki aura yang lebih menakutkan, apa sebenernya ini?" seru pria kecil yang berdiri di sampingku dengan mata dominan biru yang dulu aku miliki, kini dia menduduki bangku di sampingku.

"Sudah, nikmati saja Beel, sebagai keluarga bangsawan Tollbass, jangan berkata seperti itu," balas Gadis yang ikut duduk di depanku yang duduk di barisan paling belakang pojok kanan.

Aku menatap keduanya yang mendekatiku, rasa penasaran cukup besar saat mereka berdua begitu santainya di depan orang baru.

"Kalian-"

"Kami adalah keluarga kerajaan, sama sepertimu Tuan Hernandez."

Ucapanku di potong dengan penjelasan oleh pria yang disebut Beel oleh gadis itu.

"Perkenalkan aku adalah Riel Fernandez dan cowok cebol itu adalah Starbeel Fernandez," ucapnya sembari tersenyum simpul dengan tangannya sudah di julurkan kepadaku.

"Twillight Hernandez, salam kenal saudaraku,"

Aku menatap keduanya dan mereka yang sudah mengetahui namaku itu tak ingin beranjak dari sana, atau lebih tepatnya mereka memilih untuk stay di tempatku.

"Twillight, berhati-hatilah dengan kelas ini. Jangan terlalu mengikuti trend yang mereka lakukan." Beel memberiku sebuah nasihat kecil di hari pertama dan ingatan itu terbayang dalam otakku.

Kehancuran kelas A adalah sesuatu yang menyedihkan. Tiga bulan telah berlalu dan saat UTS telah di bagikan, 70% murid kelas A dinyatakan gagal dan peringkat kelas ini turun menjadi Kelas F.

Aku, Beel dan Riel hanya menatap semua anak-anak manja itu dari kejauhan dan menghela nafas begitu panjang.

"Yooo, anak-anak manja. Iyahhhh akhirnya kelas ini jadi milik kami juga,"

Anak dari kelas B semuanya sudah membawa perlengkapan kelasnya dan aura anak-anak kelas B seraya layaknya anak-anak kelas Elit sebenernya dibanding para bajingan kelas ini.

Seluruh anak kelasku hanya tertunduk dan menyisakan 4 peringkat atas yang sebenernya di pegang oleh kelas kami dan 4 orang lainnya yang memiliki standar nilai yang tak jauh beda dengan kami berempat.

Setelah hari itu, rapat pertama kelas kami akhirnya dimulai setelah kegagalan besar dari para bajingan yang hidup sesuka hatinya, karena hal itu juga mereka semua di usir dari singgasana yang sangat nyaman dan berakhir di kelas F.

°°° Arc 01 is start ... A Fallen F °°°

"Iyuhhh, kelas apa ini." Siswi paling menyebalkan dengan sifat yang ingin mendapatkan perhatian lainnya bersuara duluan.

Kelas dengan alas kayu yang begitu rapuh, suasana begitu dingin dan berada jauh dari keberadaan matahari dan letaknya yang ada di ujung sekolah ini.

Area F adalah area untuk 5 kelas tertinggal yaitu Kelas Prepare, Junior, Senior, Knight dan Mage.

Tiga bulan pertama menciptakan kengerian yang sama sekali tak pernah kupikirkan sama sekali.

Rasa acuh diriku bersama Beel dan Riel adalah salah satu penyebab semuanya tak sadarkan diri.

Pesta setiap pekan, mengacuhkan tugas dari guru dan begitu banyak kesalahan sudah di perbuat oleh kelas A dalam triwulan pertama.

Menyesal? Betul, mereka semua menyesal. Melihat penampilan ruang ini yang menjijikan membuat semuanya ingin segera keluar dan mengadukan hal ini kepada orang tua mereka.

"Sudahlah sialan, kalian semua yang lalai. Jangan bawa-bawa orang tua kalian ke sekolah ini!" Beel memperingati mereka dengan keras karena dialah yang paling kecewa karena gara-gara mereka, dirinya ikut ke kelas ini.

