Dalam beberapa malam sekali, sebenarnya Emily juga punya sesi untuk pijat spesial untuk Iris. Walaupun lebih tepatnya Emily hanya perlu memastikan bahwa energi-energi sihir yang ada di tubuh Iris mengalir dengan lancar, karena tadinya Emily punya dugaan kalau ada yang menyumbat energi sihirnya.
Tapi sepertinya itu juga salah. Lagipula di dokumen juga sebenarnya sudah pernah dibuktikan.
Hanya saja ini adalah satu-satunya sesi yang disukai Iris. Bahkan menurutnya pijatan Emily lebih enak dibanding pemijat-pemijat profesional yang pernah dia temui.
"Emily, kalau kau jadi tukang pijat, Aku akan pastikan kau boleh ke istana setiap saat—aww!!" Tapi tentu saja Emily tidak senang dengan pujian itu.
"Tapi omong-omong, apa kau hanya bekerja sebagai pengajar? Punya pekerjaan lain tidak?" Tanyanya kemudian.
"..." Agak kaget mendengarnya, Emily terdiam sejenak. Soalnya selain bertanya tentang jam istirahat, Iris tidak pernah bertanya hal lain, apalagi tentang dirinya.
"Yah, kadang, kalau ada yang minta. Jadi pengawal misalnya. Atau kadang relawan untuk pekerjaan ini-itu. Bahkan saya juga pernah ikut misi pencarian relik."
"Relik? Yang legendaris itu? Seperti yang ada di museum istana?"
"Iya." Balas Emily, dan pikirannya pun melayang kembali sewaktu dia ditawarkan pekerjaan ini. Katanya kalau bisa membuat Iris mengalami perkembangan yang bagus, dia juga akan dihadiahkan salah satu relik yang ada di istana.
Tapi entah sejak kapan, Emily sudah tidak memikirkan itu. Jangan-jangan tanpa sadar sebenarnya dia sudah menyerah?
"Apa tuan putri tertarik dengan relik? Saya dengar kalau anda sudah pandai menggunakan sihir, raja dan ratu akan menghadiahkan relik sihir pada anda."
Tapi Iris hanya mendesah. "Benar juga, Aku lupa ada yang seperti itu." Balasnya.
Sebenarnya kalau hanya dilihat, Iris tidak kelihatan begitu tertarik dengan relik. Meski begitu Emily berpikir bahwa tidak mungkin ada penyihir yang tidak tertarik dengan relik sihir. Kan?
Habisnya bukan cuma legendaris, relik sihir tentu saja mengandung sihir yang... Betul-betul spesial. Bahkan kalau ada relik yang bisa membuat Iris menjadi ahli sihir, itu bukannya tidak mungkin.
Tapi relik seperti itu adanya di mana? Lagipula mungkin seseorang, misalnya raja atau ratu atau bahkan tuan putri Arina, bisa saja sudah pernah memikirkannya. Untuk menggunakan relik supaya Iris bisa jadi ahli sihir.
Tapi kalaupun ada, tentu saja yang namanya mencari relik sihir itu tidak mudah. Belum lagi relik sihir biasanya memiliki sihir pelindung yang sulit ditembus juga.
=================================
"Hari ini kita jalan-jalan keluar ya." Kata Emily pada hari berikutnya.
Terdiam sejenak, Iris mengunyah roti manisnya saat sarapan. "Kalau kau mau jalan-jalan silahkan. Aku akan menunggu di kamarku."
"Anda tidak mau lihat kembang api? Indah lho."
"Kalau begitu belikan Aku beberapa. Nanti kunyalakan saat tengah malam supaya semua orang tidak bisa tidur, hehe."
"...Ada sirkus juga."
"Sudah pernah lihat."
"Tapi anda pasti belum pernah lihat sirkus yang ini. Ini sirkus manusia jadi-jadian. Mereka kebetulan sedang mampir ke sini dan hanya akan melakukan satu kali pertunjukkan di pusat kota."
