Tristan baru saja berhasil membawa Yuna keluar dari ruangan yang semakin memanas. Dan benar saja, mulai terdengar pertengkaran antara Lucyanna dan Lucyver.
Tristan dan Yuna sama-sama terkejut. Namun karena panik, Tristan semakin mendorong Yuna menjauhi pintu ganda tersebut.
Tristan : "Ayo, kita pergi dari sini!"
Yuna : "Ta-Tapi, bagaimana jika Yang Mulia Raja mencari saya?"
Tristan : "Tidak untuk saat ini, Yuna. Sekarang, ikut saja denganku ya? Ayo!"
Tristan hanya ingin mengamankan Yuna lebih tepatnya. Agaknya akan menjadi pemandangan yang tidak begitu menyenangkan saat melihat 2 saudara kandung Vortexian itu sedang bertengkar.
Mau tidak mau, Yuna harus mengikuti saran Tristan. HIngga akhirnya, Tristan telah membawa Yuna ke sebuah taman bagian lain istana. Dan Tristan terlihat sangat kelelahan hingga membuat punggungnya terbungkuk dengan nafas yang terengah-engah. Mereka berhenti.
Tristan : "Haah! Haaah! Haah! Kenapa jadi selelah ini? Haah! Kita seperti baru saja melarikan diri dari penjahat yang mengerikan..!" ("Eeh! Tapi lebih tepatnya, melarikan diri dari amarah mengerikan Nona Lucyanna dan Yang Mulia Raja... Hiiy~~, Istana Varrzanian bisa hancur dengan mudahnya...")
Tristan justru membayangkan Lucyanna dan Lucyver berubah menjadi wujud monster iblis berukuran besar dan tinggi yang sedang bertarung, sehingga membuat Istana Varrzanian hancur karena 2 kekuatan yang saling mengadu. Terutama, Tristan membayangkan betapa mengerikannya Lucyanna saat marah. Langsung saja, membuatnya bergidik dengan wajah yang murung.
Tristan : ("Me-Mengerikan..!")
Yuna : "Tuan Muda Tristan, Anda baik-baik saja? Lebih baik kita beristirahat saja dulu..!"
Ucap Yuna dengan cemas dengan kondisi Tristan. Tristan langsung berdiri dengan tegap, seolah dia adalah pria yang tangguh. Sambil menunjukkan senyumnya.
Tristan : "Tidak, aku baik-baik saja. Kau lihat'kan?"
Tiba-tiba saja, terdengar suara perut kosong yang nyaring dan cukup keras, yang ternyata berasal dari Tristan. Sontak saja, Tristan merasa sangat malu. Membuat wajahnya langsung memerah.
Yuna terheran, sembari menahan senyum gelinya dengan ke 5 jarinya. Melihat Yuna demikian, lantas membuat Tristan semakin malu. Dan langsung memalingkan wajahnya.
Tristan : ("I-Itu sangat memalukan, Tristan! Di-Dimana kewibawaanmu sebagai pria bangsawan sejati? Di tambah, senyumannya sangat manis...")
Pundak Tristan terlihat terangkat karena tegang dan malu. Tiba-tiba, mereka dikejutkan dengan suara seseorang yang terdengar ramah.
Noble Man : "Tristan? Apa yang sedang kau lakukan disini?"
Tristan terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara yang sangat ia kenal. Ternyata itu adalah Lord Damian, ayah Tristan. Yuna pun baru pertama kali melihatnya dan menjaga sikapnya.
Tristan : "A-Ayah?"
Lord Damian : "Apa yang kau lakukan? Kebetulan sekali, makan sianglah bersama. Kau mau?"
Bujuk Lord Damian dengan wajah yang hangat. Tristan merasa lega dan tertolong karena kehadiran sang ayah yang tepat. Memunculkan aksen fantasi air mata yang mengalir dengan dramatis.
Tristan : "Te-Terima kasih, ayah..."
Lord Damian mengalihkan pandangannya pada Yuna. Ini pertama kalinya, Lord Damian pun merasakan sesuatu dari Yuna.
Lord Damian : "Maaf, Nona? Apakah kau baru bekerja di Istana Varrzanian?"
Yuna : "Itu benar, Tuan."
Lord Damian : "Hei, kau terlalu cantik untuk menjadi seorang pelayan wanita di Istana Varrzanian. Apa jangan-jangan kau kekasihnya Tristan ya?"
Tanya Lord Damian sambil menunjukkan senyumnya yang hangat. Sontak saja Yuna terkejut dengan pertanyaan yang terlalu terus terang itu. Bahkan Tristan menjadi sangat panik, sampai membuat wajahnya memerah. Dan memberikan isyarat 'Tidak!' dengan tangannya.
Yuna : "I-Itu memang benar, Tuan. Saya memang bekerja di istana ini mulai sekarang."
Tristan langsung mendekati sang ayah dan membisikinya sesuatu. Sontak saja mengubah ekspresi wajahnya Lord Damian menjadi tidak percaya.
Lord Damian : "Benarkah itu, nak?"
Tanya Lord Damian sambil menatap putranya.
Tristan : "Percaya saja, ayah."
Yuna merasa bingung dengan sikap keduanya.
Lord Damian : "Jika benar seperti itu, bagaimana jika kau ikut makan siang bersama dengan kami? Aku mengundangmu."
Pinta Lord Damian sembari menunjukkan lagi senyum hangatnya.
Yuna : "Tapi, saya seharusnya--"
Tristan : "Ikutlah, Yuna. Ayahku sangat baik. Kau pasti akan menyukainya."
Bujuk Tristan menambahkan agar bisa semakin meyakinkan Yuna.
Lord Damian : "Ayo, jangan merasa keberatan. Aku ingin sedikit mengenalmu. Apa aku boleh?"
Bujuk lagi Lord Damian dengan nada yang lembut. Yuna seperti merasakan rasa kehangatan seorang ayah pada anak perempuannya.
Yuna : "Ba-Baiklah, Tuan..."
Tristan merasa senang setelah mendengar jawaban Yuna. Tanpa ragu lagi, Lord Damian bersama dengan Tristan mengajak Yuna ke 1 tempat khusus.
「 Palace Small Dining Room - Lunch With Lord Damian And Tristan 」
Saat ini, Lord Damian bersama dengan Tristan dan Yuna sedang berada di salah 1 ruang makan kecil di bagian lain Istana Varrzanian. Hanya 1 meja bundar berwarna putih gading di tengahnya, dengan 4 kursi. Ruangan itu berhadapan langsung dengan taman bunga istana sebagai pemandangannya. Yang hanya dibatasi kaca yang melebar.
Di tengah meja bundar itu, sudah tersaji sejumlah menu makan siang hari ini. Mulai dari makanan yang ringan sampai yang berat. Tertata dengan rapi di atas peralatan makan porselen yang berkelas namun simpel.
Yuna mulai merasa canggung, karena ia teringat dengan posisinya yang hanya seorang pelayan wanita.
Lord Damian membuka tudung saji perak di hadapan Tristan yang terlihat sangat menanti apa yang ada di di dalamnya. Dan ternyata itu adalah makanan dari berbahan pasta fetuchini. Ke 2 mata Tristan berbinar cerah dan bahagia.
