Setelah Elvy menenangkanku, aku berhenti menangis dan melepaskannya.
Melihat Elvy berada di depanku, entah kenapa perasaan aneh yang selama ini mengganjal di hatiku menghilang, membuatku merasa sangat lega seakan beban berat di pundakku terangkat.
Tapi, ini juga membuatku penasaran.
"Umm, Elvy-chan, kenapa kau bisa berada di sini?" tanyaku yang sedikit gugup, karena aku sudah lama tidak mengobrol dengannya seperti ini. Sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan, tapi pertama aku ingin bertanya apa yang paling membuatku penasaran.
Elvy terlihat malu, dia tersenyum masam sambil mengaruk pipinya. "Umm, i-itu karena aku ingin ikut pergi berpetualang dengan kalian… A-Apa itu tidak boleh?" Wajahnya memerah.
Melihat gadis itu yang dengan malu-malu bertanya, membuatku sangat ingin memeluknya. Jantungku berdebar-debar dengan gembira.
Ya ampun, dia benar-benar sangat imut. Aku bersyukur bisa hidup, karena aku bisa melihat keimutannya seperti ini. Apa mungkin dia heroineku yang sebenarnya?
"—[Recovery]!"
"Huh?"
Saat aku asik mengobrol dengan Elvy, entah kenapa dewi yang tidak bisa membaca suasana itu tiba-tiba merampalkan sihir [Recovery] kepadaku.
"Kenapa kau merampalkan sihirmu?" Aku menatapnya curiga.
Tapi, Alicia memiringkan kepalanya. "Tidak, kupikir kau terkena efek halusinasi lagi karena wajahmu sama bodohnya seperti waktu itu."
Selagi aku dan dewi itu mulai bertengkar, Elvy yang daritadi memperhatikan kami tiba-tiba tertawa, aku dan Alicia berhenti, kami sama-sama menatap gadis itu.
Kemudian, setelah puas tertawa, Elvy menatap kami dengan senyuman ceria, wajahnya terlihat sangat serius, jadi itu membuatku terdiam. Tampaknya dia ingin mengatakan sesuatu yang penting,
"Riku-san, Alicia-san," panggilnya. Kemudian, dia tiba-tiba membungkuk. Alis mataku dan Alicia terangkat— Elvy lanjut berkata. "Kumohon, izinkan aku untuk ikut bersama kalian! Aku janji tidak akan merepotkan kalian! Jadi, kumohon!" Dia sekali lagi mengajukan permohonannya untuk pergi bersama kami.
Melihat itu, aku dan Alicia saling menantap dan kami tertawa kecil. Elvy mengangkat kepalanya, terheran-heran melihat kami yang tiba-tiba tertawa.
Aku menepuk kepalanya dan tersenyum lebar.
"Ya ampun, Elvy-chan, bukankah kita sudah menjadi teman? Jika kau ingin ikut, justru itu akan membuat kami sangat tenang karena memilikimu di sisi kami."
"Itu benar, Elvy. Jika saja kau tidak datang menyelamatkan kami seperti ini, Riku pasti sudah menjadi daging penyet."
"Aku penasaran kenapa hanya aku. Tapi, lupakanlah. Seperti yang Alicia katakan, mulai sekarang kami akan mengandalkanmu, Elvy-chan."
Gadis itu tercengang, matanya terbuka lebar, dan tubuhnya mulai gemetar. "Apa…" Mulutnya kembali terbuka. Di saat yang bersamaan, air matanya perlahan-lahan mulai tumpah membasahi wajahnya. "Apa… Apa aku benar-benar boleh ikut?" tanyanya dengan suara yang terisak-isak.
Saat itu juga, aku dan Alicia memberikan jempol kami.
Elvy menatap kami dengan senyuman lebar dan detik berikutnya, tangisannya pecah. Sambil menangis keras, dia memeluk kami berdua dengan sangat erat. Aku dan Alicia juga memeluk gadis itu, mencoba untuk menenangkannya.
