「 Another Morning At The Varrzanian Palace - Yuna's Room 」
Istana Varrzanian kembali menyambut pagi lainnya. Setelah Yuna selesai memenuhi jadwal sarapan paginya, Ny. Clarissta memintanya untuk menunggunya di kamar Yuna.
Yuna menunggu dengan sabar. Wajahnya termenung. Jantung terasa berdebar meskipun kecil, karena ia masih mengingat ucapan Lucyver kemarin. Yang memintanya untuk langsung bekerja menjadi pelayan pribadinya.
Meskipun saat itu Yuna hanya menundukkan wajahnya, namun ia bisa merasakan getaran yang tegas lewat ucapan yang keluar dari mulut Lucyver. Yuna mencoba menghela nafas dengan halus.
Yuna : ("Jadi, seperti inikah jawaban dari keputusanku? Aku akan terus melayani seorang Raja Varrzanian selama sisa hidupku? Dan... Melupakan semua kenangan di Desa Rashvarrina untuk selamanya?")
Ke 2 tangan Yuna perlahan mengepal dengan tenaga yang kecil. Tapi seketika itu, kepalan tangannya melemah dan terbuka.
Yuna : ("Tapi semakin aku pikirkan, aku tidak memiliki pilihan lain lagi...")
Yuna teringat di malam saat Sir Renzo akan menjemputnya, Yuna sudah membulatkan keputusannya demi melindungi keluarganya.
Yuna : ("Bagaimana pun, aku tidak bisa memutar waktu kembali...")
Yuna mengalihkan pandangannya keluar jendela kamarnya yang mengarah langsung pada taman belakang asrama.
Yuna : ("Inilah kehidupanku yang sekarang... Demi ayah, paman dan semuanya... Aku akan bertahan sampai aku benar-benar sudah tidak akan sanggup lagi...")
Yuna menghela nafas.
Yuna : ("Wahai para Dewa dan Dewi... Aku mohon dengarkan permintaanku, jagalah semua keluarga yang kusayangi... Beri aku kekuatan...")
Tiba-tiba, Yuna dikejutkan dengan suara ketukan 3 kali yang nyaring. Dan langsung mencuri perhatiannya ke arah pintu.
Mrs. Clarissta : "Yuna? Ini Ny. Clarissta. Apa kau sudah siap?"
Yuna terdiam sebentar. Karena di sisi lain, ia merasa belum siap untuk melakukannya. Namun ia juga paham, bahwa Yuna tidak memiliki pilihan lainnya.
Yuna : "Ya, Nyonya."
Yuna beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu.
Yuna's Voice : "Pada akhirnya, aku sadar apa yang sudah kuputuskan bahkan sejak malam di Desa Rashvarrina..."
Yuna membukakan pintunya. Dan terlihatlah Ny. Clarissta yang berdiri dengan menawarkan wajahnya yang ramah dan senyuman yang hangat. Bersama dengan 2 pelayan wanita yang membawakan 2 jenis seragam pelayan wanita yang sengaja di buat khusus untuk Yuna, karena diposisikan menjadi pelayan pribadi raja.
Yuna merespon dengan senyum lemah. Berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan Ny. Clarissta. Namun, siapa yang tahu tentang perasaannya.
Yuna's Voice : "Aku tidak akan bisa mundur lagi... Aku seperti tidak akan pernah diijinkan untuk menengok ke belakang lagi..."
Yuna mengijinkan Ny. Clarissta masuk, diikuti oleh ke 2 pelayan wanita tadi. Yang hanya sekedar mengantarkan seragam-seragam yang dominan berwarna hitam putih, bersamaan dengan atribut lainnya, dan mereka pergi kembali meninggalkan Ny. Clarissta dan Yuna.
Mrs. Clarissta : "Yuna, ini seragammu. Kau bisa lihat? Ini adalah seragam khususmu. Tampak berbeda, bukan? Ya, itu benar. Karena kau sekarang di tempatkan untuk melayani raja secara langsung. Adalah suatu kehormatan besar yang jarang di dapatkan pelayan wanita lainnya. Karena Yang Mulia Raja sendiri yang memilihmu. Kau bisa melihat jika ke 2 seragam ini memiliki 2 jenis bagian lengan yang berbeda. Menyesuaikan dengan 2 musim. Seragam lengan panjang untuk musim dingin dan seragam lengan seperempat untuk musim panas. Dan sarung tangan putih ini hanya digunakan untuk pekerjaan tertentu. Aku juga memberimu satu pasang sepatu lagi. Lalu..."
Yuna hanya melamunkan seragam-seragam tersebut, bahkan terlihat tidak fokus saat Ny. Clarissta menjelaskan. Meskipun sebenarnya, desain seragam yang ada di hadapan Yuna terlihat lebih bagus, nyaman dan mungkin Yuna akan terlihat cocok saat sudah dikenakan. Tapi bukan itulah yang sebenarnya Yuna pikirkan.
Yuna's Voice : "Sepertinya aku memang sudah tidak bisa melihat ke belakang lagi... Atau berpikir untuk melarikan diri..."
Mrs. Clarissta : "Sekarang, ganti pakaianmu. Aku akan membantumu."
Yuna : "Baik, Nyonya."
Seperti tanpa paksaan, Yuna dengan rela melepas pakaiannya. Dan langsung mengenakan seragam yang berlengan seperempat. Terlihat sangat pas di tubuhnya yang ramping. Namun tetap saja, Yuna masih merasa kurang pas di bagian dadanya. Yuna mencoba sedikit menarik bagian dadanya untuk menemukan ruang yang lebih pas dan nyaman. Ny. Clarissta memperhatikan bahasa tubuh Yuna yang berusaha membenahi bagian tersebut.
Mrs. Clarissta : "Sepertinya masih terlihat terlalu pas di bagian dadamu. Apa kau yakin masih ingin memakainya? Jika kau merasa kurang nyaman, aku akan meminta penjahit istana untuk sedikit melonggarkannya. Bagaimana?"
Yuna : "Baiklah, Nyonya. Tapi bukankah itu akan memakan waktu yang cukup lama? Sementara, Yang Mulia Raja menginginkan saya langsung bekerja."
Mrs. Clarissta : "Aku mengerti. Tapi seragam yang nyaman akan membantumu bekerja lebih efisien dan fleksibel."
Yuna : "Baik, Nyonya. Mungkin karena seragam ini masih terasa baru. Dan saya harus bisa membiasakannya. Saya akan tetap mencoba memakainya seminggu saja."
Yuna terdengar bersikeras, namun Ny. Clarissta berusaha untuk memahaminya.
Mrs. Clarissta : "Baiklah. Tapi jika kau benar-benar merasa tidak nyaman, jangan ragu dan cepat katakan padaku. Kau mengerti?"
Yuna : "Baik, Nyonya."
Jawab Yuna sembari menganggukkan kepalanya dengan gesture yang baik. Ditambah dengan senyuman tipis yang lembut.
Mrs. Clarissta : "Itu bagus. Karena kau memiliki rambut yang cukup panjang, aku sarankan agar kau harus mengikatnya, mengepangnya atau menggulungnya. Agar tidak mengganggu pekerjaanmu. Dan juga tidak akan merusak rambutmu karena kelalaian saat bekerja. Itu juga akan menambah nilai kerapihanmu di hadapan keluarga kerajaan."
Yuna : "Baik, Nyonya."
Mrs. Clarissta : "Kalau begitu untuk hari ini, aku akan menata rambutmu."
Yuna sedikit terkejut dan malu. Hingga membuat mata birunya berkedip beberapa kali.
Yuna : "Tidakkah seharusnya, saya saja yang melakukannya?"
Mrs. Clarissta : "Tidak apa. Biarkan nyonya tua ini melakukannya sekali saja."
Respon Ny. Clarissta dengan senyum yang hangat di balik wajahnya yang sudah senja. Yuna bisa merasakan kehangatan seperti dari seorang ibu tua yang sangat menyayangi anaknya. Yang bahkan masih ingin mengurus anaknya meskipun hanya sekedar ingin menyuapinya saja. Sungguh membuatnya terharu.
Yuna : "Baik, Nyonya. Silahkan saja."
Yuna pun membiarkan Ny. Clarissta menata rambutnya. Yuna pun duduk di depan meja riasnya. Lewat tangan tuanya, Ny. Clarissta mengambil segenggam rambut panjang Yuna dan menyisirnya dengan perlahan. Dan mulai menata rambut Yuna dengan membuat sanggulan yang apik dan terlihat rapi. Sentuhan terakhir, Ny. Clarissta memasangkan bando berenda putih.
