Tanpa ragu, aku segera meraih Ponsel tersebut dari dalam tas. Saat aku menggenggam perangkat itu, terasa seperti ada semacam ikatan antara ponsel tersebut. Berbeda dengan perangkat Smartphone biasa. Ponsel ini memang dirancang untuk keperluan militer, dilengkapi dengan fitur khusus didalamnya.
Aku langsung menyalakannya dan membuka Aplikasi GPS tanpa mengetahui status bar sinyal di ponselnya. Awalnya aku berpikiran mungkin karena baru dinyalakan sehingga ponsel belum menangkap jaringan dengan baik. Setelah ku mencoba membuka GPS muncullah sebuah notifikasi.
[PERIKSA KONDISI JARINGAN DISEKITAR ANDA, ATAU NYALAKAN JARINGAN]
"Loh, gak ada sinyal ternyata, mungkin karena di hutan kali yak, tunggu dulu lah!" gumam ku.
Aku menunggu sekitar sepuluh menit dan belum ada jaringan yang berhasil di tangkap oleh ponsel ku. Aku terus reboot ponsel ku agar menangkap sinyal, namun tidak terdeteksi jaringan apapun. Karena kesabaran setipis tisu, aku marah sejadinya.
"J*nc*k.. gak ada sinyal!?"
Dengan marah, aku membanting ponsel itu ke tanah, sambil memalingkan muka dengan kekesalan dan frustrasi. Untungnya, ponsel itu sama sekali tidak rusak karena ketahanannya terhadap benturan.
Aku merasa yakin bahwa bantuan tidak akan datang dan hanya berdiam diri saja tidak akan membantu menemukan solusi. Berdasarkan apa yang terpikirkan sebelumnya, rasanya aku seperti mendarat di suatu tempat tidak dikenal, dan ini semua menunjukkan kemungkinan terlempar ke suatu lokasi tak terjamah.
Dengan menghubungkan semua peristiwa aneh yang telah aku alami, barangkali saat ini mungkin saja berada di dimensi lain. Itu hanyalah opini pribadiku, dan semoga itu tidak benar. Rasa panik mulai merasukiku saat ini, membuat sulit membedakan logika dari ilusi. Sedari tadi aku hanya mondar-mandir tak jelas karena merasa suntuk. Pikiran kacau dan kebingungan semakin menguasai, tak ada yang lebih penting selain mencari medan keluar dari hutan yang gelap ini.
Aku berhenti sejenak, berusaha menarik napas dalam-dalam, berharap bisa mendamaikan pikiran yang semakin terkelam ini. Sementara itu, aku mencoba menyalakan api unggun dan mulai memasak air di gelas stainless tahan panas. Diselubungi oleh suasana hening, air mendidih mulai memancarkan uap yang menenangkan. Aku menyeduh secangkir kopi sebagai perbekalan, berharap bisa meredakan kegelisahan yang melanda.
Dengan kopi yang hangat siap diminum, aku duduk santai dan mulai menyeruputnya.
"Ahh wes-wes, kacau ini, gak bisa ini, pelanggaran ini... dahlah... Ngopi dulu!!" desisku sambil tersenyum kecil.
Setiap tegukan kopi yang nikmat secara perlahan menenangkan pikiranku, membantuku menemukan inspirasi dalam menghadapi situasi. Efek menenangkan dari kopi membuatku mulai merasakan sebuah ide yang muncul dari dalam kepalaku. Mungkin, dengan memilih jalur ke arah barat, aku akan menemukan pemukiman di sana. Aku berencana untuk menyusuri pemukiman tersebut dengan harapan bisa meminta pertolongan. Setelah meneguk seruputan terakhir, aku mulai bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju ke arah barat.
Aku mengumpulkan barang bawaan dan melangkahkan kaki melintasi hutan ke arah barat. Tetap waspada, tak terburu-buru, menginjak di setiap tanah yang kuhampiri, mematahkan ranting, dan rerumputan untuk meninggalkan jejak perjalanan setiap beberapa langkah dibelakang. Hal ini dilakukan, dengan harapan nantinya aku akan mudah ditemukan oleh seseorang. Setidaknya, aku melakukan upaya walaupun tampak mustahil.