Lord Damian : "Selamat makan, nak. Ini kesukaanmu."
Tristan : "Waaah, aku bersyukur memiliki ayah yang sangat menyayangiku. Aku akan langsung menikmatinya ya?"
Tristan langsung menancapkan garpunya. Menusukkan hingga 3 lembar pasta fetuchini dan langsung masuk dalam 1 suapan besar. Saat ia merasakan kelezatannya, Tristan merasa sangat bahagia. Sampai memunculkan aksen fantasi Tristan sedang di kelilingi bunga-bunga dan sejumlah piring-piring berisi pasta fetuchini yang berterbangan.
Tristan : "Hmmm... Enak sekali..."
Ucap Tristan dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah. Lord Damian ikut merasa bahagia.
Lord Damian : "Ahahaha... Kalau begitu makanlah yang banyak ya."
Saat Yuna tidak sengaja memperhatikan kedekatan Lord Damian dan Tristan, hal tersebut langsung membuatnya terharu. Wajah Yuna sedikit tertunduk dan merenung. Senyum yang tipis ikut menghiasinya.
Ya, Yuna teringat dengan ayahnya di Desa Rashvarrina.
Lord Damian : "Eh? Nona Cantik, kenapa kau diam saja? Makanlah. Ini adalah hidangan pasta fetuchini yang sangat disukai Tristan. Cobalah. Kau akan menyukainya."
Yuna sedikit terkejut setelah dibangunkan dari lamunan kecilnya karena suara hangat Lord Damian.
Sejenak, Yuna memandangi makanan yang sudah tersaji dengan nilai estetik yang sangat baik di hadapannya. Yuna menghela nafas dengan lembut, kemudian tersenyum.
Yuna : "Terima kasih untuk hidangannya, Tuan. Saya tidak akan sungkan menikmatinya."
Yuna mengambil garpu dan langsung menusukkan 1 lembar fetuchini dan memasukkannya. Perlahan mengunyahnya dan merasakan semua bumbu yang tercampur dengan sangat sempurna.
Yuna : "Ini sangat lezat. Bumbunya tidak terlalu kuat. Dan pastanya sangat lembut."
Puji Yuna dengan ekspresi bahagianya. Lord Damian dan Tristan juga ikut tersenyum.
Tristan : "Aku tahu kau akan menyukainya. Kau harus menghabiskannya ya?"
Yuna : "Baiklah. Saya pasti akan menghabiskannya."
Yuna kembali menikmati hidangannya dengan perlahan, karena begitu menikmati setiap gigitan yang menciptakan rasa terlezat dari hidangan tersebut.
Lord Damian memperhatikan gesture Yuna saat makan. Membuatnya sangat terkesan dan menciptakan senyuman di wajahnya. Dan tidak akan pernah membuatnya sedikit pun mengalihkan pandangannya. Terutama saat melihat ekspresi bahagia Yuna.
Acara makan siang sudah selesai. Tristan merasa sangat puas dengan menu makan siang hari ini. Dan sesuai janji, Yuna juga sudah menghabiskan hidangannya. Lord Damian merasa sangat puas dengan reaksi mereka berdua.
Sebagai penutup, Lord Damian menyajikan teh aromaterapi.
Lord Damian : "Kita belum mengenal satu sama lain. Maukah kau menyebut siapa namamu, Nona?"
Tanya Lord Damian sambil menuangkan teh untuk Yuna.
Yuna : "Nama saya Sakurana Yunareika, Tuan."
Lord Damian : "Nama yang cantik untukmu. Perkenalkan, namaku Lord Damian Vortexian. Dan kau pasti sudah mengenal putraku, bukan? Senang bertemu denganmu ya."
Tristan : "Aku setuju dengan ayah. Yuna memang sangat cantik."
Respon Lord Damian dengan senyum hangatnya. Ditambah pujian dari Tristan. Membuat Yuna ikut merespon dengan senyum malu miliknya sambil menundukkan wajahnya.
Yuna : "Senang bertemu dengan Anda juga, Tuan Lord Damian."
Lord Damian : "Aah, panggil saja dengan Damian. Kau tidak perlu menyebutkan gelar itu. Agar terdengar lebih baik saja. Sama halnya, aku akan memanggilmu dengan nama indahmu. Yuna. Bagaimana?"
Yuna sedikit terkejut, hingga hampir membuat rona merah di pipinya terlihat karena pujian tersebut.
Yuna : "Ba-Baiklah, Tuan Damian..."
Lord Damian : "Darimana kau berasal, Yuna?"
Yuna : "Saya berasal dari Desa Rashvarrina."
Lord Damian : "Waah, itu cukup jauh. Aku mendengar dari Tristan, bahwa kau diterima sebagai pelayan pribadi untuk raja. Bagaimana awal semua ini?"
Tanya Lord Damian yang terlihat penasaran. Namun bagi Yuna, ia ragu jika harus menceritakan latar belakang yang sudah ia alami sampai dengan Yuna dibawa ke Istana Varrzanian malam itu.
Yuna memalingkan sedikit wajahnya.
Yuna : "Ngh, itu..."
Yuna terdiam. Tristan memperhatikan isyarat yang tersimpan di balik ekspresi itu dan mulai merasa iba.
Tristan : "Ah, haha! Rasanya tidak penting untuk tahu bagaimana bisa Yuna ada disini. Kita biarkan saja. Benar'kan, ayah?"
Ucap Tristan yang terpaksa memasang senyum palsu sambil menyenggol tangan Lord Damian untuk memberinya isyarat.
Lord Damian langsung tersadar dengan maksud Tristan. Dan mulai merasa sedikit bersalah pada Yuna.
Lord Damian : "Aah! Be-Benar juga. Maaf ya, Yuna. Jadi kau berasal dari Desa Rashvarrina ya? Bukankah desa itu terkenal karena menghasilkan buah yang sangat terkenal dengan kelezatannya itu, bukan? Hmm, apa namanya ya? Aku sedikit lupa."
Yuna sedikit menyadari sikap Lord Damian yang tiba-tiba. Mungkinkah karena ingin menjaga perasaan Yuna? Tapi Yuna bisa merasakan sikap pedulinya.
Yuna : "Itu adalah buah Rosalina Berry, Tuan Damian. Apakah Anda pernah mencicipinya?"
Tanya Yuna dengan ekspresi senyum lembutnya.
Lord Damian : "Aku hanya baru mencicipinya 1 kali. Hanya 1 buah saja. Rasanya sangat manis dan membuat perasaanku sangat bahagia. Aku ingin sekali memakannya lagi."
Tristan : "Aah, aku bahkan belum pernah mencicipinya satu pun. Karena ternyata, buah Rosalina Berry sulit didapatkan setelah mereka mengirimkan barang, Dan poof! Semuanya habis."
Keluh Tristan.
Lord Damian : "Wajar saja, Tristan. Karena buah ini sangat terkenal dan banyak yang mencarinya. Sayangnya, Istana Varrzanian sudah jarang memesannya lagi."