Mrs. Clarissta : "Selesai. Berdirilah. Aku ingin melihat penampilanmu keseluruhan."
Yuna pun berdiri dari tempatnya dan membalikkan badannya.
Yuna : "Bagaimana, Nyonya?"
Ny. Clarissta cukup terkejut saat melihat penampilan Yuna yang sekarang. Yuna terlihat sangat cantik dengan semua yang ia kenakan. Membuat Ny. Clarissta menunjukkan senyum lembutnya.
Mrs. Clarissta : "Kau terlihat bagus. Lihatlah sendiri ke dalam cermin."
Yuna membalikkan badannya lagi dan menghadap cermin. Yuna mulai memperhatikan refleksi dirinya di cermin. Yuna bahkan mengusap permukaan kain seragamnya di bagian dada atasnya. Terasa lembut. Yuna merasa terpana, namun ada perasaan yang lainnya.
Yuna's Voice : "Hal yang kupikirkan saat aku melihat diriku sendiri dengan seragam ini adalah... Sudah waktunya, Yuna... Hadapilah... Jangan takut lagi... Ayahmu sedang mengucapkan doanya padamu sekarang di Desa Rashvarrina... Tunjukkan bahwa kau sudah yakin dengan memegang keputusanmu... Sekarang berjalanlah menuju arah yang menjadi tujuannya... Itulah yang kupikirkan, mendengarkan hati sanubariku sendiri..."
Yuna merasakan sentuhan di pundaknya. Saat ia mengalihkan pandangannya, ternyata itu adalah Ny. Clarissta yang tersenyum hangat.
Mrs. Clarissta : "Kau sudah siap?"
Yuna menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Mrs. Clarissta : "Ayo, kita pergi."
Yuna merasa sudah siap dengan realita yang akan ia hadapi yang sebenarnya, setelah keluar dari kamarnya. Berjalan, sambil mengikuti Ny. Clarissta.
Sejenak, Yuna mengalihkan pandangannya ke sampingnya. Melihat langit pagi yang biru dengan sinar matahari pagi yang mulai menyinari sebagian gedung Istana Varrzanian yang bisa terlihat dari asrama lantai 2. Terdengar juga nyanyian ringan burung-burung kecil yang menambah suasana pagi yang menenangkan.
Yuna's Voice : "Inilah waktunya... Ayah, jangan pernah berhenti mengucapkan doamu dari rumah kita... Dan disini, aku tidak akan pernah berhenti berharap..."
Yuna menghela nafas dengan halus dan senyuman pun mulai tergambar lagi dengan indahnya.
Sepanjang perjalanannya mengikuti Ny. Clarissta, tanpa disadari banyak mata yang kembali melihat ke arah Yuna. Ada yang terkejut karena Yuna memakai seragam pelayan wanita yang berbeda. Ada beberapa yang masih terpesona dengan penampilan Yuna yang membuatnya terlihat lebih cantik dengan seragam tersebut. Dan tidak sedikit yang merasa tidak percaya dengan posisi pekerjaan Yuna yang dianggap merupakan pekerjaan terberat.
Namun, Yuna tidak mendengar semua yang terjadi di belakangnya. Akan tetapi, justru Ny. Clarissta memperhatikan semuanya. Yang mulai membuatnya berpikir bahwa hal itu hanya akan memperburuk keadaan. Ny. Clarissta berdeham cukup keras yang dimaksudkan untuk para pelayan wanita yang tengah membicarakan Yuna.
Mrs. Clarissta : "Ayo, jangan diam saja. Mohon jaga sikap kalian dan kembalilah bekerja..!"
Sontak saja, para pelayan wanita mulai panik dan dengan terburu-buru membubarkan diri setelah Ny. Clarissta menegur mereka dengan tegas.
Yuna baru tersadar dan bingung dengan yang baru saja terjadi.
Ternyata, tanpa disadari selama mengikuti Ny. Clarissta, Yuna sudah berada di depan sebuah ruangan berpintu ganda yang dijaga oleh 2 penjaga yang ternyata sesekali mencuri pandang pada Yuna, namun mereka terlarang jika sampai melalaikan pos penjagaannya.
Yuna : "Maaf, Nyonya. Dimana kita?"
Mrs. Clarissta : "Kita berada di depan ruang kerja pribadi Nona Lucyanna."
Ucap Ny. Clarissta sambil menengok ke arah Yuna, berhasil mengejutkan Yuna.
Yuna : "Kenapa kita kemari, Nyonya?"
Mrs. Clarissta : "Nona Lucyanna ingin bertemu denganmu. Ayo kita masuk. Nona Lucyanna sudah menunggu kita. Tolong, bukakan pintunya."
Guardians : "Baik, Nyonya!"
Pinta Ny. Clarissta pada ke 2 penjaga yang sejak tadi menunggu walaupun harus dihantui kegugupannya karena melihat Yuna.
Pintu pun terbuka. Yuna bisa melihat Lucyanna yang sedang sibuk memperhatikan secarik kertas di tangannya dengan ekspresi yang fokus namun santai.
Ny. Clarissta bersama dengan Yuna, memasuki ke tengah ruangan yang cukup besar tersebut. Dan langsung membuat Lucyanna memalingkan fokusnya dari kertas tersebut. Mengarahkan mata merah itu pada Yuna dengan sorot mata yang berbeda.
Lucyanna tersenyum saat melihat penampilan Yuna dalam balutan seragam tersebut.
Mrs. Clarissta : "Nona Yang Terhormat, saya datang. Bersama dengan Yuna, seperti yang Anda inginkan."
Ucap Ny. Clarissta sambil memberikan salam hormatnya, Yuna juga mengikuti gerakan yang sama.
Lady Lucyanna : "Ah, bagus sekali. Bagaimana kabarmu, Yuna? Apa kau merasa nyaman selama baru beberapa hari tinggal di area Istana Varrzanian?"
Tanya Lucyanna dengan nada yang terdengar dalam kondisi hati terbaiknya.
Yuna : "Ya, Nona Lucyanna."
Jawab Yuna dengan singkat, tanpa memberikan alasannya.
Lady Lucyanna : "Kau terlihat bagus dengan seragam itu. Aku sudah menduganya sejak awal aku mencoba memikirkannya. Sederhana seperti ini, sudah sangat bagus untukmu."
Ucap Lucyanna sambil memperhatikan seragam yang sudah melekat di tubuh Yuna. Lucyanna terlihat sangat puas dengan hasilnya.
Yuna : "Apakah seragam ini, Nona Lucyanna sendiri yang membuatnya?"
Tanya Yuna yang cukup terkejut.
Lady Lucyanna : "Itu benar. Bagaimana? Kau menyukainya?"
Yuna : "Te-Tentu, Nona. Dan kelihatannya lebih berkelas dibandingkan seragam lainnya. Apakah ini tidak termasuk agak berlebihan?"
Tanya Yuna yang mulai merasa canggung.
Lady Lucyanna : "Jangan cemaskan masalah itu. Karena ini pertama kalinya kau akan bekerja untuk melayani raja. Aku sepakat akan membuat seragam yang berbeda. Pada umumnya, bahan yang kugunakan adalah sama, demi mementingkan kenyamanan para pekerja di istana selama mereka bekerja. Tapi, memang terkecuali untukmu. Aku memilihkan bahan yang sedikit lebih baik dari yang lainnya. Tapi kumohon, jangan mencemaskannya lagi. Karena ini demi kenyamananmu."
Yuna : "Ba-Baiklah, Nona..."
Mulai detik itu pun, Yuna harus mau menerima jawaban tersebut. Meskipun tidak sesuai dengan kata hatinya.
Lady Lucyanna : "Kudengar, kau membersihkan sendiri kamar lama itu. Apa itu benar?"
Mrs. Clarissta : "Maaf jika saya sedikit memotong. Tapi itu benar, Nona Lucyanna. Kamar lama itu sekarang terlihat lebih rapi dan bersih. Siapa pun akan merasa nyaman tinggal disana. Saya sangat terkesan dengan kebiasaan bersih-bersih Yuna."
Jelas Ny. Clarissta dengan nada senang dan bangga. Berhasil memancing rasa penasaran Lucyanna. Namun Yuna justru merasa malu karena pujian itu. Dan hanya bisa menundukkan wajahnya.
Lady Lucyanna : "Ooh, benarkah? Terdengar sangat bagus. Aku juga ingin sekali melihat kamarmu. Apa aku diijinkan?"
Yuna : "Ba-Baik, Nona. Saya ijinkan..."
Jawab Yuna dengan gugup.
