Chereads / Go to Another World with The Beautiful Goddess / Chapter 41 - Chapter 6: Kota pertama dan awal mula, Holand

Chapter 41 - Chapter 6: Kota pertama dan awal mula, Holand

Saat aku pikir ini akan menjadi perjalanan yang panjang, tanpa kusadari kami telah sampai di kota terdekat, yaitu kota yang akan menjadi awal mula dari petualanganku yang sesungguhnya, kota Holand.

"Fuhahaha, inilah dunia fantasi yang sesungguhnya! Selamat tinggal kehidupan primitif dan selamat datang kehidupan baruku! Mulai hari ini aku akan hidup dengan damai dan kaya raya!" teriakku dengan penuh semangat begitu kami berhasil keluar dari kawasan hutan.

Di luar sana, aku dapat melihat sebuah jalan setapak yang tidak jauh dari sini. Di jalan tersebut, berbagai macam orang-orang dan kereta kuda sedang mengantri untuk melewati gerbang kota. Melihat mereka semua, mataku berseri-seri dengan sangat antusias.

Benar, inilah dunia fantasi yang sesungguhnya.

Inilah kedamaian yang selama ini aku impikan.

Tidak ada seekor naga yang mengamuk, tidak ada tumbuhan yang berbahaya, sudah tidak ada lagi ancaman yang dapat membahayakan nyawaku.

"Umm, Riku-san, ini adalah pertama kalinya aku pergi ke kota manusia… Itu membuatku sangat gugup. Apa ini akan baik-baik saja?" gumam Elvy di sampingku.

"Jangan khawatir, Elvy-chan. Ini juga pertama kalinya bagiku!"

"Eh, apa artinya—"

"—Baiklah, tunggu apa lagi, ayo pergi!" Sebelum Elvy selesai berbicara, aku memotongnya dan langsung pergi mengikuti jalan setapak tersebut untuk ikut mengantri memasuki kota.

Rombongan kami terdiri dari aku, Alicia, dan juga Elvy. Sebenarnya masih ada lagi satu orang lagi, tapi sampai sekarang dia masih belum keluar dari dalam bayanganku, mungkinkah sekarang dia menjadi seorang pengurung diri?

Yah, aku yakin nanti dia akan keluar juga, jadi aku tidak memperdulikannya.

Lupakan semua itu. Kami sudah berjalan jauh-jauh dan akhirnya sampai juga di kota ini setelah semua perjuangan berat yang kami lalui. Karena itu, pertama-tama, yang harus kami lakukan adalah bersenang-senang.

Dengan penuh percaya diri, aku berjalan mengikuti jalan setapak tersebut.

Tapi…

Apa mungkin ini hanya perasaanku saja?

Entah kenapa aku merasa pandangan semua orang tertuju kepada kami.

Ya ampun, mungkinkah mereka semua terkesima kepada diriku?

Yah, jika memang begitu apa boleh buat. Aku memang terlahir untuk tampil mencolok, jadi teruslah kagumi aku di dalam hati kalian, karena sebentar lagi aku akan menjadi orang terkenal di kota ini.

"Nee, Riku, kau bilang kau akan menjadi kaya raya dengan uang hasil penjualan potionmu, kan? Apa aku boleh membeli sake yang mahal nanti menggunakan uang itu?"

Masih berada di punggungku, dewi itu bertanya.

Tampaknya dia juga sangat bersemangat untuk masuk ke dalam kota.

"Tentu saja, belilah sebanyak yang kau mau, aku juga akan meminumnya nanti. Hari ini kita akan melakukan pesta besar-besaran!" jawabku dan Alicia terlihat sangat bahagia. "Elvy-chan juga, apa ada sesuatu yang kau inginkan?"

"U-Umm, apa itu boleh?"

"Tentu saja, jangan malu, sebutkan saja apapun yang kau inginkan. Kita akan membeli semua itu! Karena setelah tiba di kota, kita akan menjadi kaya raya!"

"Ka-Kau begitu, aku ingin melihat-lihat pakaian yang ada di kota ini. Aku dengar di kota manusia mereka membuat berbagai macam gaun yang cantik."

"Pakaian ya?"