Jika kau bertanya kenapa kami menerima Elvy. Itu karena aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya. Coba pikirkan lagi, mulai sekarang perjalanan kami mungkin akan menjadi semakin berat dan sulit lebih dari ini. Sehingga itu akan membuat persentase bertahan hidup kami sangat kecil.
Sedangkan di kelompok ini, kami hampir tidak memiliki seseorang yang dapat bertarung dengan benar. Seperti yang sudah terjadi barusan, kami hanya bisa terus berlari dan berlari semisalnya bertemu dengan musuh yang kuat. Jadi, bagaimana mungkin aku menolak orang yang bahkan dapat mengalahkan seekor naga sekalipun, untuk masuk ke dalam kelompok ini?
Dia bahkan memiliki sifat yang baik dan wajah yang imut. Yah, maksudku, dia sangat sempurna. Jika kau bilang di luar sana ada orang yang jauh lebih baik darinya, bawakanlah mereka kepadaku
"Baiklah, dengan begini progresku untuk menciptakan harem menjadi semakin dekat." Aku mendengus dengan sangat puas.
Tapi—
"—[Sacred Full Recovery]."
Dewi itu melakukan sesuatu yang tidak perlu lagi, jadi aku menerkamnya.
****************
Meskipun banyak kejadian yang terjadi, kami melanjutkan kembali perjalanan seperti biasa dengan Elvy yang sekarang bersama kami. Hanya dengan dia di sini saja membuat perjalanan ini menjadi semakin aman dan damai. Kami tidak lagi perlu khawatir semisalnya ada monster yang menyerang seperti sebelumnya. Tapi, karena hari sudah mau malam, kami memutuskan untuk berkemah.
Sebenarnya jika tadi kami tidak di kejar monster, kami bisa sampai lebih cepat. Itu karena aku lari secara membabi buta, jadi kami keluar dari jalur.
"Hei, Riku, bisa kau buat apinya?"
"Ya ampun, apa boleh buat. Serahkan kepadaku. Fufu, akan kutunjukkan hasil latihan yang kupelajari dari Tia-san."
Selagi aku sedang membersihkan sekitar tempat untuk kami bermalam dan mendirikan tenda yang diberikan oleh Elf di desa, Alicia memanggilku.
Aku membuat senyum percaya diri dan berdiri di depan kayu bakar itu. Aku mengulurkan tanganku ke arah kayu bakar itu dan saat itu juga—
"[Tinder]!"
—Sebuah api kecil muncul di udara kosong dan meluncur tepat di kayu bakar itu, membuatnya langsung terbakar dalam seketika.
Aku melihat hasil dari kerja kerasku itu dengan bangga.
Bagaimanapun, akhirnya setelah sekian lama, aku bisa menggunakan sihir juga.
"Meskipun ini hanya sihir dasar, tapi setidaknya aku bisa melakukannya."
Ini membuatku sangat senang, karena awalnya aku sedikit khawatir apakah aku bisa menggunakan sihir atau tidak lantaran kami berasal dari dunia yang berbeda.
Untunglah itu bisa.
"Riku-san, kau bisa menggunakan sihir juga?! Sejak kapan kau belajar sihir?!" Elvy terkejut. Matanya berseri-seri penuh kekaguman saat dia melihatku.
"Ya ampun, Elvy-chan. Aku adalah seorang jenius, hal sepele seperti ini saja sangat mudah bagiku untuk memperlajarinya." Aku menjadi sombong karena dipuji.
"Nee, Riku, apa kau bisa membuatkan air putih untukku."
"Fufu, serahkan kepadaku, itu sangat mudah. Berikan gelasnya… [Create Water]!"
"Riku, apa kau juga bisa membakar dagingku?"
"Tentu saja, mana dagingmu."