Seketika, Lucyanna membaringkan punggungnya dengan ke 10 jarinya yang tertaut. Wajahnya mulai terlihat sedikit serius.
Lady Lucyanna : "Yuna, kau pasti sudah mendengar langsung perintah raja, bukan? Aku sungguh menyesal terutama karena keegoisannya yang cukup menyebalkan itu!"
Gumam Lucyanna. Yuna terkejut saat mendengarnya. Kenapa seorang Lucyanna bisa berkata seperti itu tentang Raja Varrzanian? Itulah yang awalnya Yuna pertanyakan.
Lady Lucyanna : "Tapi jangan khawatir. Aku akan tetap memastikan, Yang Mulia Raja akan memegang janjinya. Kau dapat tetap belajar selama yang dibutuhkan, sampai kau lulus sepenuhnya. Jadi gunakanlah waktu tersebut. Bantuan akan selalu tersedia untukmu. Dari Ny. Clarissta, mungkin aku atau Tristan."
Yuna : "Tri-- Maksud saya, siapa Tuan Tristan ini?"
Tiba-tiba, suara ketukan di balik pintu ganda terdengar nyaring.
Lady Lucyanna : "Masuklah!"
1 pintu terbuka dengan perlahan dan terlihatlah seseorang yang berdiri di ambang pintu. Dan itu adalah Tristan, yang baru saja sedang dibicarakan. Datang dengan wajah polosnya.
Tristan : "Nona Lucyanna, aku sudah disini. Bolehkah aku masuk sekarang?"
Lady Lucyanna : "Masuklah. Aku sudah menunggumu."
Tristan selalu memastikan kondisi hati sepupunya satu ini yang selalu ia takuti jika sampai marah. Dan setelah mendengar Lucyanna yang terdengar tenang hari ini, tanpa ragu, Tristan memasuki ruangan tersebut sambil membawa senyuman manis khasnya.
Tristan : "Selamat pagi, Nona Lucyanna. Kelihatannya, suasana hatimu sedang bagus ya?"
Tanya Tristan dengan senyum lebarnya. Namun, Lucyanna justru mengangkat 1 alis matanya.
Lady Lucyanna : "Oh! Jadi kau datang jika suasana hatiku sedang bagus?"
Tristan : "Eh! Ti-Tidak! Bukan seperti itu maksudku..."
Tristan sontak terkejut. Membuat nyalinya langsung down. Sembari menggaruk rambutnya yang padahal tidak terasa gatal.
Yuna yang memperhatikan sikap Tristan, mulai tersenyum tipis.
Lady Lucyanna : "Aah, bagaimana ini? TIba-tiba suasana hatiku berubah tidak bagus."
Keluh Lucyanna yang sebenarnya dibuat sengaja hanya untuk menggoda sedikit sepupunya yang selalu polos. Tentu saja hal tersebut berhasil membuat Tristan merasa serba salah. Memunculkan aksen fantasi, keringat yang mengalir deras karena panik.
Tristan : "Ma-Maafkan aku, Nona Lucyanna! Aku tidak akan mengulangi ucapanku tadi! Su-Sungguh..!"
Jawab Tristan karena panik. Dan langsung membuat semangatnya menurun dan murung. Wajahnya tertunduk dan lesu.
Tristan : "Cerobohnya aku..."
Karena merasa sedikit terhibur dengan tingkah polos Tristan, Yuna tertawa kecil yang ditahan. Sontak saja, perhatian Tristan langsung mengarah ke asal suara tersebut. Ke arah Yuna yang sejak tadi di sampingnya yang hanya berjarak beberapa meter, dan Tristan tidak memperhatikannya sejak awal ia masuk ke dalam ruangan itu.
Tiba-tiba, wajah Tristan mulai memerah. Kelihatannya, Tristan mulai terpesona dengan kecantikan Yuna terutama setelah mendengar suara tawa Yuna yang terdengar sangat manis bagi Tristan.
Tristan : ("Ca-Cantik sekali..! Apa dia... Seorang malaikat dari surga? Atau jelmaan seorang Dewi..?")
Yuna terlihat masih berusaha menahan rasa menggelitik di perutnya sampai memalingkan wajahnya. Suara tawa yang tertahan itu terdengar lagi.
Tristan : ("Waaah... Bahkan suara tawanya seperti musik yang indah di telingaku... Manis sekali...")
Tristan semakin terpesona dan bahagia hanya karena tawa kecil Yuna.
Tristan : "Cantik sekali... Ehehe..."
Lucyanna mendeham pada Tristan.
Lady Lucyanna : "Kelihatannya kau mulai menyukainya ya, Tristan?"
Tanya Lucyanna dan langsung membangunkan lamunan Tristan. Ia memutar pandangannya pada Lucyanna dengan senyum bahagianya.
Tristan : "Itu benar. Hehe, apa dia seorang Dewi?"
Lady Lucyanna : "Bukan. Lebih tepatnya, dia adalah pelayan pribadi raja yang baru."
Ucap Lucyanna dengan senyum sinisnya yang sengaja menggoda lagi sepupunya. Salah satu hal yang paling menyenangkan bagi Lucyanna.
Ke 2 mata Tristan melebar dan mencoba untuk mengulangi ucapan terakhir Lucyanna.
Tristan : "Apa? Pelayan pribadi ra-- Aah?! Itu artinya!"
Karena baru menyadarinya lagi dan merasa dirinya ceroboh, Tristan langsung membalikkan badannya, membelakangi Yuna untuk menutupi wajahnya yang sudah merah seperti tomat dan jantungnya yang berdebar kencang.
Tristan : ("Kau ceroboh sekali, Tristan..! Ternyata dia yang selama ini banyak orang bicarakan... Itu artinya dia adalah pelayan pribadi sepupumu... Ta-Tapi, tadi itu wajar, bukan? Karena aku sama sekali belum tahu tentangnya... Tapi tetap saja~~ Aku benar-benar sangat malu dan akan sulit untuk berhadapan dengan wanita muda yang sudah kusebut seperti malaikat! Ah~~ Aku harus bagaimana?")
Tristan dilema. Sampai memainkan 2 jari telunjuknya. Wajahnya menjadi murung. Lucyanna tersenyum puas saat berhasil menggoda Tristan.
Lady Lucyanna : ("Dasar, Tristan...") "Tristan, aku ingin memperkenalkanmu dengan pelayan pribadi raja yang baru. Aku memintamu untuk membantunya dalam hal belajar. Berbaliklah dan perkenalkan dirimu seperti pria sejati."
Pinta Lucyanna sembari menahan rasa gelinya juga. Ny. Clarissta juga merasakan hal yang sama.
Tristan : "Nona Lucyanna, bisakah kau mencari orang lain saja? Sebenarnya aku... Tiba-tiba, perutku terasa sakit. Seperti ada kupu-kupu yang terjebak di dalam perutku..."
Keluh Tristan, yang sedang menghadapi kepanikannya sendiri. Wajahnya semakin memerah. Sampai muncul aksen fantasi, 2 telinga kucing yang mengatup ke bawah.
Lady Lucyanna : "Aah, seseorang kelihatannya gugup di pertemuan pertamanya. Kalau begitu, Yuna? Bagaimana jika kau yang pertama kali memperkenalkan diri."
Pinta Lucyanna pada Yuna. Yuna pun meresponnya.
Yuna : "Selamat siang, Tuan Muda. Jadi Anda adalah Tuan Muda Tristan yang sedang Nona Lucyanna ceritakan itu? Perkenalkan, nama saya Sakurana Yunareika. Tuan Muda bisa memanggil saya Yuna saja. Senang bisa bertemu dengan Anda. Maukah Anda memperkenalkan diri Anda?"
Tristan seperti baru saja tertusuk sesuatu yang manis di hatinya saat mendengar suara Yuna yang lembut saat didengar. Wajahnya semakin memerah saja.
Tristan : ("Aah~~ Bahkan saat bicara saja, aku seperti baru saja mendengar suara indah dari surga... Dia benar-benar malaikat... Ta-Tapi dia sudah memperkenalkan diri... Apa aku harus tetap seperti ini? Ta-Tapi, aku... Terlalu gugup!")
Tristan semakin diambang dilemanya sendiri. Yang sempat merasa bahagia, namun berubah kembali masuk dalam mode kecemasannya.
Tiba-tiba, Tristan bisa merasakan seseorang memegang ke 2 pundaknya. Sontak saja ia terkejut hebat, karena bersamaan dengan rasa dingin yang menusuk di belakang lehernya.