Mendengar itu, aku melihat pakaianku saat ini, itu adalah pakaian yang sama yang kupakai saat aku dikirimkan kedunia ini. "Kau mungkin benar, aku juga tidak bisa memakai pakaian sekolah ini terus. Ini bagus, hanya saja itu akan menghancurkan kesan fantasinya. Baiklah, kita akan membeli pakaiannya sama-sama nanti… Apa sudah tidak ada lagi yang kalian inginkan?" tanyaku lagi.

"Terima kasih, Riku-san. Tapi, mungkin untuk sekarang, aku itu saja…" jawab Elvy dengan senyuman polos.

Aku mengangguk dan menoleh ke arah Alicia. "Bagaimana denganmu?" tanyaku.

"Kurasa aku sama dengan Elvy, untuk sekarang aku hanya ingin minum-minum," jawab Alicia, yang mana membuatku terkejut.

"Be-Begitu, kah? Baiklah, jika memang itu mau kalian."

Mereka benar-benar sangat sederhana, padahal aku sudah bilang kalau mereka bisa membeli apapun yang mereka inginkan. Tapi mereka hanya menginginkan satu hal yang sangat mereka inginkan.

Jika itu adalah gadis dari duniaku berasal, mereka pasti akan langsung kegirangan untuk membeli apapun yang mereka inginkan jika kubilang mereka bebas untuk membeli apapun. Tapi, Elvy dan Alicia berbeda dari mereka, apa ini karena perbedaan budaya?

Yah, terserahlah, tidak ada gunanya juga memikirkan hal itu.

"Baiklah, pertama-tama kita akan pergi ke guild petualang untuk menjual potion. Setelah itu baru pergi untuk bersenang-senang."

"Oooohh-!!" teriak kedua gadis itu sambil mengangkat tangan mereka.

Setelah itu, kami dengan sangat antusias pergi masuk melewati gerbang kota.

Tapi…

****************

….

"Nee, Riku, mungkinkah saat ini aku sedang bermimpi? Bukankah kau bilang kita akan hidup dengan damai dan kaya raya?"

"Di-Diamlah, aku juga tidak menyangka akan menjadi seperti ini!"

Saat ini, bersama dengan Alicia dan Elvy, kami berada di dalam penjara.

"Te-Tenanglah, RIku-san, Alicia-san. A-Aku yakin ini akan baik-baik saja."

"Elvy, kau juga boleh marah kau tau, lagipula alasan kita bisa berada di sini juga karena salah pria bodoh ini."

"Uuh…"

Mendengar hinaan dari Alicia, aku hanya bisa terdiam.

"Apanya yang 'Selamat datang kehidupan baruku!'? Apa kau mengatakan bahwa membuat catatan kriminal adalah awal dari kehidupanmu?"

Dewi itu mengatakan apapun yang ingin dia katakan dengan kesal. Tapi, aku tidak bisa menyangkal itu semua, karena apa yang dia katakan memang benar.

"Te-Tenanglah, Alicia-san. Riku-san melakukan itu semua untukku, jadi jika ada yang perlu disalahkan, aku juga bersalah," sahut Elvy yang mendukungku.

Mendengar itu, aku ingin menangis.

"Elvy-chan…" Aku mendapatkan kembali senyumanku.

Dia benar-benar gadis yang baik.

"Riku-san, waktu itu, terima kasih karena telah marah untukku, saat Riku-san mengatakan itu semua, aku benar-benar sangat senang. Tapi, aku tidak ingin Riku-san melakukannya lagi, aku tidak ingin Riku-san terluka karena Elvy. Jadi, kumohon, tolong jangan lakukan hal yang ceroboh lagi," ujar Elvy sambil memegang tanganku dan melihatku dengan tatapan yang cemas.

"…." Aku terdiam.

Oh tidak, kurasa aku akan menangis.

Saat aku berpikir apakah aku harus menangis di pelukannya lagi seperti sebelumnya. Seseorang mendatangi sel penjara kami, itu adalah sipir yang menangkap kami sebelumnya.

Alis mataku terangkat dan aku menoleh ke arahnya.

"Oh, bukankah ini nona sipir yang montok, apa yang kau inginkan lagi dari kami?"

"No-Nona sipir yang montok?! Apa mungkin itu nama panggilanku?!" Nona sipir yang montok itu terkejut saat dia mendengar nama panggilan yang kubuat dengan sepenuh hati untuk menggambarkan keindahan tubuhnya.