Yuna : "Benarkah itu, Tuan Damian? Dan jika saya boleh mengetahuinya, kenapa Istana Varrzanian sudah tidak pernah memesan buah Rosalina Berry lagi? Karena desa saya selalu bisa menghasilkan buah Rosalina Berry yang melimpah setiap tahunnya."
Lord Damian : "Itu sudah lama sekali. Dulu, mendiang Ratu Varrzanian sangat menyukai buah ini. Dan selalu memesannya dalam jumlah yang sangat banyak. Namun, setelah sang ratu wafat, tentu saja Istana Varrzanian sudah tidak pernah memesannya lagi."
Jelas Lord Damian dengan ekspresi senyum harunya. Berhasil membuat Yuna mulai merasa iba.
Yuna : "Ooh, ma-maafkan saya..."
Lord Damian : "Tidak apa-apa. Wajar saja, karena kau tidak mengetahuinya. Tapi suatu waktu, aku ingin sekali memesan buah Rosalina Berry untuk kami. Katakan, Yuna. Apa kau tahu cara terbaik mengolah buah ini menjadi sesuatu yang lezat?"
Tanya Lord Damian dengan antusias.
Yuna : "Saya pernah membuatnya menjadi selai dan dicampurkan dengan susu sapi."
Tristan : "Eeh? Apa? Kau bisa mencampurnya dengan susu sapi?"
Tanya Tristan dengan membawa rasa penasarannya yang besar.
Yuna : "Tentu bisa, Tuan Muda Tristan. Saya menyebutnya Susu Rosalina Berry. Saya mencampurnya dan memasaknya hingga matang. Rasa gurih alami dari susu sapi yang masih segar dan rasa manis berair dari buah Rosalina Berry akan menghasilkan susu buah yang sangat lezat. Dan juga menyehatkan, begitulah kata salah 1 teman saya yang berprofesi sebagai asisten dokter di Desa Rashvarrina."
Ungkap Yuna dengan ringan, bersamaan dengan wajah bahagianya saat mengingat tentang momen susu Rosalina Berry yang telah membuat banyak kebahagiaan di sekitarnya.
Tristan : "Waaah... Sepertinya lezat. Baru membayangkannya saja, aku sudah bisa merasakannya..."
Ucap Tristan, bahkan sampai membuatnya menelan salivanya.
Lord Damian : "Tristan benar. Sepertinya lezat. BIsakah kau mau membuatkannya untuk kami? Aku juga ingin sekali mencicipinya. Apalagi saat kau menceritakan tentang bagian selainya. Kue-kue kering akan terasa semakin lezat jika ditambahkan selai dari buah ini. Ahahaha! Benar-benar sampai membuatku tergiur ingin mencobanya."
Tristan : "Oh! Mungkin buah ini bisa dibuat menjadi buah kering. Ayah suka membuat kue kering, bukan? Juga kue buah yang itu. Aku ingin ayah membuat kue pie dengan buah Rosalina Berry juga. Hmmm, pasti rasanya sangat enak."
Ucap Tristan dengan antusiasnya sambil membayangkan. Lord Damian pun merespon gagasan putranya dengan senang hati.
Melihat kebersamaan Lord Damian dan Tristan yang dipenuhi bahagia dan kehangatan, membuat Yuna ikut merasakannya. Yuna jadi terkenang dengan momen-momen manis kebersamaannya dengan Akimiya di masa lalu.
Akan tetapi untuk saat ini, Yuna hanya bisa mengenangnya saja.
「 Yuna's First Lesson With Tristan 」
Obrolan yang hangat dengan berat hati harus terhenti. Tristan masih memegang janjinya pada Lucyanna untuk menjadi teman belajar Yuna. Jadi, Tristan membawa Yuna ke 1 tempat yang akan menjadi tempat awal belajarnya.
Tristan : "Waah! Tadi itu obrolan yang sangat menarik! Ternyata ada banyak hal baru tentang Desa Rashvarrina. Aku yakin sekali, itu adalah desa yang sangat indah. Kapan-kapan, aku juga ingin mengunjungi kampung halamanmu. Apa boleh?"
Tanya Tristan dengan antusias.
Yuna : "Tentu saja, Tuan Muda."
Tristan : "Waaah, senang rasanya! Kau mau membuatkan susu itu, bukan?"
Tanya Tristan lagi dengan rasa antusiasnya yang semakin membesar.
Yuna : "Tentu saja, Tuan Muda. Saya akan membuatkan sebanyak yang Tuan Muda inginkan."
Tristan : "Benarkah? Aaah, aku jadi terharu. Aku jadi tidak sabar ingin mengunjunginya. Ta-Tapi, rasanya berlebihan ya? Kita bahkan baru saja saling mengenal, tapi aku sudah meminta banyak hal darimu. Kau pasti keberatan."
Ucap Tristan yang semula merasa antusias, namun berubah menjadi senyum malu, sembari menggaruk rambut belakangnya padahal tidak terasa gatal.
Yuna : "Tidak apa-apa, Tuan Muda. Saya senang jika Desa Rashvarrina kedatangan tamu terhormat dari Istana Varrzanian."
Respon Yuna dengan senyum lembutnya. Tristan merasa lega setelah melihat senyuman Yuna.
Tristan : "Aah, senang sekali mendengarnya. Baiklah, bagaimana jika kita memulai pelajaran pertama kita hari ini?"
Yuna : "Baiklah, Tuan Muda. Saya siap."
Tristan : "Waah, kau terdengar bersemangat ya? Ngh, ngomong-ngomong pelajaran apa yang cocok di hari pertama kita ya? Apa kau punya ide, Yuna?"
Tanya Tristan.
Yuna : "Bagaimana jika tentang sejarah Kerajaan Varrzanian?"
Tristan : "Aah, apa kau yakin? Karena itu sejarah yang sangat panjang."
Yuna : "Kita bisa melakukannya secara bertahap saja."
Tristan : "Ooh, baiklah kalau begitu. Kita akan memulainya dengan mengenal keturunan anggota kerajaan. Aku tahu 1 tempat yang cocok untuk memulainya. Ikut denganku ya."
Yuna : "Baiklah, Tuan Muda. Saya mohon bimbingannya."
Ucap Yuna dengan nada yang lembut. Berhasil membuat Tristan tersipu malu.
Tristan : "Aaah, i-iya. Bukankah sudah seharusnya, bukan? Hehe..."
Balas Tristan dengan senyum malu..
Sementara dari kejauhan, Lucyver dengan tatapan dinginnya baru saja melihat kedekatan sepupunya bersama dengan Yuna, sembari menyilangkan ke 2 tangannya. Mereka terlihat akrab. Bahkan saling melemparkan senyum dan tawa. Sontak saja, hal tersebut membuat Lucyver merasa tidak nyaman dengan pemandangan tersebut. Cemburu lagi?
King Lucyver : "Cih! Bahkan Tristan juga? Trisstaan?"
Panggil Lucyver dengan nada yang tinggi, cukup menggema di seluruh koridor hingga terdengar langsung oleh Tristan dan Yuna. Sontak saja, mereka berhenti. Terutama Tristan. Ia terkejut hebat. Dan membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.