Lady Lucyanna : "Tristaan..! Kenapa kau diam saja? Dia sudah memperkenal dirinya dengan sangat baik. Apakah seperti ini cara seorang pria bangsawan yang sejati memperlakukan seorang wanita muda? Atau mungkin kau butuh sedikit stimulus?"
Bisik Lucyanna dengan menunjukkan senyum dinginnya. Membuat Tristan bergidik merinding, memancing rasa takutnya. Sampai menelan salivanya sendiri. Memunculkan aksen fantasi keringat yang mengalir deras.
Tristan : "Ba-Baik, Nona Lucyanna... Aku mendengarmu... Ma-Maaf!"
Ucap Tristan dengan nada yang gugup. Terdengar gemetar.
Lady Lucyanna : "Bagus! Lakukanlah sekarang."
Lucyanna berlalu. Tristan benar-benar harus mengalami pacuan adrenalin hari itu juga. Tapi sebagai pria muda bangsawan di Istana Varrzanian, ia memang harus mau membalas sapaan hangat Yuna, seperti yang sudah ayahnya ajarkan.
Punggungnya terlihat tegang. Ia masih panik.
Tristan : ("Nona Lucyanna benar..! Ayah sudah mengajariku cara menjadi pria bangsawan yang sejati dan baik terhadap siapa pun... Baiklah, Tristan! Jangan coba-coba pikirkan apa pun lagi! Berbaliklah dan sapa kembali... Hehe! Mudah, bukan?")
Yuna merasa bingung dengan sikap Tristan yang sejak tadi hanya membelakanginya. Meskipun membutuhkan waktu beberapa menit untuk mengumpulkan keberaniannya, akhirnya Tristan mau memutar badannya. Dan masih sedikit ragu untuk memandangi Yuna. Hanya sesekali mencuri pandang.
Tristan : "Se-Selamat siang juga... Na-Namaku Tristan Vortexian... Se-Senang bertemu denganmu juga, Nona Yuna..."
Akhirnya Tristan bisa membalas sapaan Yuna meskipun dengan suara yang gemetar.
Yuna : "Saya merasa senang sekali, akhirnya bisa mendengar Tuan Muda memperkenalkan diri."
Balas Yuna dengan memberikan senyum terlembut. Berhasil membuat Tristan terpesona lagi. Namun, ia seperti merasakan sesuatu yang berbeda dari Yuna. Senyum Yuna seperti memancar sesuatu.
Apakah Tristan menyadarinya juga?
Ruang dadanya seperti baru saja dipenuhi energi yang menghangatkan. Seketika itu pun, Tristan terpancing untuk memberikan Yuna dengan senyuman yang sama.
Tristan : "Aah, a-aku juga berterima kasih bisa mengenalmu juga. Ahaha! Jadi kaulah pelayan pribadi untuk Yang Mulia Raja ya? Kenapa aku belum tahu jika sudah sejauh ini ya? Ahaha..." ("Sepertinya memang ada sudah kulewatkan. Tapi dia sudah menjadi populer dengan sangat cepat...")
Ungkap Tristan, yang sempat bergumam di akhir kalimatnya karena merasa sudah tertinggal banyak informasi baru, namun sudah tersebar dengan cepat.
Lady Lucyanna : "Itu bagus, Tristan. Apa kau juga mendengar apa yang kuminta sebelumnya?"
Tanya Lucyanna pada Tristan.
Tristan : "Ah? Yang bagian mana ya? Tu-Tunggu sebentar..."
Tristan berpikir dengan raut wajahnya yang serius namun lucu. Berhasil membuat Yuna tersenyum.
Tristan : "Aah! Aku ingat sekarang! Apakah tentang aku harus membantu Yuna dalam hal belajar. Benar, bukan? Tapi bukankah sudah ada Nyonya Tua Kesayangan kita semua? Kenapa aku juga? Memangnya apa yang bisa kubantu?"
Saat Tristan menyebut Ny. Clarissta dengan sebutan 'Nyonya Tua Kesayangan', dengan nada yang sedikit panik. Ny. Clarissta justru tersenyum senang.
Lady Lucyanna : "Karena Yuna ditempatkan sebagai pelayan pribadi Yang Mulia Raja. Dan itu adalah tugas yang berat. Karena dengan sikap Yang Mulia Raja yang selalu membuat kepalaku sakit, aku memintamu untuk memberitahu Yuna, semua tentang Yang Mulia Raja. Itu akan sangat membantunya. Aku benar-benar ingin sejenak saja menjauh dari sifatnya yang menyebalkan!"
Keluh Lucyanna diakhir kalimatnya, sampai memegang keningnya yang sedikit mengkerut.
Tristan : "Oh, begitu ya. Aku mengerti perasaan Nona Lucyanna. Haha..."
Respon Tristan dengan wajah yang cemas, hingga memunculkan aksen fantasi tetesan keringat di dahinya yang dramatis.
Lady Lucyanna : "Kau bisa memulainya setelah jam makan siang selesai. 1 atau 2 jam, aku rasa itu sudah cukup. Bagaimana, Tristan? Yuna?"
Tanya Lucyanna.
Yuna : "Saya tidak mempermasalahkannya, Nona Lucyanna."
Tristan : "Hmm, baiklah. Aku juga satu suara dengan Yuna."
Lady Lucyanna : "Bagus. Awal yang bagus. Baiklah, untukmu Yuna. Sekarang sudah saatnya. Kau sudah harus berada di kamar pribadi Yang Mulia Raja. Dan lakukan semua yang-- Aaah..."
Lucyanna terdengar ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Berhasil membuat Yuna bingung.
Lady Lucyanna : "Maksudku, semua yang raja butuhkan." ("Semoga saja ini bukan awal dari kegilaan saudaraku lagi! Aku merasa ragu untuk membiarkan Yuna masuk ke dalam kandang singa yang sangat menyebalkan! Tapi apa aku punya pilihan lain?") Kau mengerti, Yuna?"
Yuna : "Ya, Nona."
Lady Lucyanna : "Kalau begitu, biarkan Ny. Clarissta yang akan mengantarkanmu."
Pinta Lucyanna sambil melemparkan pandangan pada Ny. Clarissta.
Mrs. Clarissta : "Baik, Nona. Ayo, Yuna. Kita harus segera pergi."
Yuna bersama dengan Ny. Clarissta pun meninggalkan ruang kerja pribadi Lucyanna. Lucyanna mulai merasa menyesal karena harus membiarkan Yuna akan tersiksa dengan saudaranya yang menyebalkan. Tristan memberikan lambaian tangan yang lucu pada Yuna. Bahkan setelah mereka benar-benar melewati pintu ganda itu, Tristan masih merasakan rasa ketertarikannya pada pesona kecantikan Yuna.
Tristan : "Aaaah, dia cantik sekali... Benar-benar kecantikan seorang Dewi..."
Puji Tristan dengan matanya yang berbinar. Sedangkan Lucyanna harus mau menerima rasa penyesalannya sendiri. Rasanya tidak mungkin baginya untuk menarik kata-katanya sendiri.
Lady Lucyanna : "Haaah! Sulit kupercaya! Aku bahkan tidak berani untuk berkata jangan! Apa yang terjadi padaku?"
Keluh Lucyanna, sambil memijat-mijat dahi sampingnya.
Tristan : "Ada apa denganmu, Nona Lucyanna? Ngomong-ngomong, apa benar Yuna harus menjadi pelayan pribadi raja? Siapa yang sudah memutuskannya? Nyonya Tua Kesayangan kita?"
Tanya Tristan yang begitu penasaran.
Lady Lucyanna : "Tidak. Tapi Yang Mulia Raja sendiri yang menginginkannya."
Tristan : "Be-Benarkah?"
Lady Lucyanna : "Itu benar. Dan apakah kau ingin mendengar alasanku yang sebenarnya kenapa aku meminta bantuanmu?"
Tanya Lucyanna dengan mulai menunjukkan wajah seriusnya. Sontak saja berhasil membuat Tristan terkejut. Sampai harus menelan salivanya dengan dramatis.
Tristan : "A-Alasan apa itu..?"
Lady Lucyanna : "Wanita muda itu adalah Jodoh Terikat Yang Mulia Raja."
Tristan : "Haah? A-Apa?! Apakah itu benar?"
Respon Tristan dengan rasa terkejut yang hebat dan reflek. Lucyanna langsung memberikannya sorot mata kesal karena Tristan berbicara dengan suara yang keras. Dan sontak saja, Tristan langsung menjadi panik dan menutup mulutnya sendiri. Ia terlihat menyesalinya.
Tristan : "Ma-Maaf, Nona..."