Dan akhirnya Iris menunjukkan sedikit ketertarikan. "Manusia jadi-jadian? Maksudnya yang seperti manusia serigala dan manusia kucing itu?"
"Ada manusia ular juga!"
'Oh, siapa sangka dia tertarik dengan manusia jadi-jadian?' Emily berpikir dia harus menuliskan ini di riwayat pengajaran Iris nanti saat pulang.
Sebenarnya alasan Emily mengajak Iris keluar adalah karena dia ingin menunjukkan macam-macam sihir yang ada di luar istana. Berbeda dengan istana di mana semua orang latihan sihir yang berhubungan dengan pertarungan, di luar istana penggunaan sihir lebih bervariasi.
Dari yang menggunakan sihir untuk pertunjukkan sampai penggunaan sihir untuk memasak atau hanya sekedar menyiram pot tanaman. Makanya kalau ada yang bisa membuat Iris tertarik, walaupun sihir memasak sekalipun, pasti akan jadi permulaan yang bagus.
'Walaupun kalau dipikir-pikir, ketertarikan dengan manusia jadi-jadian bukan sihir yang bisa dikuasai juga…'
Meski begitu saat mereka keluar istana, anehnya Emily agak kaget saat dia melihat Iris. Bukan karena fakta bahwa Iris tidak merengek untuk langsung pulang atau semacamnya. Tapi karena hari ini dia pakai gaun formal dan kelihatan seperti seorang bangsawan betulan.
Tanpa disadari, sepertinya Emily juga sudah terlalu terbiasa melihat Iris di pakaian latihannya. Kalaupun ada yang lain, Emily mungkin hanya pernah melihatnya memakai gaun tidurnya. Pokoknya benar-benar sosoknya sebagai tuan putri rumahan! Tidak pernah yang lain.
Iris sempat cemberut saat Emily memberitahunya kalau ternyata acara sirkusnya baru akan dimulai saat sore hari. Tapi karena dia sudah terlanjur ikut, dia jadi tidak bisa mengeluh banyak.
Mereka awalnya mengelilingi pasar untuk lihat sihir ini-itu, tapi Iris kelihatannya benar-benar tidak tertarik dengan sihir apapun. Misalnya dia suka dengan kue berbentuk bulat yang dijual di pasar. Tapi saat penjualnya menggunakan sihir untuk menghiasnya, dia malah mendesah kesal karena harus menunggu lebih lama.
Saat ada dua orang yang sedang membuat pertunjukkan dengan naga api dan air, Iris juga tidak begitu memperhatikannya. Padahal selain keren, membentuk api dan air dalam bentuk macam-macam seperti itu juga sudah termasuk agak sulit.
Baru setelah beberapa tempat lagi, akhirnya Emily membawa Iris ke sebuah toko peralatan sihir. Berbeda dengan relik sihir, peralatan sihir hanya benda-benda yang punya fungsi sihir sederhana. Dan tentunya, tidak perlu energi sihir untuk menggunakannya.
Misalnya kaca pembesar untuk melihat jarak jauh atau kantung penyimpanan yang bisa menampung banyak benda. Selain itu, tidak seperti relik yang merupakan barang langka, peralatan sihir biasanya tersedia dalam jumlah banyak dan mudah ditemui.
Bahkan Iris sendiri juga punya beberapa. Misalnya kalung yang merupakan kantung penyimpanan pribadinya. Walaupun sejauh ini barang yang pernah Emily lihat keluar dari sana cuma bantal, kipas, sisir, dan barang sepele lainnya.
Selain peralatan sihir, di toko ini juga beberapa ramuan sihir. Dari ramuan penyembuh sampai ramuan anti kantuk. Ada buku-buku sihir juga. Pokoknya apa saja. Makanya selagi Emily pura-pura diskusi dengan si pemilik toko, dia berharap kalau Iris menunjukkan ketertarikannya pada benda apapun...
"Emily, boleh Aku beli ini?"