"Hei, Riku, jangan lakukan pelecehan seksual kepada semua wanita yang kau temui. Tahanlah sedikit nafsumu itu, kau tidak ingin masa tahanan kita diperpanjang karena salahmu lagi, kan?"

"Maaf, itu kebiasaan burukku."

Saat Alicia memperingatkanku, aku membungkuk meminta maaf kepada wanita sipir itu dan dia segera mendapatkan kembali kesadarannya. Kemudian, dia berbatuk sekali dan kembali ke postur tubuh tegasnya seperti semula.

"Ba-Baiklah, aku akan menganggap kalau aku tidak pernah mendengarnya, tolong selanjutnya lebih berhati-hati," ucap wanita sipir itu dengan pipi yang sedikit memerah. Setelah itu, dia menatapku sekali lagi. "Umm, Shino, miya… -san?"

"Riku saja tidak masalah."

"Kalau begitu, Riku-san. Aku sudah mendengar semua kejadiannya dari para saksi yang melihat. Kudengar kau memukuli seorang bangsawan karena kau marah dia menghina temanmu, apa aku benar?"

"Sempurna!"

"Tolong jangan bercanda."

"Maaf."

Saat aku menjentikkan jariku seperti seorang detektif profesional terhadap perkataan yang wanita sipir itu katakan, dia menatapku dengan dingin. Tampaknya jokesku tidak diterima oleh orang-orang di dunia ini.

"Baiklah, kembali ke topik, karena Riku-san telah mengganti rugi atas luka yang didapatkan oleh bangsawan tersebut. Kami memutuskan untuk membebaskan kalian," lanjut wanita sipir itu dan dia segera membuka kunci dari sel penjara kami.

Melihat itu, aku dan Alicia saling menatap.

Sekarang kami sudah bebas.

"Umm, apa tidak masalah untuk melepaskan kami? Bukan berarti aku tau hukum seperti apa yang bekerja di negera ini, tapi aku sudah menghajar bangsawan itu habis-habisan, kau yakin ingin membebaskan kami begitu saja?" tanyaku yang masih bingung dengan situasi ini.

Saat itu, wanita sipir itu tersenyum. "Jangan khawatir, Riku-san. Kami para penjaga tidak memiliki kewajiban untuk mematuhi seorang bangsawan yang menggunakan kekuasaan mereka seenaknya. Apa yang Riku-san lakukan juga tidak bersalah, jadi tidak ada alasan untuk kami mengurung kalian lagi."

"Begitu, kah? Yah, kalau begitu, kuucapkan terima ka—"

"Ngomong-ngomong, aku dengar Riku-san berniat untuk tinggal di kota ini dan menjadi orang kaya dengan menjual potion yang anda punya, apa itu benar?" tanya wanita sipir itu yang tiba-tiba memotong perkataanku.

Aku sedikit terkejut. "Ya-Yah, memang itu niatku," jawabku dengan sedikit gugup saat wanita itu mulai menatapku seperti seekor predator, aku merinding.

"Riku-san— tidak, Riku-sama. Kurasa aku belum memperkenalkan diriku dengan benar, namaku adalah Grace, aku adalah wanita yang terkenal sangat seksi ketika aku telanjang. Umurku 27 tahun, aku juga masih lajang. Jadi, jika anda tidak masalah, maukah anda menerimaku untuk menjadi—"

"—Terima kasih atas kerja kerasnya, Grace-san! Kami sedang buru-buru, jadi kami akan pergi duluan! Jika kita memiliki takdir, kita pasti akan bertemu lagi! Sampai jumpa!"

Menyadari bahwa itu adalah situasi yang berbahaya untuk terus bersama wanita sipir itu, aku segera menyeret Alicia dan Elvy untuk pergi meninggalkan tempat itu.

Baru sesaat aku memuji wanita di dunia ini yang sederhana, ternyata aku salah.

Mau di dunia manapun, seorang wanita tetap seorang wanita.

Aku tidak boleh sampai terkena perangkap madu seperti itu, atau kehidupan damai yang kuinginkan akan dengan cepat berakhir.

Wanita benar-benar menakutkan ketika mereka putus asa.