Ucapnya dengan mulut yang tertutupi tangannya sendiri. Lucyanna menghela nafas dengan sedikit berat.
Lady Lucyanna : "Dengarkan. Apa yang baru saja kukatakan tadi adalah benar. Dengan begini, bukankah kita sudah selangkah lebih di depan jika dibandingkan dengan DIA?!"
Tristan semakin dikejutkan lagi saat mendengar nama seseorang yang sudah mendapat cap, 'Sangat Dibenci Di Varrzanian'.
Tristan : "Benar juga..."
Lady Lucyanna : "Sekarang tugas kita akan semakin berat. Meskipun Yuna sudah berada di Istana Varrzanian, kita harus tetap waspada! Kita tidak akan pernah tahu apa yang sedang DIA rencanakan di luar Varrzanian!"
Tristan : "Maaf sedikit menginterupsi. Tapi kenapa Yang Mulia Raja menjadikannya pelayan pribadi? Kenapa tidak langsung melamar dan menikahinya? Bukankah itu jauh lebih baik?"
Tanya Tristan dengan rasa penasarannya yang polos.
Lady Lucyanna : "Haaah! Itulah salah satu permasalahannya. Sepupumu harus mengikuti saran dari Sang Dewa. Atau dia termasuk seluruh Varrzanian tidak akan mendapatkan apa pun."
Tristan : "Saran dari Sang Dewa? Saran seperti apa?"
Lady Lucyanna : "Yang Mulia Raja harus bisa mendapatkan hatinya yang suci. Membuat Yuna jatuh cinta padanya. Bahkan jika perlu, Yang Mulia Raja harus mau melakukannya dengan cara manusia."
Tristan terkejut lagi. Tiba-tiba guratan senyum yang senang tergambar jelas.
Tristan : "Cara manusia saat harus menyatakan perasaan cinta mereka? Cara manusia saat ingin mendekati orang yang mereka cintai ya? Aaah, itu bahkan terdengar sangat bertentangan dengannya. Ahaha..."
Lady Lucyanna : "Kau tidak boleh melupakan kalimat andalannya, Tristan. Saudaraku termasuk pria yang akan melakukan segala cara agar 1 keinginannya terpenuhi dengan sempurna."
Tristan : "Ah! I-Iya. Aku tidak mungkin melupakannya. Hanya saja, aku tidak bisa membayangkannya saja. Ahaha... Tapi setelah dipikirkan, ada benar juga. Bagi sebagian orang biasa, ada yang menganggap jika untuk membuat wanita jatuh cinta, seorang pria tidak boleh memaksanya. Karena hati seorang wanita itu sangat lembut dan mudah rapuh. Seorang pria harus bisa menganggap wanitanya sebagai seseorang yang sangat berharga dan harus dijaga dengan sepenuh hati. Memberikannya kebahagiaan dan cinta yang dibutuhkan."
Jelas Tristan dengan nada yang ringan. Justru membuat Lucyanna tersenyum sinis. Sambil menahan kepalanya dengan satu tangan yang terlipat.
Lady Lucyanna : "Ooh, itu penjelasan yang cerdas sekali. Atau jangan-jangan, kau mengatakan semua itu karena sudah mulai jatuh cinta pada wanita muda bangsawan dari Kerajaan Atherna atau karena Yuna?"
Sontak saja berhasil membuat Tristan terkejut hebat, menaikkan debaran jantungnya hingga wajahnya memerah seperti buah tomat yang matang.
Tristan : "Bu-Bukan seperti itu! Te-Tentu saja, aku mempelajarinya dari ayah!"
Tristan yang gugup sekaligus panik, langsung memainkan 2 jari telunjuknya.
Tristan : "Aa~~h, kenapa Nona Lucyanna harus menyebutnya? Di-Dia hanya teman saat di akademi... Bu-Bukan siapa-siapa..."
Lucyanna tersenyum puas setelah bisa menggoda sepupunya yang terkadang bisa bersifat mudah terbawa perasaan. Sejenak Lucyanna menghela nafas dengan halus.
Lady Lucyanna : "Haaah, baik. Maaf sudah menggodamu. Tapi aku sangat setuju dengan ucapanmu. Karena saat ini, aku merasa Yuna yang sekarang berada di Istana Varrzanian, seperti bunga Bloody Rose. Kita harus benar-benar menjaganya."
Tristan merasa tertarik saat Lucyanna menggunakan istilah tersebut pada Yuna.
Tristan : "Kenapa Nona Lucyanna menyebut Yuna sebagai bunga Bloody Rose? Bukankah bunga ini memang indah tapi sangat berbahaya jika disentuh langsung oleh manusia biasa?"
Lady Lucyanna : "Kau benar. Tapi entah kenapa, Yuna memang terlihat seperti bunga Bloody Rose. Saat menguncup akan tetap indah. Saat waktunya mekar dan menerbangkan semua serbuk sari Scarletnya, ia akan terlihat semakin cantik. Tapi dari arti istilah berbahayanyalah yang membuatku sedikit mencemaskannya."
Ungkap Lucyanna dengan wajah yang serius. Justru membuat Tristan mulai cemas.
Tristan : "Apa maksud Nona Lucyanna? Aku jadi ikut merasa cemas karena Yuna. Apa sesuatu yang buruk akan terjadi?"
Lady Lucyanna : "Aah, maaf, Tristan... Sebaiknya lupakan saja bagian itu. Itu hanya pemikiranku saja karena terlalu banyak yang kupikirkan. Saat ini fokuskan saja untuk membantu Yuna belajar. Mempelajari tentang Istana Varrzanian. Terutama... Untuk mengenal sifat-sifat sepupumu yang menjengkelkan!"
Dari mode serius berubah menjadi jengkel, itulah yang Lucyanna rasakan ketika kembali memikirkan Yuna yang harus berhadapan dengan saudaranya yang menyebalkan.
Tristan : "Ehehe... Baik, Nona. Aku paham. Kalau begitu, aku ingin mempersiapkan semuanya untuk pelajaran pertama Yuna."
Lady Lucyanna : "Baik, kau boleh pergi. Aku percayakan padamu. Aku ingin sendiri untuk sementara."
Keluh Lucyanna sambil memegang kepalanya dengan dahi yang mengkerut. Tristan hanya tersenyum lemah penuh kecemasan karena saat Lucyanna sedang dalam kondisi hati yang tidak baik, itulah yang harus ia hindari.
Tristan : "Ba-Baiklah, aku akan meninggalkanmu. Aku permisi."
Tristan langsung berbalik, meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah yang gemetar dan terburu-buru. Sekarang, Lucyanna benar-benar sendirian. Seketika, raut wajahnya berubah lagi dan merenung.
Lady Lucyanna : ("Bunga Bloody Rose... Sampai sekarang pun aku belum mengerti kenapa aku menjuluki Yuna dengan bunga cantik dan berbahaya itu... Tapi aku hanya merasa hanya itu saja... Yuna seperti bunga Bloody Rose... Apakah ada sesuatu yang akan terjadi pada Yuna? Aku selalu merasa akan ada sesuatu yang terjadi... Sesuatu yang lebih besar dari gambaranku sendiri... Bukan tentang menanti momen saat fase puncak bulan purnama... Atau setelah akhirnya Yuna berdampingan dengan saudaraku... Tapi aku merasa lebih besar dari itu... Aku rasa, saudaraku tidak akan mungkin merasakannya, dia terlalu sibuk untuk jatuh cinta dan membuat Yuna jatuh cinta... Semoga saja, kami bisa mengatasinya seperti yang pernah ayah katakan...")
Kerutan di dahi itu masih tergurat jelas. Kecemasan Lucyanna semakin membesar dan seolah akan siap untuk meledak saat waktunya sudah habis.
「 In Lucyver's Private Room 」
Sementara itu, Yuna harus merasakan tekanan di hari pertamanya bekerja sebagai pelayan pribadi Lucyver. Ny. Clarissta meninggalkan Yuna sendirian dengan suatu alasan.
Yuna sedang berdiri di samping ranjang besar Lucyver, hanya berjarak 10 m. Lucyver masih tertidur dengan tenang di sana, dengan posisi membelakangi Yuna. Sementara Yuna harus terus merasakan dilemanya sendiri. Jantungnya berdebar kencang. Tangannya terasa gemetar dan lemas. Meskipun sebenarnya, Ny. Clarissta sudah memberikannya instruksi yang sederhana.
Namun, Yuna terlihat masih sangat berat untuk melakukannya.