Tristan : ("Ga-Gawat! Ketahuan juga! Ba-Bagaimana ini..? Dari suaranya saja, Yang Mulia pasti sangat marah padaku... Ooh, Dewa-Dewi! Tolong lindungi aku...")
Tristan sampai menelan salivanya. Yuna juga terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya ke belakang. Ia bisa melihat Lucyver yang berjalan mendekat.
Yuna : "Yang Mulia Raja?"
Yuna langsung saja sedikit menepi dan menundukkan wajahnya yang cemas.
King Lucyver : "Tristan! Berbaliklah! Beraninya kau membawa Yuna tanpa sepengetahuanku!"
Ucap Lucyver dengan tegas sambil menyimpan tangan di pinggangnya. Sorot matanya dingin. Tristan semakin tertekan karena takut dan panik. Tapi ia masih takut untuk berbalik dan menghadapi Lucyver secara langsung.
Tristan : "Ti-Tidak, Yang Mulia! A-Aku tidak bermaksud seperti itu!"
King Lucyver : "Lalu apa?! Berbaliklah sekarang dan jelaskan semuanya padaku!"
Tristan diambang dilema. Yuna bahkan tidak tahu harus berbuat apa, namun sebenarnya ia ingin membantu Tristan.
Tristan : ("Ba-Bagaimana aku harus menjelaskannya..? Tidak adakah orang yang mau menolongku lepas dari penderitaan ini..?")
Keluh Tristan yang sudah berada di ambang ketakutan dan kepanikannya. Dengan aksen fantasi keringat yang mengalir deras.
Yuna : ("Tuan Muda Tristan...")
Yuna juga ikut mencemaskan Tristan.
King Lucyver : "Tristan! Kenapa kau diam saja?!"
Lady Lucyanna : "Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa, Tristan!"
Tristan dan Yuna sama-sama terkejut. Itu adalah Lucyanna yang berdiri sedikit jauh dari belakang Lucyver.
Tristan & Yuna : ("Nona Lucyanna.!")
Dengan wajah yang kesal, Lucyver mengalihkan pandangannya pada Lucyanna.
King Lucyver : "Apa maksudmu?!"
Lady Lucyanna : "Kenapa? Aku yang memintanya! Ini sudah waktunya Yuna belajar. Dan aku yang meminta Tristan untuk menjadi rekan belajarnya! Jadi jangan mengganggunya! Apa aku perlu mengingatkanmu lagi?"
Tristan memberanikan diri menengok ke belakang. Mungkin ia bisa sedikit merasa lega karena Lucyanna membelanya.
King Lucyver : "Cih! Apa maksudmu? Aku bahkan belum memutuskannya! Kenapa harus Tristan?! Dia bahkan terlalu polos untuk menjadi seorang pengajar!"
Mendengar hal tersebut, langsung membuat semangat Tristan menurun. Seolah rohnya baru saja keluar dari tubuhnya. Membuat aksen fantasi dirinya yang murung sampai terjongkok dan memainkan jarinya di atas lantai. Dan air matanya mengalir dengan dramatis.
Tristan : ("Kenapa aku memiliki 2 sepupu yang sama-sama kejam padaku... Huhuhu... Aku anak yang bernasib malang...")
Lady Lucyanna : "Jelas kau tidak tahu apa pun tentang sepupumu sendiri! Aku lebih baik memilih Tristan jika harus dengan orang lain. Itu akan lebih mudah membantu Yuna untuk beradaptasi dengan lingkungan istana. DAN! Jangan coba-coba menunjukkan keegoisanmu yang menyebalkan itu! Dasar kau raja yang menjengkelkan!"
Ungkap Lucyanna dengan meluapkan kekesalannya. Yuna terkejut dengan sikap Lucyanna yang berani menghadapi Lucyver.
Yuna : ("Nona Lucyanna sangat berani mengatakannya pada Yang Mulia Raja..!")
Lady Lucyanna : "Sekarang, ikut saja denganku ke Aula Pedang Kerajaan!"
King Lucyver : "Tidak! Panggil saja orang lain untuk menjadi rekan tandingmu! Aku masih belum selesai dengan Yuna!"
Lady Lucyanna : "Lagi-lagi kau dan egomu! Apa kau tidak pernah merasa bosan dengan sifatmu yang menyebalkan itu?!"
King Lucyver : "Lucyanna! Kenapa kau justru menjelek-jelekkan sifatku di hadapan mereka?! Aku ini seorang Raja Varrzanian!"
Lady Lucyanna : "Ya! Kau sangat benar! Kau adalah raja yang sangat menyebalkan! Haah! Sulit kupercaya, aku harus membantumu menjadi raja!"
Semakin lama, perdebatan keduanya semakin menjadi. Membuat Yuna terkejut. Dan membuat Tristan tidak sanggup berkomentar apa pun, sampai memegang keningnya dengan ekspresi wajah yang terlihat lelah.
Tristan : ("Ooh, Dewa-Dewi... Lagi-lagi seperti ini...")
Tristan langsung menyenggol Yuna.
Tristan : "Yuna! Ayo pergi dari sini..!"
Bisik Tristan. Sontak membuat Yuna terkejut.
Yuna : "Ba-Baiklah..."
Dengan langkah yang perlahan, Tristan membawa Yuna. Namun tiba-tiba, langkahnya terhenti.
King Lucyver : "Tristaan! Kau pikir kau mau kemana?! Aku belum selesai denganmu!"
Tristan terkejut hebat. Langsung membuat tubuhnya bergidik, setelah mendengar hentakan nada suara Lucyver yang keras.
Lady Lucyanna : "Hentikan egomu itu! Biarkan mereka pergi! Tristan, jangan pedulikan! Lanjutkan tugasmu!"
King Lucyver : "Kenapa kau membiarkan mereka pergi?!"
Lady Lucyanna : "Berapa kali harus kukatakan padamu, Tristan sudah kutugaskan! Kenapa kau masih saja membantahnya?! Kau juga cemburu dengan Tristan?"
Ucap Lucyanna dengan tegas. Tristan terheran sampai membuat mulutnya terbuka setelah mendengar kalimat terakhir Lucyanna.
King Lucyver : "Jangan bercanda, Lucyanna!"
Lady Lucyanna : "Heh! Masih saja sulit mengakuinya! Cepat bawa Yuna, Tristan! Waktu belajar kalian yang berharga jadi terbuang sia-sia karena raja yang menyebalkan ini!"
King Lucyver : "A-Apa?"
Tristan : "Ba-Baik, Nona!"
Balas Tristan dengan suara yang gemetar dan langsung membawa Yuna pergi lagi.
Tristan : "Ayo, Yuna! Jangan melihat ke belakang lagi ya..!"
Bisik Tristan. Dan Yuna masih menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang. Kontak mata antara dirinya dan Lucyver sempat bertemu untuk beberapa detik. Yuna bisa melihat rasa kecewa dari ekspresi mata Lucyver. Yuna mulai merasakan sesuatu.
Yuna menoleh ke depan lagi dan masih terus mengikuti Tristan dan kali ini benar-benar meninggalkan mereka berdua.