"Wah wah, seperti yang diduga dari seorang jenius. Ngomong-ngomong, apa kau juga bisa mempersiapkan tempat tidurku?"
"A-Alicia-san, tolong jangan bermain-main dengan Riku-san."
****************
Hari sudah gelap, aku duduk di depan api unggun yang menyala-nyala. Saat Alicia dan Elvy sedang asik menikmati daging bakar mereka, aku sibuk untuk memeriksa statusku saat ini.
[Name: Shinomiya Riku]
[Levels: 17]
[Strength: 71]
[Intelligence: 103]
[Vitality: 47]
[Agility: 98]
[Dexterity: 114]
[Skill >>>]
[Inventory >>>]
Melihat isi statusku, aku tersenyum puas.
Itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya, terutama di [Inteligence] dan [Dexterity]. Mereka sudah mencapai 3 digit, bersama [Agility] yang akan segera menyusul.
[Intelligence] adalah stat yang bagus untuk mengembangkan sihir, sedangkan [Dexterity] adalah stat yang bagus untuk meningkatkan pemahamanmu terhadap sesuatu. Tampaknya aku sangat cocok untuk menjadi seorang penyihir.
Fufu, aku sudah tidak sabar untuk menantikannya.
Saat aku tertawa sendiri, Alicia memandangiku dengan curiga, dia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi aku mengabaikannya dan lanjut memeriksa isi statusku. Kali ini, aku pergi ke kolom skill.
—[Skill: System Alchemist (Lv.100/100)]
—[Magic: Low Magic: Tinder, Low Magic: Create Water, Low Magic: Freaze, Low Magic: Create Earth, Low Magic: Wind]
Sekarang juga sudah banyak sihir yang bisa kupelajari, betapa menyenangkannya.
Inilah dunia fantasi yang sebenarnya.
Begitu penel skillku terbuka, aku menekan skill [System Alchemist] dan kemudian pergi untuk mengekstrak bahan. [Inventory]ku sekarang cukup penuh dengan berbagai jenis tumbuhan dan bangkai monster yang kutemui di jalan, jadi aku ingin mengekstraknya untuk dijadikan poin obat dan poin mana.
Tapi, saat aku sedang asik mengekstrak semua bahan yang kupunya, aku terdiam. Ada satu bahan yang tidak dapat kuekstrak, itu membuatku bingung.
"Kenapa mayat dari kera iblis itu tidak bisa kuekstrak?" tanyaku. Aku sudah mencobanya beberapa kali untuk mengekstraknya, tapi itu gagal. Seharusnya jika itu adalah mayat monster, aku bisa mengekstraknya menjadi poin mana.
"Sial, apa yang terjadi? Apa ini rusak?" keluhku.
Jika itu tidak dapat kuekstrak, bagaimana caranya aku mendapatkan poin mana yang berharga. Padahal aku ingin cepat-cepat untuk mendapatkan batu filsuf lagi.
"Ya ampun, inilah kenapa kau sangat bodoh, Riku."
"Huh?"
Saat aku terus mencoba untuk mengekstraknya, Alicia tiba-tiba mengejekku. Aku menatapnya. "Apa maksudmu?" tanyaku.
Dia menghela nafas singkat. "Kau bilang kau tidak bisa mengekstrak mayat dari kera iblis itu, kan? Tentu saja, kau tidak akan bisa mengekstraknya, karena dia bukan binatang sihir. Dia hanya monster biasa."
Aku mengerutkan alisku. "Apa mereka berbeda?" tanyaku lagi.
Saat aku bertanya, Elvy tampak terkejut.
Apa?
Apa mungkin itu adalah pengetahuan umum di dunia ini?
"U-Umm, apa Riku-san benar-benar tidak mengetahuinya?" tanya Elvy.
Tapi, aku tidak tau, jadi aku hanya memiringkan kepalaku.