Beel mengambil kerah ketua kelas dan membantingnya dengan kuat ke lantai.

"Itu bahaya sekali Beel," ucap Riel yang memberikan sihir penyembuh dengan satu kali tembakan yang dia genggam.

Kondisi kelas kacau karena aura Beel yang menyeramkan, kekecewaan yang dari awal sudah Beel ingatkan kepada mereka tak dihiraukan sama sekali.

"Aku ini keluarga kerajaan sialan, karena kalian bangsawan busuk yang tak niat untuk sekolah, aku juga terseret ke kelas ini!" teriak Beel marah-marah dan membuat kelas F yang lain mulai mendekati kelas kami.

Aku menutup pintu dan menyibakan gorden untuk menutup segala akses pengelihatan orang-orang dan peringkat 4 mengaktifkan sihir ruang yang dia punya menciptakan anti penyadapan di ruangan ini.

"Sudah Beel, suasana sedang tidak baik jika kau perkeruh, dan bukan kau saja yang menanggung malu sekarang, 8 orang yang bersungguh-sungguh belajar merupakan anak-anak dari bangsawan ternama, dan kita semua tercoreng karena tindakan 22 orang yang hanya tau gelar orang tuanya," ucapku yang duduk di tengah-tengah semuanya yang panik dan posisi kami semua membentuk rapat pertama dari kelas yang baru saja jatuh hebat ke dasar jurang Akademi Militer Tollbass.

Beel yang mendengar ucapanku hanya bisa kesal dan meninju white board hingga berbekas karena chakranya dia konsentrasikan penuh.

Semua yang ada disana hanya bisa tertunduk bersalah akan yang mereka perbuat.

Pesta setiap pekan, bermain game di waktu belajar, bertindak sepuasnya selama pelajaran membentuk karakter kelas yang pertama diciptakan untuk para Elit menjadi kelas pecundang.

"Sepertinya tujuanku menerka kebenaran diatas sana akan sulit juga, hah menyebalkan!" Aku menggerutu kecil dan berjalan maju ke tengah-tengah semuanya.

Apanya yang siswa elit berprestasi, kondisi ini pasti sudah terdengar di telinga Octavian, menyebalkan jika kuingat kakek tua sialan itu.

Aku menjentikan jariku memecah fokus mereka semuanya dan aku menarik ketua kelas yang sangat populer itu ketengah-tengah bersamaku.

"Tidak ada gunanya kalian menyesal, untuk sekarang fokuslah untuk naik ke kelas Atas sampai kita menjadi kelas A lagi," ucapanku membuat semuanya mulai merasakan ambisinya kembali, Yap mereka harus mengisi kembali.

"Kalian itu para Elit yang disatukan sejak awal, bermainlah seperti Elit yang benar, Bajingan!"

"Kau juga ketua, jangan bersikap lembek seperti itu. Kalau aku mau, keluargamu bisa aku turunkan tahtanya dari kota timur Valantia," bisikku dengan lantang dan Ketua kelas melepas dirinya ketakutan dan memberikan pose penghormatan kepadaku.

"Maafkan hamba, Tuan Hernandez." seru dirinya yang ketakutan dan menangis dihadapan semuanya.

Semua mengikuti gerakan ketua kelas selain orang yang tidak bersalah, suara bisikan itu membuat mereka ketakutan jelas karena nama Hernandez bukanlah nama yang biasa saja bagi mereka.

"Berdirilah, kita ini teman seperguruan. Tidak baik rasanya aku memakai hak keluargaku di kelas ini, paham."

Kehidupan semester 1 ku yang tadinya cukup berkesan mewah berubah total.

Diantara baun aneh yang ada di kelas ini hingga rayap-rayap mengikis meja kami satu persatu, tekad bulat semua anak-anak akan dimulai hari itu.

Hari dimana manusia bajingan diubah menjadi pasukan elit yang akan membantuku di masa depan melawan Octavian Hernandez.

Inilah kisahku, sahabat yang dikhianati oleh diriny, sang pahlawan hidup kembali menjadi cucu kesayangannya.

"Perjalanan ini baru saja akan dimulai..."