Lucyver begitu kecewa dan langsung melemparkan pandangan dinginnya pada Lucyanna.
King Lucyver : "Aargh! Kenapa kau seolah membuatku tidak bisa mendekati Yuna?"
Lucyanna juga memberikan tatapan dinginnya, dengan 1 alis mata terangkat dan ke 2 tangan yang menyilang.
Lady Lucyanna : "Kenapa? Kau marah padaku? Aku melakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Jika kau terus memata-matainya, apa kau pikir itu akan membuatnya merasa nyaman di Istana Varrzanian?"
King Lucyver : "Aku bisa memberikan apa pun agar membuatnya nyaman!"
Ucap Lucyver dengan penuh percaya diri.
Lady Lucyanna : "Dengan cara apa? Melarang Yuna belajar dengan Tristan? Kecemburuanmu sekarang membuatmu terlihat semakin menyebalkan! Jadi biarkan Yuna menikmati waktunya selama mungkin. Dan kau! Sebaiknya datanglah ke Aula Pedang Kerajaan! Kau tidak lupa dengan hari ini, bukan?"
King Lucyver : "Aagh! Kenapa kau harus mengingatkanku dengan hari kakek tua itu?"
Gumam Lucyver sambil memalingkan wajahnya yang kesal sambil menyilangkan ke 2 tangannya.
Lady Lucyanna : "Apanya yang kau sebut dirimu Raja Varrzanian? Kau masih saja suka mencela kakek! Ah, sudah cukup! Sebaiknya kita bergegas! Dewa kepercayaan kakek akan segera datang! Jadi berhentilah mengeluh!"
Ucap Lucyanna sambil berbalik dan meninggalkan Lucyver. Namun, Lucyver semakin dilanda kekecewaannya. Ia enggan untuk melakukan upacara penting itu. Tapi apakah Lucyver harus kembali mementingkan egonya lagi?
King Lucyver : "Cih! Sulit kupercaya! Akan kupastikan akan menyelesaikannya lebih cepat!"
Keluh Lucyver. Dan akhirnya, ia pun pergi menuju Aula Pedang Kerajaan yang jalurnya berbeda dengan jalur kepergian Tristan membawa Yuna.
「 Varrzanian Empire Hall Of History 」
Kali ini, tidak akan ada lagi Lucyver yang mencoba menghadang atau pemandangan perselisihan kecil nan sengit antar saudara kandung. Tristan berhasil membawa Yuna pergi. Mereka berhenti di depan 1 ruangan dengan pintu ganda.
Tristan mencoba menenangkan dirinya dulu dengan tarik hembuskan nafas. Lalu ia mengalihkan wajah senyum malunya pada Yuna.
Tristan : "Ma-Maaf ya, Yuna. Sejak tadi kita terus melarikan diri. Apa kau lelah?" ("Aku juga merasa sangat malu saat Yuna harus melihat pertengkaran mereka berdua...")
Yuna : "Saya akan memahaminya dan tidak akan berpura-pura tidak pernah terjadi."
Jawab Yuna sembari menunjukkan ekspresi senyum lembutnya. Tristan cukup terkejut dengan kerendahan hati Yuna. Langsung membuatnya tersenyum haru.
Tristan : "Aah, kau sungguh baik."
Seketika, Tristan tersenyum dengan lepas.
Tristan : "Kalau begitu... Tadaa! Kita sudah sampai! Disinilah kita akan mulai belajar tentang sejarah Kerajaan Varrzanian."
Tristan menunjukkan ke depan pintu ganda dihadapannya dengan ke 2 tangannya yang di rentangkan.
Yuna : "Sebenarnya, dimana kita?"
Tristan : "Agar menjawab rasa penasaranmu, kita akan segera memasukinya."
Tristan langsung memutar pegangan pintunya hingga berbunyi klik! Lalu mendorong pintu tersebut dengan tenaganya.
Saat terbuka, Yuna bisa melihat 1 ruangan yang sangat besar dan memanjang ke depan. Terlihat beberapa patung dan pajangan lainnya yang dibatasi oleh kaca berbentuk persegi. Terlihat juga beberapa lukisan potret yang berukuran besar, dengan bingkai yang di ukir dengan sangat indah. Tergantung dan tertata dengan baik.
Yuna terkesima. Sampai membuat ke 2 mata birunya melebar dan berbinar.
Yuna : "Waaah! Tempat apa ini, Tuan Muda? Ini terlihat seperti musium sejarah..."
Tristan : "Ayo masuk! Bisa dikatakan seperti itu juga."
Tristan dan Yuna masuk bersamaan. Yuna masih tidak berhenti merasa kagum dengan semua benda-benda unik yang ada di dalam ruangan ini.
Tristan : "Selamat datang, Yuna. Ini adalah Aula Kesejarahan Kerajaan Varrzanian. Semua benda-benda bersejarah yang di pajang selama kekuasaan dan kebesaran Kerajaan Varrzanian, dibuat dalam bentuk duplikat yang sangat detail 100 persen. Sebagai bukti sejarah yang pernah tercipta sepanjang Kerajaan Varrzanian berdiri. Ini tempat yang cocok untukmu memahami tentang sejarah Kerajaan Varrzanian."
Yuna : "Semuanya terlihat sangat berharga untuk sebuah sejarah."
Tristan : "Kau benar. Semua ini akan selalu diwariskan pada generasi berikutnya di Kerajaan Varrzanian. Tentu saja, semua yang ada disini sudah menjadi harta yang sangat berharga! Hebat'kan?"
Ucap Tristan dengan antusias.
Yuna : "Waaah, itu terdengar sangat hebat. Kalau begitu, bisakah Tuan Muda Tristan memulai pelajarannya?"
Tristan : "Waah! Ternyata kau bersemangat ya. Baiklah, kita akan mulai dari silsilah generasi para Raja Varrzanian? Kau pasti akan menyukainya."
Yuna : "Baiklah, Tuan Muda. Tolong tunjukkan tempatnya."
Yuna yang berantusias, Tristan pun merasakan hal yang sama. Tristan tidak sedikit pun gugup saat menjelaskan di sesi yang pertama. Yuna selalu mendengarkan semua penjelasan Tristan.
Di sesi pertama ini, pengenalan silsilah keluarga generasi para Raja Varrzanian dari yang terawal, Tristan membawa Yuna melihat langsung potret asli dari para Raja Varrzanian bersamaan dengan Ratu Varrzanian dan putra-putra mereka.
Dari salah satu lukisan potret itu, Yuna sangat mengenali salah satunya.
Yuna : "Bukankah ini adalah Raja Zallexander dan Ratu Cellestina?"
Tristan : "Oh? Kau sudah tahu ya? Aah, benar juga. Aku baru mengingatnya. Beliau Yang Terhormat ini sudah sangat berpengaruh dalam pembangunan Desa Rashvarrina, bukan? Desa kelahiranmu?"
Yuna : "Itu benar, Tuan Muda. Seluruh warga Desa Rashvarrina sangat mengagumi sosok Raja Zallexander dan istri tercintanya. Kami juga membangun patung sebagai monumen untuk mengenang semua kebaikannya. Bahkan, kami juga selalu rutin mengadakan festival tahunan. Dan menamainya dengan nama Sang Ratu, Festival Cellestina. Yang di adakan sebelum kami akan memanen buah Rosalina Berry."