"Fufu, ya ampun, Riku benar-benar bodoh. Baiklah, aku akan memberitahumu sedikit tentang pengetahuan umum di dunia ini, berterima kasihlah," ujar Alicia sambil memasang wajah sombong.
Alis mataku berkedut. Aku mengabaikannya dan menoleh ke arah Elvy.
"Elvy-chan, apa kau mau menjelaskannya kepadaku?" tanyaku.
"U-Umm, apa itu tidak masalah?" Dia terlihat gelisah saat pandangannya melihat ke arah Alicia yang sangat antusias.
Aku mengangguk. "Tentu saja, kau bisa mengabaikan wanita itu. Aku ingin Elvy-chan yang memberitahuku." Aku memberikannya senyuman yang tulus.
Elvy masih terlihat gelisah, tapi dia tetap menerimanya. Lagipula gadis ini memiliki sifat yang lemah ketika ada orang yang meminta tolong.
"Ka-Kalau begitu—"
"Ya ampun, Riku-san, kau tidak perlu malu-malu. Dewi ini secara langsung akan memberitahumu. Dengar, binatang sihir adalah monster yang diciptakan, sedangkan monster biasa adalah monster yang secara alami berkembang biak di alam," cetus dewi itu memotong kalimat Elvy dan menjawab pertanyaanku.
Dia benar-benar tidak mau kalah.
"Hewan yang diciptakan?" tanyaku, pada kalimat yang menarik tersebut. Tapi, aku bertanya kepada Elvy. "Siapa yang menciptakan mereka?"
"I-Itu—"
"Itu diciptakan langsung oleh Raja Iblis."
"…."
Aku menoleh ke arah Alicia yang menjawab itu, dan dia langsung memalingkan pandangannya. Aku menatapnya dengan tatapan datar.
"Jika kau memang ingin memberitahunya, kenapa kau tidak bisa dengan jujur mengatakannya saja? Kau benar-benar wanita yang merepotkan."
Aku menghela nafasku.
"U-Umm, apa kau tidak terkejut setelah mendengar itu, Riku-san?" tanya Elvy yang terheran-heran ketika dia melihat reaksiku yang biasa saja.
Mendengar itu, aku menjawabnya dengan santai. "Yah, bukan berarti aku tidak punya tebakan sendiri. Aku justru akan lebih terkejut jika bukan Raja Iblis pelakunya."
"Be-Begitu, kah? Seperti yang diduga dari Riku-san, itu sangat hebat!" ujar Elvy sambil menatapku dengan terkagum-kagum.
Aku hanya tertawa masam.
Jujur saja, bukan berarti aku tidak terkejut sedikitpun.
Ini sekali lagi membuatku tersadar, bahwa itu hampir sangat mustahil untuk mengalahkan Raja Iblis saat ini, tanpa rencana yang benar-benar matang, kami hanya akan dijadikan daging penyet.
Musuh utama kami adalah seekor monster yang bahkan dapat menciptakan monster lainnya dan menyebarkan mereka semua ke seluruh penjuru dunia, menyebabkan kekacauan yang mengerikan. Hanya dengan itu saja, sudah bisa dibayangkan seberapa kuat Raja Iblis itu sendiri.
Selain dia, masih ada juga Pimpinan pasukan Raja Iblis dan monster-monster sekelas Rodan yang harus kami kalahkan.
Hanya memikirkannya saja itu sudah membuat perutku sangat sakit. Untuk mengalahkan mereka semua, meskipun aku memiliki puluhan nyawa, itu masih belum cukup, aku bahkan masih kalah dari semut di dunia ini.
Yah, tapi aku dari awal tidak berniat untuk ikut campur ke dalam pertarungan melawan Raja Iblis, jadi kurasa aku tidak perlu terlalu memikirkannya.
Ngomong-ngomong, jika membicarakan soal Pimpinan pasukan Raja Iblis.
Aku penasaran, kenapa dari tadi Estella tidak muncul?