Saat menyusuri hutan ini, rasanya setiap langkah kaki semakin lambat, seolah waktu berhenti di tempatku berdiri. Kulihat pepohonan dan ragam tumbuhan yang tak biasa, dengan bentuk yang menarik perhatian. Aku pun memilih untuk berhenti sejenak, mencoba mengamati salah satu pohon di dekat sini.
"Aneh banget ni pohon?"
Dihadapanku terdapat batang pohon yang kokoh, dengan dedaunan berwarna putih keperakan yang terang, seakan memancarkan cahaya di tengah kegelapan hutan. Aku memperhatikan pohon ini lebih dekat, dan terkejut melihat buah-buah yang tumbuh di dahan-dahannya. Mirip dengan buah alpukat, tapi memiliki warna merah marun dan bentuknya yang hampir menyerupai buah naga.
"Hem, kayanya jenis beracun. Fiks, gak bisa dimakan!" Aku semakin waspada, mengingatkan diri untuk berhati-hati di tengah hutan yang penuh misteri ini.
Sambil terus melangkah, aku menjelajahi hutan ini dan semakin menjauh dari lokasi sebelumnya, tak lupa untuk mengamati dengan cermat lingkungan sekitar. Tak disangka, di hutan ini terdapat begitu banyak hal baru dan aneh yang sebelumnya belum pernah kurasakan selama hidup. Tentu saja, semua ini semakin membingungkanku.
"Anj*rlah, aku dimana, cok? Kok, hutan disini mirip kayak film Avatar yang biru-biru itu yak? Apa jangan-jangan aku di Isekai?"
Pikiran aneh tentang tempat itu tiba-tiba muncul. Fantasi liar itu tiba-tiba muncul begitu saja dikarenakan dahulunya aku adalah seorang Otaku akut yang sering menonton dan hobi dengan hal yang berbau Anime. Namun kini hal itu telah berlalu, karena sudah menjadi tentara sehingga hobi itupun kini perlahan aku tinggalkan. Meskipun masih nonton beberapa series sebagai selingan sih, hehe.
Kembali ke keadaan saat ini, sepanjang perjalanan melintasi hutan ini, aku terus terlarut dalam khayalan dan spekulasi. Apakah di sini aku akan menemui para Elf, gadis dengan telinga kucing, atau bahkan monster menyeramkan yang berlevel tinggi?
"Apa aku di alam gaib ya?" kembali aku berspekulasi.
Kutuntaskan usaha dengan menjelajahi dan mengamati lingkungan sekitar dengan lebih cermat. Kutatap langit, pepohonan hutan, bahkan serangga-serangga kecil di sini. Sekilas, dunia yang kudapati terasa sama seperti sebelumnya. Namun, jika diperhatikan lebih jauh, tidak dapat diabaikan perbedaan yang mencolok dari dunia asal ku, Bumi. Sementara aku menyusuri hutan yang lebat, suasana tiba-tiba berubah.
'Tit Tit Tit Tit Tit'
Bunyi yang datang dari radar mengagetkanku. Dengan cepat, aku melihat dengan seksama, dan terungkap bahwa itu adalah peringatan tentang bahaya yang mendekat dalam radius dua puluh meter dan...
'SKROAAKK'
Sebuah raungan mengerikan menggelegar dari arah jam sembilan. Getarannya menusuk jiwa dan menumbuhkan rasa waspada. Tanpa ragu, aku segera mengambil Senpi SS2 untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi.
"Idih, suara apaan tu?" bisikku.
Dengan penuh keragu-raguan, aku melihat ke arah yang diduga sebagai sumber suara. Keingintahuan memandu langkahku menuju lokasi tersebut, berusaha melangkah perlahan dan sembunyi di balik semak-semak.
"Anj*rr!!!" desisku dalam bisikan panik, ketika apa yang didapati menggoreskan keterkejutan di dalam diriku.
Aku terkejut melihat sepasang Raptor memangsa babi hutan besar. Salah satu Raptor terluka parah mungkin karena hasil pertarungannya dengan mamalia tersebut. Namun, babi hutan seharusnya ada di Zaman Tersier, bukan di Zaman Paleozoik saat Dinosaurus ada. Hal ini membuatku bingung. Aku mundur perlahan dari semak-semak. Detak jantung melambat, pikiranku kabur, dan dunia di sekitar seakan memudar. Apakah ada makhluk serupa di luar sana? Bayangan Dinosaurus muncul dalam pikiran, membuatku merinding.