Tristan : "Waaah! Terdengar menarik sekali! Aku jadi ingin ikut merayakan festival itu. Pasti sangat menyenangkan!"
Respon Tristan dengan penuh antusias.
Yuna : "Tentu saja, Tuan Muda. Kita semua bisa bersenang-senang bersama. Mungkin Tuan Muda Tristan tertarik mau mencoba tradisi kami yang cukup terkenal? Itu adalah Mawar Ratu Cellestina."
Tristan : "Mawar Ratu Cellestina katamu? Seperti apa itu?"
Yuna : "Sebenarnya, itu seperti tradisi dalam mencari jodoh. Jika Tuan Muda berpartisipasi, Tuan Muda akan diberi 1 tangkai mawar putih polos yang terbuat dari kertas khusus. Saat di semprotkan dengan cairan ajaib, mawarnya akan mulai menunjukkan warna tertentu. Dan disinilah keunikannya. Mawar dengan warna yang sama, mereka akan berjodoh atau bisa melakukan pendekatan lebih lanjut. Tuan Muda harus menyembunyikan mawar milik Tuan Muda. Dan harus mencari tahu sendiri, siapa saja wanita yang memiliki warna mawar yang sama dengan milik Tuan Muda."
Jelas Yuna.
Tristan : "Oh? Terdengar menarik. Tapi, bagaimana jika ternyata warna mawar yang kumiliki juga dimiliki oleh lebih dari 1 wanita muda? Aku tidak mungkin memilih semuanya, bukan?"
Tanya Tristan yang terlihat sedikit cemas.
Yuna : "Itu selalu bisa terjadi di Desa Rashvarrina. Jika ternyata Tuan Muda mengalaminya, Tuan Muda bisa melakukan pendekatan secara sembunyi-sembunyi. Mengenali satu persatu wanita muda yang memiliki warna mawar yang sama. Dan bagaimana pun, hatilah yang akan memberikan jawabannya."
Tristan : "Waah! Benar-benar tradisi yang unik! Aku penasaran, apakah pernah terjadi kegagalan? Maksudku, mereka sampai akhirnya tidak menemukan jodohnya?"
Yuna : "Tentu ada. Mungkin karena tidak adanya kecocokan atau mereka yang tidak begitu yakin dengan cara ini."
Tristan : "Oh! Benarkah? Ternyata ada juga yang seperti itu. Ngomong-ngomong, apa kau sendiri pernah mengikuti tradisi itu?"
Tanya Tristan dengan antusias. Yuna membalasnya dengan senyum malu.
Yuna : "Sejujurnya, saya belum pernah mengikutinya sekali pun."
Tristan : "Ah! Kau serius? Tidak mungkinnn! Pasti banyak pria muda di desamu yang ingin sekali mengikuti tradisi itu agar bisa menjadi jodohmu, bukan? Karena kau pasti adalah wanita muda tercantik di Desa Rashvarrina."
Yuna terkejut dan wajahnya langsung memerah. Lalu memalingkan wajahnya untuk menutupi warna merah yang menghiasi pipinya.
Yuna : "Sa-Saya rasa, masih ada wanita muda yang lebih cantik dari saya..."
Tristan : "Hehe, sungguh! Bahkan Yang--" ("Eeh? Apa yang baru saja aku katakan? Bukankah Yuna memang sudah berjodoh dengan Yang Mulia Raja seperti ramalan itu, bukan? Aah~~, aku terlalu banyak bertanya yang tidak-tidak...")
Tristan hampir saja mengutarakan 1 kebenaran yang masih harus disembunyikan dari Yuna. Tristan berusaha bersikap sewajarnya.
Tristan : "Yaa..! Ta-Tadi itu tradisi dari Desa Rashvarrina yang sangat menarik. Aku jadi ingin bisa mengikutinya lain waktu. Merasakan kegembiraannya bersama dengan semua orang. Ayahku juga pasti akan tertarik!"
Yuna : "Pasti akan terasa sangat menyenangkan, Tuan Muda. Jika kita merayakannya bersama-sama. Karena itulah makna dari Festival Cellestina. Bahagia bersama-sama."
Ucap Tristan dengan antusias. Yuna memperhatikan Tristan. Dan seketika, Yuna mengalihkan pandangannya pada lukisan potret Raja Zallexander. Namun saat Tristan memperhatikannya, ia seperti melihat kesedihan dari balik senyuman manis Yuna. Tristan mulai merasa iba.
Tristan : ("Jauh dari kampung halaman pasti tidak mudah bagi Yuna... Meskipun aku tidak begitu tahu bagaimana Yuna sampai di Istana Varrzanian, tapi entah mengapa... Aku merasa, Yuna seperti kesepian...")
Dalam dada Tristan, mulai muncul 1 perasaan yang kuat. Namun ia masih belum tahu pasti tentang perasaan itu. Tiba-tiba, Yuna tersenyum senang.
Yuna : "Jika diperhatikan, keseluruh Raja-Raja Varrzanian ternyata memiliki wajah yang sangat tampan ya?"
Tristan cukup terkejut dan ikut tersenyum dengan sikap tiba-tiba Yuna.
Tristan : "Aah, begitu ya? Ngomong-ngomong, menurutmu siapa Raja Varrzanian yang tertampan?" ("Haah! Tristan... Entah apa yang merasukimu? Sampai-sampai kau menanyakan pertanyaan yang tidak perlu kau tahu... Sudah pasti, Yuna akan menjawab--")
Tristan sempat merasa menyesal dan menyalahkan kecerobohannya. Tapi...
Yuna : "Menurut saya itu adalah Raja Zallexander."
Jawab Yuna dengan mudahnya sambil tersenyum. Tristan terkejut dan bingung karena jawaban Yuna yang di luar ekspektasinya. Membuat ke 2 matanya melebar dan mulut yang sedikit terbuka.
Tristan : ("Eeehhh! Kupikir Yuna akan menjawab...")
Tristan membayangkan Lucyver. Ya, itulah yang sempat ia pikirkan tentang jawaban Yuna. Namun ternyata...
Tristan : "Be-Begitu rupanya ya? Kenapa menurutmu Raja Zallexander adalah raja yang tertampan? Bukankah masih ada yang lebih tampan lagi? Muungkiin?" ("Apa yang kau pikirkan Tristan? Apa kau berharap Yuna akan tertarik untuk menyebut nama sepupumu?")
Diposisi itu, justru Tristan merasa dilema di balik senyum lebarnya. Yuna terlihat sedang berpikir sambil menatap lukisan tersebut.
Yuna : "Hmm, mungkin karena dibandingkan yang lainnya... Raja Zallexander terlihat lebih baik dengan senyuman di wajahnya. Saya yakin, siapa pun yang melihat Raja Zallexander tersenyum juga akan ikut tersenyum. Hehe... Kira-kira seperti itulah yang saya pikirkan."
Jawab Yuna sambil membayangkan dengan senyum bahagia yang menghiasinya. Tristan merasa terkejut awalnya, namun saat itu pun, garis senyum langsung tergambar di wajah Tristan.