Yuna : ("Hari pertamaku bekerja, aku harus membangunkan Yang Mulia Raja... Tapi apakah aku bisa? Seharusnya ini mudah kulakukan... Tapi tubuhku rasanya begitu berat... Bagaimana pun aku juga harus tetap melakukannya...")
Sejenak Yuna memejamkan ke 2 mata birunya. Dan mencoba menghela nafas dengan 1 kali tarikan dengan tenang.
Yuna : ("Baiklah, Yuna! Kau tidak boleh takut... Tunjukkan semua yang sudah kau pelajari...")
Perlahan, Yuna mulai mendekati ranjang besar yang pernah menjadi saksi bisu awal perubahan nasib Yuna. Yuna bisa memperhatikan gerakan halus naik dan turun punggung Lucyver. Wajah Lucyver terlihat tenang. Tiba-tiba saja, muncul perasaan yang berbeda.
Yuna : ("Jika melihatnya tidur setenang ini, aku jadi tidak tega membangunkannya... Tapi, hari sudah menjelang siang... Aku harus tetap menjalankan instruksi dari Ny. Clarissta...")
Sempat ada rasa iba, tapi Yuna harus mengenyampingkan perasaan itu.
Yuna : "Yang Mulia Raja, sudah waktunya bangun. Matahari sudah mulai meninggi di luar sana. Yang Mulia?" ("Apa suaraku terlalu pelan?")
Bujuk Yuna dengan sedikit berbisik dan nada suara terdengar lembut.
Yuna : "Yang Mulia Raja? Apakah Anda masih sangat mengantuk? Yang Mulia?"
Tanya Yuna. ia kali ini mencoba dengan menaikkan sedikit nada suaranya. Namun tetap tidak ada jawaban, Yuna menjadi bingung. Tapi ada sedikit rasa cemas.
Yuna : ("Bagaimana ini? Tidak ada reaksi sama sekali... Apa jangan-jangan Yang Mulia Raja sakit? Apa tidak apa-apa jika aku mengecek suhu badannya?")
Meskipun ragu, Yuna mencoba mencari celah untuk menyentuh dahi Lucyver. Yuna pun memutar, ke sisi lain ranjang. Sampai ia bisa menemukan 1 celah.
Dengan sangat berhati-hati, Yuna mendekat. Dengan terpaksa, ia harus naik ke atas ranjangnya agar bisa menjangkau Lucyver. Namun ia tetap berusaha untuk berhati-hati agar tidak sampai membangunkan Lucyver.
Tangannya hampir bisa menyentuh dahi Lucyver. Sedikit lagi saja. Namun tiba-tiba, Yuna terkejut hebat. Tangan Lucyver menangkap tangan Yuna. Meskipun dalam kondisi mata terpejam, namun senyuman itu seketika tergambar.
King Lucyver : "Jadi beginikah caramu membangunkan seorang raja?"
Yuna : "Ma-Maafkan saya, Yang Mulia..."
Jawab Yuna dengan panik. Namun Yuna tidak bisa melepaskan tangannya.
Lucyver membuka sebagian matanya. Dan langsung menarik tangan Yuna. Membawa serta tubuhnya ke dalam pelukan Lucyver. Lucyver melingkarkan ke 2 tangannya dan benar-benar menguncinya.
Yuna terkejut hebat. Sampai tidak bisa berkata apa pun lagi. Jantungnya berdebar lebih kencang. Dihadapkan langsung dengan bagian dada bidang Lucyver yang terbuka. Tercium juga wangi dari kemeja putih polos Lucyver yang lembut. Membuat wajah Yuna langsung memerah.
Yuna : "Ya-Yang Mulia Raja, saya mohon lepaskan saya..."
King Lucyver : "Bagaimana jika aku menolaknya?"
Yuna : "Ta-Tapi, saya hanya seorang pelayan wanita..!"
King Lucyver : "Jangan banyak bicara! Aku masih merasa mengantuk dan ingin kembali tidur."
Yuna : "Ka-Kalau begitu, lebih baik saya meninggalkan Yang Mulia u-untuk beristirahat kembali... Sa-Saya akan mengerjakan pekerjaan lainnya..!"
King Lucyver : "Ya, kau sekarang kau sedang mengerjakannya. Yaitu, menemaniku tidur sebentar saja. Jadi diamlah dan jangan bicara apa pun lagi! Atau aku akan tetap seperti ini sampai dengan besok pagi! Bukankah akhirnya kita bisa berbagi ranjang bersama?"
Ucap Lucyver dengan senyum sinis yang tidak ia tampakkan pada Yuna. Yuna terkejut hebat. Dan langsung mengatupkan mulutnya. Ia benar-benar tidak bisa melakukan apa pun. Lucyver kembali memejamkan matanya dengan wajah tersenyum puasnya.
Sementara Yuna harus terjebak di dalam pelukan Lucyver dan tidak mungkin untuk menentang permintaan sang raja. Yuna merasa cemas dengan debaran jantung yang akan sulit untuk di kendalikan.
Yuna : ("Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana jika sampai Ny. Clarissta melihatnya? Atau jika sampai Nona Lucyanna juga melihatnya..?")
Yuna semakin cemas.
King Lucyver : "Jangan pikirkan apa pun. Jika mereka sampai melihat kita seperti ini, aku yang akan bertanggung-jawab. Jadi tenanglah sekarang. Kau mengerti?"
Ya, tentu Lucyver bisa mendengar suara pikiran Yuna yang berhasil membuat Yuna langsung terdiam. Bukan hanya tidak berbicara lagi, tapi juga tidak memikirkan apa pun lagi. Yuna tidak memiliki pilihan lagi.
Yuna : "Baik... Yang Mulia..."
Jawab Yuna dengan berbisik.
Tidak ada lagi pembicaraan apa pun. Yuna berusaha untuk tetap diam dan tidak memikirkan apa pun. Namun kecemasannya masih terus bermain-main di dalam kepalanya.
Yuna mencoba menunggu Lucyver sampai dengan memindahkan tubuhnya. Namun tidak pernah terjadi. Yuna tidak tahu sudah berapa lama ini berlangsung. Namun, mendengar dari suara nafasnya, Yuna mengira Lucyver sudah tertidur dengan lelap.
Yuna : ("Sepertinya, dia sudah tertidur lagi... Aku harus bisa melepaskan diri...")
Yuna mencoba menggerakkan tubuhnya. Dan jangan sampai membuat gerakan secara tiba-tiba. Bahkan sambil menahan nafas. Tiba-tiba, kuncian tangan Lucyver menguat. Yuna mulai panik. Apakah Lucyver menyadarinya?
Jantung Yuna berdebar kencang. Tapi kelihatannya, tidak ada tanda-tanda Lucyver akan terbangun.
Saat Yuna mencoba yang kedua kalinya, Yuna mulai mendorong tubuhnya sendiri. Ia merasakan tangan Lucyver mulai melonggar. Mungkinkah Yuna bisa lolos?
Tapi...
Yuna terkejut lagi. Lucyver menarik tubuh Yuna lagi ke dalam pelukannya lagi. Jadi Lucyver menyadarinya?
King Lucyver : "Jangan pernah berpikir untuk melepaskan diri lagi. Atau aku akan mengurungmu di kamar pribadiku selamanya..!"
Bisik Lucyver. Yuna benar-benar sudah terkunci dalam genggaman Lucyver.
Yuna mulai terlihat pasrah. Dan tidak terpikirkan ingin melepaskan diri atau apa pun. Mau tidak mau, ia harus tetap dalam pelukan seorang Raja Varrzanian dalam waktu yang tidak bisa Yuna tebak.
Yuna pun menghela nafas dengan tenang.
Semakin lama, pelukan ditambah dengan ranjang empuk sang raja ternyata sudah mulai memanjakan tubuh Yuna. Yuna mulai merasa mengantuk. Ditambah dengan Lucyver yang sudah semakin tenang, terdengar dari suara nafasnya yang halus. Ke 2 mata Yuna semakin terasa berat.
Yuna : ("Bagaimana ini..? Kenapa aku sangat mengantuk..? Aku... Tidak boleh sampai tertidur... Aku harus bekerja... Aku harus bisa melawannya...")
Yuna berusaha untuk melawan rasa kantuk yang semakin lama, semakin memberatkan ke 2 matanya. Membuat kepalanya terasa melayang.
Yuna : ("Jangan... Jangan tertidur...")
Mysterious Male Voice : "Jangan takut... Tidurlah..."
Dengan isi kepala Yuna yang semakin ringan dan kosong, hingga terdengarlah suara pria misterius yang terdengar ringan dan lembut, menggema di kepalanya. Suara siapakah itu?