Aku merasakan berat senjata di tangan, dan detak jam di kepala semakin lambat. Keheningan menakutkan. Pertanyaan samar menghantui pikiran, meninggalkan aku dalam kebingungan.
"Apa aku balik ke masa lalu ya? Tapi, mustahil dua jenis makhluk dari zaman berbeda hidup bersama. Jelas, aku di dunia lain," aku menyimpulkan.
***
Senja tiba dan aku telah berjalan jauh. Aku menemukan tempat aman di tepi sungai. Aku melepaskan ransel, rompi, dan helm untuk istirahat. Tiba-tiba, alarm berbunyi lagi.
'Tit Tit Tit Tit Tit'
"Ampun dah, apaan lagi sih!"
Jejak kaki mendekat dari semak belakang, kemudian...
'SKROAAKKK'
Raptor menyerang!
Aku menghindar dengan berguling di tanah kemudian langsung dengan sigap membidikkan senapan dan menembakkan pelurunya ke kepala Raptor.
"Hiaaak..."
'DEDEDEST'
Bunyi tembakan meredup akibat peredam dan raptor pun jatuh dengan darahnya mengucur. Aku berdiri, memperhatikan Dinosaurus itu. Ukurannya lebih kecil dari Raptor sebelumnya. Dengan teliti aku perhatikan dan menyentuh struktur kulitnya. Kulitnya terasa dingin dan keras saat ku merabanya.
"Pasti ada Dinosaurus lain. Tempat ini gak aman, aku harus cari tempat lain."
Aku melihat jam radar di pergelangan tangan, mencari tanda bahaya. Aku merenung, radar tidak bisa digunakan dengan baik. Jika aku menambah radius pendeteksian hingga batas maksimal 500 meter, baterai akan cepat habis. Jika tidak, aku tak dapat mendeteksi bahaya lebih jauh.
Radar ini dapat mendeteksi objek hidup dengan merasakan gelombang suara, serta dapat merasakan hawa panas yang dipancarkan oleh objek yang berpotensi menjadi ancaman. Selain itu, kemampuan radar kecil ini juga mencakup deteksi frekuensi suara Radio Ultrasonik yang biasa dipancarkan oleh perangkat elektronik. Hal ini membuat radar ini sangat bermanfaat dalam mendeteksi kehadiran sinyal bahaya yang mendekat.
Tak hanya memiliki kecanggihan tersebut, jam ini juga dilengkapi dengan teknologi anti jamming pada sistem radar yang membuatnya kebal terhadap serangan elektronik dalam situasi pertempuran. Dapat dikatakan bahwa ini adalah versi terkecil dari Radar AESA (Active Electronically Scanned Array) dengan beberapa upgrade dan penambahan pada sistemnya.
"Sulit memang. Semoga ukuran yang kupilih cukup," gumamku sambil mengatur ulang jam radar. Aku mengatur radius pendeteksian hingga seratus meter.
Malam ini, aku berencana tidak akan tidur di tanah. Aku harus tidur ditempat yang tinggi, mungkin di atas pohon. Aku tidak ingin menjadi makanan Raptor. Aku mencari tempat aman di hutan, mencari pohon tinggi untuk istirahat malam ini. Akhirnya, aku menemukan pohon yang menjulang tinggi dengan batang yang mudah di panjat.
"Lumayan juga ni pohon? Ok, cukup tinggi dan pasti aman."
Sebelum naik pohon, aku meletakkan barang-barang di semak dan hanya membawa makanan ringan serta persediaan air minum secukupnya. Sebagai langkah perlindungan diri, aku juga membawa Sniper untuk berjaga-jaga. Setelah persiapan selesai, aku mulai memanjat pohon dan beristirahat di salah satu dahannya.
Bagi kebanyakan orang, tidur di atas pohon mungkin tergolong hal tidak biasa. Namun, bagi kami para tentara, kami harus siap kapan saja dan bahkan tidur di mana saja, termasuk di atas pohon sekalipun. Meskipun tidak ada kasur empuk dan kenyamanan rumah, sebagai seorang Prajurit, kami dilarang mengeluh karena itu pelanggaran kata komandan ku.
Dengan kesadaran akan tugas dan kewajiban kami, aku mencoba untuk bersabar dan tetap waspada sambil beristirahat di atas pohon ini.