Tristan : "Ahh, begitu rupanya. Hehe..." ("Jawaban yang sederhana, tapi sangat berkesan... Kelihatannya, Yuna akan tetap melihat sisi terbaik dari seseorang... Hmm, haruskah sepupuku melatih senyumannya agar Yuna tertarik?")
Tristan justru membayang Lucyver yang memang seorang Lucyver dengan titel dingin dan kejamnya. Jika pun tersenyum, itu bukanlah sebuah senyuman yang indah. Melainkan senyum yang sinis dan dingin. Langsung saja membuat Tristan menyipitkan matanya dan skeptis.
Tristan : ("Tidak..! Rasanya mustahil itu akan terjadi...")
Namun saat melihat Yuna yang tersenyum, Tristan ikut tersenyum. Dari situlah, Tristan memahami jawaban Yuna.
Pelajaran mengenal sejarah Kerajaan Varrzanian masih berlanjut. Tristan memperkenalkan semua benda dan lukisan potret pada Yuna dengan gaya bahasa Tristan yang ringan. Selalu ada selingan senyuman di antara penjelasannya.
Tentu saja, hal tersebut membuat jam belajar Yuna terasa lebih menyenangkan.
Tanpa terasa, semua yang sudah Tristan jelaskan tentang sejarah Kerajaan Varrzanian, tersampaikan semuanya.
Mereka berdua pun beristirahat di salah satu anak tangga yang masih berada di ruangan itu. Tristan terlihat sedikit kelelahan, namun ia terkesan dengan kemampuan Yuna yang mampu belajar dengan cepat.
Tristan : "Waaah! Ternyata kau menyukai belajar ya? Kau memahami semua yang kujelaskan. Itu sangat bagus."
Puji Tristan sambil melonggarkan kerah bajunya. Yuna hanya tersenyum malu.
Yuna : "Saya hanya mengikuti semua penjelasan dari Tuan Muda saja. Cara Tuan Muda Tristan menjelaskan sangat saya pahami. Saya merasa sangat nyaman saat mendengarkan sambil mempelajarinya. Dengan guru seperti Tuan Muda, siapa pun akan merasa sangat nyaman untuk belajar."
Yuna memuji balik Tristan. Berhasil membuat Tristan malu sambil mengusap belakang kepalanya.
Tristan : "Waaah! Be-Benarkah? Kau memujiku berlebihan, Yuna! Ahaha..."
Yuna merasa terhibur dengan tingkah Tristan yang rendah diri.
Yuna : "Tapi itu benar, Tuan Muda."
Tristan : "Aaahh, sudahlah. Aku hanya diminta oleh Nona Lucyanna. Apalagi karena sepertinya kita seumuran, aku merasa tidak begitu canggung mengajarkan semuanya padamu."
Ucap Tristan dengan senyum malu.
Yuna : "Sepertinya, Nona Lucyanna sangat memahami Anda."
Tristan : "Eeh? Be-Benarkah?" ("Jika kau ingin tahu, Yuna, aku mau melakukannya agar Nona Lucyanna tidak marah padaku... Hehe! Aku cuma ingin mencari jalan yang aman saja... Tapi ternyata, setelah bersama denganmu rasa memang terasa menyenangkan...")
Yuna : "Mmm... Maaf, Tuan Muda Tristan. Apakah saya boleh bertanya sesuatu?"
Tristan : "Hmm? Kau mau bertanya? Apa itu?"
Tanya kembali Tristan yang merasa tertarik ingin mendengarkannya.
Yuna : "Sebenarnya... Ini tentang Nona Lucyanna."
Tristan : "Tentang Nona Lucyanna? Ada apa? Apa ada sesuatu yang pernah Nona Lucyanna katakan sampai-sampai membuatmu tidak nyaman?"
Tanya Tristan dengan nada yang cemas. Yuna meresponnya dengan senyum malunya.
Yuna : "Ti-Tidak, Tuan Muda. Tidak ada yang salah. Saya hanya merasa penasaran dengan satu hal dari Nona Lucyanna dan Yang Mulia Raja. Seperti yang baru saja terjadi. Saya cukup terkejut dengan sikap Nona Lucyanna yang terlihat berani mengutarakan perasaannya pada Yang Mulia Raja."
Tristan langsung memahami maksud Yuna. Ia sedikit terkejut awalnya.
Tristan : "Ooh, begitu ya? Hehe, sepertinya kau ikut menyadarinya ya? Saat Nona Lucyanna dan Yang Mulia Raja berargumen. Dan sepertinya, kau juga harus tahu. Sebenarnya, Nona Lucyanna dan Yang Mulia Raja adalah saudara kandung."
Jelas Tristan tanpa ragu. Yuna cukup terkejut. Cukup membuat ke 2 mata birunya sedikit melebar.
Yuna : "Aah! Be-Benarkah itu, Tuan Muda?"
Yuna merenungi dari semua kejadian yang ia lihat di antara Lucyanna dan Lucyver. Memang bukanlah sekedar berdebat.
Tristan : "Kau pasti terkejut ya? Wajar saja, karena kau baru disini. Dan mereka berdua adalah sepupuku. Ayahku, Lord Damian secara tidak langsung adalah paman mereka. Jadi mulai sekarang, jika kau melihat mereka mulai berdebat, terutama dengan karakteristik Nona Lucyanna yang tegas dan berani saat berhadapan dengan Yang Mulia Raja, itu adalah hal yang sangat biasa terjadi. Kau tahu, bukan? Yaaa, sebagaimana keseharian kakak dan adiknya. Pasti ada saja kejutannya."
Jelas Tristan, bahkan diselingi dengan senyum tipis nan cemasnya.
Yuna : "Oh, begitu rupanya. Saya sudah mengerti sekarang."
Tristan : "Jika kau ingin tahu lagi, Nona Lucyanna adalah yang termuda. Namun kata ayahku, sebenarnya mereka terlahir sebagai saudara kembar."
Yuna : "Apakah itu artinya usia mereka sama?"
Tristan : "Ngh, tidak juga. Jika tidak salah, Yang Mulia Raja dan Nona Lucyanna memiliki perbedaan usia 4 tahun. Ada yang mengatakan mereka terlahir kembar karena lahir di bulan, tanggal dan hari yang sama. Kira-kira seperti itulah."
Yuna : "Oh, jadi begitu rupanya. Tapi jika saya perhatikan, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip satu sama lain."
Tristan : "Itu benar. Terlihat dengan jelas ya? Karena sekarang kau sudah menjadi bagian dari Kerajaan Varrzanian, bertemu dengan Nona Lucyanna dan Yang Mulia Raja akan menjadi bagian dari hidupmu juga. Yaaa, meskipun kelihatannya mereka berdua terlihat dingin dan suka berdebat, tapi mereka tidak pernah sampai melupakan kepentingan semua rakyat penghuni negeri Varrzanian. Karena hal itu merupakan warisan dari para raja-raja sebelumnya kepada generasi berikutnya. Bukan hanya diwariskan istana yang sangat besar, megah dan mewah bersama dengan harta berharganya, tapi juga seluruh negeri Varrzanian dan rakyatnya."