Dan terjadilah sesuatu dari alam bawah sadar...
「 Dream Who? Lucyver or Yuna? 」
Seseorang sedang berada di tengah-tengah taman istana khusus yang hanya ditanami bunga Bloody Rose yang langka. Suasananya terlihat malam, dengan cahaya dari bulan purnama yang sampai menembus ke dalam taman melalui kubah yang berlubang.
Yuna : "Dimana aku..?"
King Lucyver : "Bukankah ini taman Bloody Rose di istana? Kenapa aku ada disini?"
Yuna : "Aku tahu bunga ini... Apakah ini mimpi..?"
King Lucyver : "Mimpi apa ini?"
Dari tengah taman yang di soroti cahaya bulan purnama, tiba-tiba mulai menampakkan sesuatu.
Dalam pandangan Lucyver, ia melihat seperti sosok wanita berambut panjang, bergaun serba hitam. Terlihat sedang memandangi Lucyver. Dengan mata merah yang bersinar di tengah kegelapan
Dalam pandangan Yuna, ia melihat seperti sosok pria bertubuh tinggi berambut hitam. Memandanginya dari jauh. Sambil menunjukkan senyuman terindahnya. Matanya yang berwarna kuning keemasan terlihat bersinar diantara kegelapan. Yuna sempat berpikir bahwa itu adalah Lucyver. Apakah benar?
King Lucyver : "Siapa wanita itu..?"
Yuna : "Siapa kau..? Tapi, aku seperti pernah melihatmu..."
Secara mengejutkan, semua Bloody Rose mulai bermekaran secara bersamaan. Dan serbuk sari Scarletnya yang berbentuk kristal berterbangan seperti dengan dramatis dan indah. Yuna dan Lucyver sama-sama terkejut.
Mysterious Female Voice : "Apa kau siap untuk merasakan kehilangan yang kedua..?"
King Lucyver : "Apa maksudmu?"
Lucyver terkejut.
Mysterious Male Voice : "Waktunya sudah hampir tiba... Apa kau sudah siap..?"
Yuna : "Apa yang kau maksud? Apa yang akan terjadi?"
Mysterious Female Voice : "Untuk sesuatu yang sangat berharga..!"
Lucyver hanya memikirkan 1 kemungkinan yang dimaksud, tentang Jodoh Terikatnya. Sontak saja membuatnya emosional.
King Lucyver : "Tidak! Aku tidak akan membiarkannya!"
Mysterious Male Voice : "Waktumu untuk melihat masa depanmu yang sesungguhnya..."
Yuna : "Masa depanku?"
Tanya Yuna dengan terkejut.
Mysterious Female Voice : "Dan kau mungkin akan segera merasakannya... Seperti saat itu..."
King Lucyver : "Tidak! Jangan mencoba-coba untuk mengintimidasiku! Aku akan tetap melakukan apa pun! Aku menolak untuk gagal!"
Jawab Lucyver dengan penuh emosional.
Mysterious Male Voice : "Dengar... Akan ada saat dimana kau akan bertemu dengan 2 jiwa yang terlahir berbeda namun terlihat sama... Mereka hanya menginginkan 1 hati suci yang kau miliki..."
Yuna : "Hati suciku? Apa maksudmu? Tolong jelaskan padaku."
King Lucyver : "Cih! Siapa pun yang berani mengambil Jodoh Terikatku, akan berhadapan dengan kematian! Sekalipun dia seorang Dewa atau DIA!"
Mysterious Female Voice : "Bagaimana jika aku mengatakan bahwa kau akan gagal? Kegagalan yang sangat besar?"
King Lucyver : "Itu tidak akan pernah terjadi!"
Respon Lucyver dengan penuh amarahnya.
Yuna : "Lalu, apa yang harus aku lakukan?"
Mysterious Male Voice : "Kau sudah terhubung dengan salah satunya... Tapi semua akan bergantung pada hatimu sendiri... Karena ini semua tentang 1 cinta..."
Yuna : "Cinta? Maksudmu, seseorang?"
Mysterious Male Voice : "Jika aku menjawab bahwa itu benar?"
Yuna terkejut. Tapi ia merasakan suatu penolakan di dalam dadanya. Seperti ada ketakutan tersendiri.
Mysterious Female Voice : "Kau tidak akan bisa mencintainya dengan egomu! Kau akan kehilangan segalanya..."
King Lucyver : "Hentikan omong kosongmu!"
Mysterious Male Voice : "Kau tidak boleh membiarkan rasa takutmu itu... Waktumu sudah hampir tiba... Cintailah kegelapan..."
Yuna : "Tidak... Hatiku hanya milikku."
Mysterious Female Voice : "Tidak! Kau masih lemah! Hatimu yang lemah!"
King Lucyver : "Kau telah membuat pilihan yang sangat salah denganku!"
Lucyver benar-benar dibuat sangat emosi. Sedangkan sosok pria misterius itu mulai datang mendekati. Namun hanya baru saja 1 langkah, dia sudah berada di hadapan Yuna. Mungkinkah berteleportasi? Yuna terkejut.
Sosok itu memegang wajah Yuna dengan lembut. Rambutnya yang semula terlihat seperti hitam, seketika menjadi putih secara keseluruhan.
Mysterious Male Voice : "Sudah tidak ada waktu lagi... Hadapilah dengan masa depanmu yang sekarang berada di depanmu..!"
Tanpa memberi aba-aba, sosok pria misterius itu langsung mencium bibir Yuna dengan lembut dan tekanan yang dalam. Yuna terkejut. Namun, ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya untuk bisa melawannya. Seperti dikendalikan.
Pria misterius itu mendekap tubuh Yuna ke dalam dadanya sambil terus melumat bibir Yuna.
Yuna : "Tidak... Kumohon, hentikan..."
Seketika, Lucyver merasakan rasa sakit yang sangat menusuk di dada dan kepalanya. Seperti baru saja dihujam pisau panjang yang tajam. Membuat Lucyver melemah dan berlutut sambil memegang dada dan kepalanya. Nafasnya tersengal-sengal. Terlihat begitu menyiksanya.
King Lucyver : "Perasaan apa ini..?"
Seolah berteleportasi dengan cepat, sosok wanita misterius itu sudah berada di hadapan Lucyver. Memandangnya dengan tatapan yang dingin. Saat Lucyver melihat wajahnya, ia sangat terkejut. Karena ia mengenali wajah itu.
Mysterious Female Voice : "Kau mungkin seorang Raja Varrzanian! Tapi kau masih sangat lemah untuk urusan seperti ini! Aku yakin, kau akan segera gagal!"
King Lucyver : "Tidak mungkin..! Aku tidak akan gagal kali ini..! Itu benar, bukan?"
Ucap Lucyver dengan ke 2 mata merahnya yang melebar karena rasa terkejutnya yang besar setelah melihat wajah sebenarnya sosok wanita misterius itu.
Sementara itu, sosok pria misterius itu masih terus menikmati bibir Yuna dengan perlahan tanpa jeda. Seolah sudah memiliki Yuna sepenuhnya. Membuat Yuna tidak bisa berbuat banyak.
Mysterious Male Voice : "Rasakanlah rasa masa depanmu yang sesungguhnya sekarang..! Kita akan segera menyatu!"
Bisiknya. Dan mencium kembali bibir yang terasa manis itu. Yang justru membuat Yuna merasakan ketakutannya semakin membesar, karena membuatnya harus merasa trauma di masa lalunya.
Yuna : "Tidak... Kumohon dengarkan aku... Hentikanlah..."
Tangan dari sosok pria misterius ini, secara tiba-tiba menarik pakaian Yuna bagian belakang. Dengan kekuatan penuh, tangan dingin itu langsung merobeknya. Hingga terlihatlah punggung Yuna yang telanjang. Ia benar-benar merobek semua bagian punggung Yuna sampai dengan pakaian dalamnya.
Yuna terkejut hebat. Dengan tubuh yang tidak bisa digerakkan, itu tidak akan membuatnya bisa melakukan apa pun bahkan membela diri.
Tangan dingin itu langsung menyentuh kulit punggung Yuna yang polos. Rasanya tidak hanya sedingin es, namun juga seperti ditusuk jarum-jarum es kecil. Yang membuat ketakutan Yuna semakin menjadi.
Yuna : "Jangan..! Hentikan..!"
Sosok pria misterius itu melepaskan ciumannya. Lalu menyibakkan rambut panjang Yuna dan membawanya ke samping, agar dia bisa meraih pundak Yuna yang sedikit terbuka.