"Oh! Yang mana, yang mana?" Emily langsung jadi semangat. Tapi sayangnya semangat itu tiba-tiba hilang lagi karena ternyata Iris cuma sedang memegangi sebuah celengan berbentuk burung hantu.
Siapa tahu dugaannya salah, Emily berbalik lagi ke arah pemilik toko. "Itu benda sihir apa?"
"Itu celengan sihir. Bisa untuk menabung banyak uang. Buatan bibiku." Balas si pemilik toko bangga. "Omong-omong yang bentuknya beruang juga ada."
Emily agak kecewa. Tapi melihat Iris menyukai celengan barunya, Emily jadi tidak bisa mengeluh. "Anda suka menabung atau suka burung hantunya?"
"Dua-duanya." Kata Iris senang yang kemudian mendekat seperti ingin berbisik. "Sebenarnya Aku punya banyak simpanan uang karena Aku jarang membeli sesuatu. Tidak seperti kak Rina yang suka mengoleksi benda-benda aneh, Aku lumayan rajin menabung, kau tahu." Katanya.
Emily jadi ingat kalau dia memang pernah mendengar sesuatu seperti itu tentang tuan putri Arina. Tapi siapa sangka yang pandai menabung malah justru tuan putri Iris. Haha, yeeey…
Yah, setidaknya daripada cuma malas-malasan di istana, Iris terlihat lebih normal saat jalan-jalan keluar.
Hari ini Iris juga lebih banyak bertanya ada Emily dari biasanya. Setelah berhari-hari, Emily akhirnya merasa jadi seperti seorang guru lagi. Karena mulai merasa seperti itu, Emily jadi mulai banyak menjelaskan ini-itu juga. Dari sejarah monumen di alun-alun sampai detail sihir untuk membuat kopi dari air biasa.
Padahal biasanya Iris tidak akan mendengarkan, tapi hari ini dia membiarkan Emily menikmati profesinya sebagai guru. Soalnya melihat Emily jadi mulai menggebu-gebu begitu, Iris juga jadi sadar kalau selama ini dia jarang membiarkan Emily jadi guru yang baik dan benar.
Tapi setelah makan siang, Iris sudah tidak mau jalan-jalan lagi. Dan entah bagaimana ceritanya, dia tiba-tiba saja jadi akrab dengan nenek penjual jeruk.
Dengan santainya Iris duduk di sebelah nenek itu untuk menumpang berteduh di gerai jeruknya. Dan neneknya juga malah senang-senang saja ada perempuan manis yang menemaninya.
Tapi daripada kesan bahwa Iris adalah tuan putri yang merakyat, pemandangan ini tetap terlihat sebagai tuan putri yang tidak tahu diri di mata Emily.
Sebagai bentuk terimakasih dan permintaan maaf, Emily pun membeli beberapa keranjang jeruk dari si nenek dan memasukkannya ke dalam kantung sihirnya. Sisanya tinggal memikirkan kepada siapa nanti dia harus membagikan jeruk-jeruknya. Soalnya walaupun suka jeruk, dia tetap tidak bisa menghabiskan tiga keranjang.
"Sirkusnya ada di mana sih? Dari pusat kota rasanya tidak ada yang kelihatan seperti tempat pertunjukkan sirkus." Tanya Iris saat hari sudah mulai sore.
"Sepertinya mereka akan mengadakan pertunjukannya di lahan yang dekat dengan gudang penyimpanan khusus. Anda tahu di sana tempatnya sedikit terpisah dari pusat kota."
Dan Iris agaknya tahu itu. "Maksudnya lahan yang termasuk wilayah khusus kerajaan? Memangnya boleh menggelar pertunjukkan di sana?"
"Yah, karena pengumumannya sudah ada, mereka pasti sudah dapat ijinnya."
Dan akhirnya mereka pun sampai di tempatnya.
Ada papan besar yang dipajang di sana. Awalnya ada tulisan Alegria de Circus. Tapi setelah dicoret dengan cat hitam, ada tulisan lain yang ditulis di atasnya.
PERTUNJUKAN DIBATALKAN.