Jelas Tristan dengan begitu ringan. Yuna merasa terpana setelah mendengarnya.
Yuna : "Oh, itu luar biasa."
Tristan : "Hehehe! Ya, aku setuju denganmu. Terdengar hebat ya? Ngomong-ngomong, karena sekarang kau bekerja sebagai pelayan pribadi raja, apakah kau merasa kesulitan? Ngh, maksudku. Untuk bagian perintahnya."
Seketika Yuna langsung malu, karena sepertinya Tristan mengulang kembali kejadian di kamar pribadi Lucyver. Yuna ingat bahwa itu juga salah satu perintah Lucyver yang benar-benar membuatnya tidak memiliki pilihan lain.
Yuna langsung menundukkan wajahnya.
Yuna : "Ngh, sa-saya... Mungkin masih belum terbiasa karena baru hari pertama..." ("Tuan Muda Tristan tidak bermaksud menanyakan tentang yang waktu itu, bukan? Karena dia dan Nona Lucyanna sudah melihat semuanya...")
Wajah Yuna terlihat memerah karena lagi-lagi bayangan momen saat di kamar pribadi Lucyver terulang seperti baru saja diputar ulang dalam bentuk video.
Tristan : "Tapi semua baik-baik saja, bukan?"
Yuna : "Ah! Ya, Tuan Muda. Semuanya baik-baik saja."
Respon Yuna sambil menunjukkan senyum malunya demi menutupi momen tersebut.
Tristan : "Dan apakah kau mau berbagi ceritamu padaku mulai sekarang?"
Yuna sedikit terkejut dengan nada suara yang berbeda dari Tristan.
Tristan : "Maksudku, kita bisa menjadi teman'kan?"
Tanya Tristan dengan senyum senangnya. Yuna bisa merasakan kepedulian Tristan padanya.
Tristan : "Setelah bertemu denganmu, aku jadi ingin dekat denganmu. Entah kenapa. Tapi kau sepertinya wanita muda yang sangat menarik, pintar dan baik. Aku boleh berteman denganmu, bukan?"
Tristan terdengar jujur dengan perasaannya pada Yuna. Di dalam dada Yuna, ia bisa merasakan sesuatu yang baru saja mengisinya. Ungkapan Tristan seolah seperti angin sejuk yang datang. Terasa sangat segar dan menenangkan.
Dan seketika, Yuna tersenyum.
Yuna : "Tentu, Tuan Muda. Saya merasa senang bisa menjadi teman Tuan Muda."
Tristan : "Waaah! Itu bagus! Akhirnya, aku bisa memiliki teman wanita yang baik dan pintar sepertimu. Bahkan sangat cantik."
Ucap Tristan dengan berbisik di akhir kalimatnya. Beruntung Yuna tidak mendengarnya.
Yuna : "Hmm? Apakah itu artinya, saya adalah teman wanita pertama Tuan Muda?"
Tanya Yuna yang bingung.
Tristan : "Hehe... Itu benar. Terdengar aneh ya?"
Yuna : "Aah, tidak. Tidak sama sekali, Tuan Muda. Semoga kita bisa berteman dengan baik."
Tristan : "Teman baik? Kau bercanda? Aku ingin kau menjadi sahabat terbaikku, Yuna!"
Ungkap Tristan dengan terus terang dan wajahnya yang bahagia. Yuna pun ikut merasakan alur kebahagiaan Tristan.
Yuna's Voice : "Aku sempat merasa setelah aku tinggal di istana, aku tidak akan pernah mendapatkan teman... Mungkin hanya Natsumi saja, itulah yang sempat kupikirkan... Tapi aku mulai merasa, doa ayah telah memberiku kekuatan untuk memulai suatu hubungan pertemanan disini... Setelah ini, aku bahkan semakin ingin berjuang selama aku menjalani takdirku yang baru... Tuan Muda Tristan, aku pastikan akan menjadi sahabat baik yang kau inginkan... Terima kasih telah menerimaku..."
Awal hubungan manis antara Yuna dan Tristan baru saja terhubung. Semoga tidak semakin membuat Lucyver cemburu jika mengetahuinya.
「 In Front Of Lucyver's Private Room 」
Tugas Tristan sudah selesai untuk hari ini. Yuna memutuskan untuk kembali ke kamar pribadi Lucyver. Hanya berdiri di depan pintu ganda ruangan tersebut. Berkat Tristan, Yuna merasa siap untuk menjalani peran barunya. Perasaannya menjadi lebih ringan.
Tiba-tiba, Yuna dikejutkan dengan 2 tangan kekar yang mengurung Yuna di bagian sisi kiri dan kanannya.
King Lucyver : "Akhirnya, kau kembali juga. Bahkan lebih dulu dariku. Merindukan perintah dari rajamu?"
Bisik Lucyver tepat di telinga Yuna bagian kiri. Yuna bisa merasakan hembusan nafasnya yang cukup dingin. Langsung membuatnya merinding. Dan tidak berani untuk membalikkan punggungnya.
King Lucyver : "Jadi kau sudah selesai belajar bersama dengan Tristan? Kalau begitu, kau sudah siap dengan tugas pertamamu? Lagi?"
Bisik Lucyver, mencoba menggoda Yuna lagi dengan menunjukkan pesonanya.
King Lucyver : "Pertama, aku tidak mau rambut panjangmu yang tergulung seperti ini."
Lucyver membukakan ikatannya dengan mudah. Dan membuat rambut panjang Yuna tergerai bebas menjulur ke bawah.
Yuna : "Ta-Tapi, Ny. Clarissta menyarankannya agar rambut saya--"
King Lucyver : "Kau tidak boleh lupa! Disini aku yang memberi perintahnya!"
Yuna : "Ma-Maafkan saya..."
Kemudian, Lucyver mendorong pintu ganda tersebut dengan mudahnya. Membuat jantung Yuna berdebar sangat kencang.
King Lucyver : "Kedua, sekarang masuklah."
Mau atau tidak, Yuna pun masuk ke dalam, diikuti oleh Lucyver.
King Lucyver : "Sekarang, berdirilah di bagian tengah ruangan sana."
Yuna : "Ba-Baik, Yang Mulia..."
Yuna menuruti permintaan Lucyver. Dengan jantung yang berdebar kencang, Yuna hanya bisa menunggu.
Lucyver sekarang sudah berdiri di depan Yuna yang hanya bisa menundukkan wajahnya. Jarak diantara mereka sekitar 5 meter. Sambil memamerkan senyum terbaiknya demi menambah daya pesonanya.
King Lucyver : "Ketiga, sekaranglah saatnya!"
Lucyver membentangkan ke 2 tangannya dengan santai di hadapan Yuna. Yuna cukup terkejut sekaligus bingung dengan sikap Lucyver yang sulit ditebak. Tapi dengan jantung Yuna yang berdebar, ia mulai dilanda kecemasannya.
Yuna : ("Aku rasa, Tuan Muda Tristan benar... Sepertinya tugas pertamaku akan berat...")
Apa rencana Lucyver sebenarnya?