Mysterious Male Voice : "Waktuku juga akan tiba, Yuna! Hanya kau dan aku! Aku sangat menantikannya di masa depan!"
Senyuman yang sinis terlihat di wajah pria misterius ini. Tangannya membuka bagian kerah Yuna dengan perlahan dan langsung memberikannya satu ciuman di bagian pundak Yuna.
Yuna terkejut dengan sensasi dingin menusuk yang cukup menyakitkan syarafnya.
Lucyver semakin merasakan rasa sakitnya semakin membesar dan semakin menyiksanya. Membuatnya semakin lemah.
King Lucyver : "Apa ini sebenarnya..? Kau! Siapa kau sebenarnya?!"
Tanya Lucyver dengan emosi. Sambil melemparkan sorot mata amarahnya dibalik rasa sakitnya.
Mysterious Female Voice : "Aku... adalah masa depanmu!"
Lucyver terkejut hebat.
King Lucyver : "Apa maksudmu?"
Wanita misterius itu berlutut di hadapan Lucyver. Lucyver semakin bisa melihat dengan wajah wanita misterius ini yang selalu membuatnya bertanya-tanya dan sulit mempercayainya.
Mysterious Female Voice : "Percayalah! Aku akan menjadi salah satu kegagalanmu!"
Wanita misterius tersebut menunjuk dada kiri Lucyver dengan ujung jari telunjuknya. Lucyver merasakan rasa sakit yang sangat besar. Menjalar ke seluruh jantung abadinya. Langsung membuatnya tersungkur. Melemahkan tubuhnya. Hingga jatuh diantara bunga-bunga Bloody Rose. Membuat sebagian kelopaknya terlepas dan berterbangan. Bersamaan dengan serbuk sari Scarletnya.
Pandangannya menjadi buram, dengan harus menikmati rasa sakitnya. Ia mencoba untuk bangkit, melihat ke arah wanita misterius yang suah berjalan menjauhinya menuju cahaya bulan.
King Lucyver : "Tu-Tunggu dulu! Siapa kau sebenarnya..? Kau tidak mungkin dia..!"
Tangannya mencoba untuk meraih wanita misterius itu. Lucyver hanya ingin menghapus ekspektasinya, bahwa wanita misterius bukanlah Yuna meskipun wajahnya benar-benar sama.
Wanita misterius itu menoleh sedikit ke arah Lucyver dan memberikannya senyum sinisnya.
Dengan rasa sakit yang melemahkannya. Lucyver pun terjatuh kembali dan benar-benar menutup matanya. Nafasnya lemah. Semuanya mulai terasa semakin sunyi dan gelap.
King Lucyver : "Tidak mungkin..! Tidak akan kubiarkan..."
「 Back To Reality 」
Lucyver terbangun dengan tiba-tiba. Nafasnya naik dan turun. Ia menyadari tentang yang baru saja ia alami. Sorot matanya lurus dan seketika berubah emosi. Semua ucapan wanita misterius itu masih terulang dengan baik di dalam ruang kepalanya.
King Lucyver : ("Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi! Tidak akan pernah!")
Lucyver mulai menyadari Yuna yang masih ia peluk dan ternyata sedang tertidur dengan wajahnya yang tenang. Saat itu pun, setelah Lucyver memandanginya, di dalam jantung abadinya ia mulai merasakan sesuatu.
King Lucyver : ("Mana mungkin aku akan membiarkan semua visi tentang masa depan itu terjadi... Walau apa pun yang terjadi, aku akan mencegah kegagalan itu...")
1 hasrat yang manis mulai mendorong Lucyver. Ia mengangkat wajah dagu Yuna yang dengan perlahan, agar ia bisa melihat seluruh kecantikan Jodoh Terikatnya meskipun sedang tertidur. Lucyver memperhatikan 1 bibir manis Yuna yang polos yang sekarang berada di hadapannya. Ia ingin meraih bibir merah muda itu.
King Lucyver : ("Membahagiakanmu... Sekarang akan menjadi tujuanku di masa depan... Aku ingin segera kita bersama... Kau seperti Bloody Rose yang langka dan indah... Dan hanya aku saja yang boleh menyentuhmu... Racun Bloody Rose tidak akan membunuhku...")
Lucyver semakin ingin mempertemukan bibirnya dengan bibir Yuna. Demi bisa melupakan mimpi buruk yang selalu mengintimidasinya.
Hanya tinggal sedikit lagi saja. Namun tiba-tiba, mata Yuna terbuka dengan perlahan. Ke 2 mata itu pun akhirnya saling bertemu. Perlahan Yuna tersadar, saat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Yuna terkejut hebat dan menjadi panik. Dan langsung mendorong tubuh Lucyver dengan sekuat tenaga dan mencoba bangkit dari ranjang itu.
Yuna : "Ma-Maafkan saya, Yang Mulia..!"
Meskipun terkejut juga, Lucyver langsung menahan tangan Yuna dengan cepat dan langsung menarik tubuh Yuna. Mengunci gerakannya dengan memposisikan tubuhnya di atas Yuna, sambil memberikan sorot matanya yang dalam.
King Lucyver : "Kau pikir, kau mau pergi kemana? Aku masih ingin menyelesaikan yang baru saja terjadi. Jadi, diamlah!"
Yuna panik. Dengan posisi tubuhnya berada dibawah, kecil kemungkinannya untuk bisa lolos. Lucyver pasti akan menangkapnya dengan cepat.
Yuna : "A-Apa yang akan Yang Mulia Raja lakukan pada saya..?"
Saat mendengar suara Yuna yang memohon, hal itu justru membuat Lucyver semakin tertarik. Senyumnya tergambar sampai mengigit bibirnya sendiri. Hasrat manis itu mendorongnya lagi.
King Lucyver : "Aku hanya ingin meneruskan yang tadi. Aku menolak untuk gagal! Kau harus tahu itu!"
Yuna terkejut, saat Lucyver semakin mendekatkan wajahnya. Sampai-sampai, ia bisa merasakan nafas dingin Lucyver.
Yuna : "Ja-Jangan lakukan ini, Yang Mulia..."
Mohon Yuna. Namun Lucyver tidak menggubrisnya dan hanya terfokus pada bibir Yuna yang sebentar lagi bisa ia rasakan.
Namun tiba-tiba, terdengar suara pintu gandanya terbuka. Dari balik partisi yang membatasi pintu dan ruang utamanya, muncullah Lucyanna bersama dengan Tristan. Yang tanpa sengaja adegan ranjang tersebut. Dan berhasil menghentikan aksi Lucyver yang ingin mencium Yuna.
Tristan terkejut dan langsung menutup wajahnya.
Tristan : "Tidak mungkin! Aku pasti salah lihat! Aku pasti salah masuk ruangan!"
Lucyanna juga terkejut, namun mulai merasa kesal. Kecemasannya ternyata sudah terjadi.
Lady Lucyanna : "Apa yang kau lakukan?! Kau benar-benar menyebalkan!"
Lucyver merasa kesal dengan interupsi yang tidak menyenangkan tersebut dan mengganggu semua momen indah yang ingin ia ciptakan bersama dengan Yuna.
Yuna yang terkejut, langsung melepaskan diri dan bangkit. Sambil menundukkan wajahnya karena merasa bersalah.
Yuna : ("Nona Lucyanna pasti akan sangat marah padaku... Apa yang harus aku lakukan?")
Lucyanna menghampiri Lucyver dengan membawa tatapan yang dingin bercampur emosi. Ke 2 tangannya bersilang.
Lady Lucyanna : "Kau benar-benar raja yang gila!"
King Lucyver : "Dan kau sama gilanya denganku karena sudah mengganggu momenku!"
Yuna terkejut dengan kembalinya mereka berdua bertengkar. Namun ada sisi lain yang membuat Yuna terheran dengan pertengkaran tersebut yang dianggapnya tidak wajar.
Kemudian, Tristan datang menghampiri Yuna.
Tristan : "Maaf mengejutkanmu, Yuna. Kurasa sebaiknya, kita harus pergi dari sini sekarang. Ayo, ikut denganku saja."
Bisik Tristan.
Yuna : "Ta-Tapi?"
Tanya Yuna dengan cemas.
Tristan : "Ikuti saranku ya. Kumohon..."
Sambil memegang pundak Yuna, Tristan membawa Yuna keluar dari ruangan yang sudah mulai panas. Namun Yuna masih merasa heran diantara Lucyanna dan Lucyver.
Ya, ada sesuatu yang belum Yuna ketahui antara keduanya. Yang berhasil membuatnya melupakan tentang mimpi Bloody Rose sebelumnya.