2 tahun dengan cepat berlalu. Semua yang ku lakukan hanyalah belajar dan bermain seperti anak-anak normal pada umumnya. Yang menjadi permasalahan saat ini hanyalah kurangnya buku pengetahuan yang dapat ku baca, buku ada didunia ini akan tetapi memiliki harga yang luar biasa mahal. Bahkan buku sejarah tentang kerajaan tempatku lahir yang seharusnya disebarkan dengan luas untuk menambah rasa patriotisme kepada masyarakat saja sulit untuk dimiliki.
Semua itu terjadi karena tidak adanya mesin cetak dan kertas yang terbuat dari kayu. Kebanyakan kertas yang tersebar itu terbuat dari kulit dan bahan yang didapatkan dari monster tertentu saja. Contohnya seekor monster kupu-kupu berukuran 1,5 meter bernama Flying Wood yang terkadang ditangkap warga sekitar dan dijual kepada orangtuaku.
Oleh sebab itu, yang aku ketahui tentang kerajaan dan kerajaan lain dibenua ini sangatlah terbatas. Yang aku ketahui hanyalah hal sederhana seperti nama-nama kerajaan dan lokasi mereka.
-Kerajaan tempatku tinggal itu bernama Aenridia, sebuah kerajaan tertua yang ada dibenua ini dan berada di selatan benua. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja ke-26 Weiss Aenridia.
-Kerajaan berikutnya tertua nomer 2 bernama Treninda yang dipimpin oleh Raja ke-21 Himston Treninda. Mereka berada dibagian Timur dan terkenal dengan pelabuhan mereka.
-Kerajaan berikutnya ada Greniondra yang berada disebelah barat, dipimpin oleh raja ke-19 Vaynard Greniondra. Mereka masih berada didekat laut, akan tetapi kerajaan itu terkenal dengan wilayah pegunungannya yang bersalju.
-Untuk di utara, terdapat kerajaan suci bernama Yudisindra yang dipimpin oleh Raja ke-16 George Yudisindra. Mereka dikenal sebagai kerajaan suci karena pengaruh Dewi pencipta dunia yang bernama Lissandra. Bahkan kabarnya penerus tahta berikutnya merupakan orang suci yang dipilih oleh Wyvern sejak kecil. (Wyvern merupakan ras terendah dari Naga)
'Meskipun itu seekor Wyvern, itu tetaplah salah satu species dari Naga. Jika orang yang memiliki Wyvern sudah sangat dihormati, itu berarti kekuatan monster didunia bukanlah candaan. Apa aku harus melatih sihirku dengan lebih serius mulai sekarang?'
Terlebih lagi selama 2 tahun ini. Aku mulai menemukan fakta, jika seseorang yang memiliki bakat sihir akan bangkit pada usia 12 tahun atau lebih. Jika itu terjadi sebelum usia 12 tahun, maka dapat dikatakan orang itu merupakan seorang jenius sihir sejati dan orang jenius itu berada di dekatku saat ini.
Tok tok tok-
Pintu kamarku terketuk ringan.
"Huis, Fiora datang menjemputmu. Dia bilang kalau kau sudah berjanji untuk belajar sihir bersamanya"
"Baik, Bu. Aku akan segera kesana"
Fiora sudah dapat membangkitkan sihirnya diawal usianya yang baru menginjak 7 tahun. Berkat itu, banyak warga yang mulai memperlakukannya dengan special, karena ada kemungkinan Fiora akan membuat nama Desa tempat kami berada menjadi dikenal. Ngomong-ngomong, desa ini bernama "Desa Julian" yang diambil dari nama bangsawan yang membangun desa. Desa kami berada cukup jauh dari kerajaan, kau memerlukan waktu kurang lebih 6 jam untuk sampai ke sana dengan kuda dan harus melalui 2 desa untuk sampai kesana.
Inilah yang membuat usaha ayahku cukup sukses ditempat ini. Dia bahkan mulai merekrut pekerja dari dalam dan luar desa untuk membantu menjalankan bisnisnya yang berkembang.
Aku tidak tau detail pasti bagaimana dia dapat menjalankan usaha kami sampai bisa berkembang seperti ini dalam waktu kurang dari 5 tahun. Dari tebakan kasarku, dia mungkin melakukan jual beli antara penduduk desa dengan kerajaan. Aku yakin dia sudah memiliki toko di kerajaan yang melayani permintaan orang-orang. Itulah yang menyebabkan kepergiannya ke kerajaan selama ini, untuk memasok barang dan menampung pesanan. Dia akan menjual dan membeli dengan harga yang membuatnya memiliki keuntungan.
'Melihat bisnis ini dapat berjalan lancar selama ini, aku yakin barang yang dibeli dan dijual itu memiliki harga yang masuk akal'
Aku sudah tau jika Ayahku itu seorang jenius bisnis. Akan tetapi aku tidak pernah menyangka akan sampai sejauh ini. Dia bahkan terkadang membawakan ku jajanan populer dan buku dari kerajaan.
'Ini masih jauh dari kehidupanku yang dulu, tapi progresnya tidaklah mengecewakan~'
Diluar kamar, aku mendapati Fiora tengah memakan kue dan minuman yang disajikan oleh Ibuku. Aku mendekat dan melihat kue yang disajikan itu tersisa 1 dan sudah dimasukkan ke mulutnya.
"Apa kau tau, jika pencuri itu selalu menikmati sesuatu yang bukan miliknya?"
Kataku menatapnya dengan tatapan jijik.
"Apa! Pencuri! Nyonya Berty yang memberikannya kepadaku!"
"Tapi itulah yang selalu kau lakukan selama ini! Kue-kue itu seharusnya milikku!"
"Jahat! Padahal kau teman yang selalu bermain denganku!"
"Itu karena kau yang selalu menyeretku!"
"Sudah-sudah, hari ini Ibu memasak banyak kue manis... Dan Huis, kau tidak boleh seperti itu. Ibu dan Ayah tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi orang pelit. Cepat minta maaf, dan jangan sering-sering melakukan keributan ini setiap pagi"
Ibuku datang dan melerai pertikaian kami berdua.
Entah kenapa aku selalu seperti ini ketika bersama Fiora, kami terkadang akur dan terkadang juga sering berkelahi. Jujur saja, orang yang aku sebut teman didunia asalku dulu itu hanya berteman denganku karena ada maunya saja. Tidak menutup kemungkinan Fiora juga begitu, tapi jika ku ingat-ingat dia tidak pernah meminta sesuatu selain bermain atau menemaninya saja.
'Aku seharusnya tidak boleh seperti ini, bagaimanapun juga akulah yang paling dewasa diantara kita berdua'
"Maafkan aku, Fio. Kau taukan jika aku suka makanan manis?"
Kataku malu.
"Baiklah... Tapi jangan diulangi lagi... Aku juga tidak ingin membuat Huis marah sejak awal, jadi kenapa kita tidak memakan ini bersama?"
Fiora juga terlihat malu-malu menawarkan kue yang sudah sedikit dimakannya.
Melihat tangannya yang menjulurkan kue kearah wajahku, sepertinya dia ingin menyuapiku. Karena itu kue satu-satunya yang tersisa dan mempertimbangkan kebutuhan gula harian yang diperlukan, tanpa pikir panjang aku langsung menyantapnya.
"Hyaaa-"
Fiora langsung menarik tangannya. Wajahnya terlihat begitu terkejut dan memerah.
"Ada apa, Fiora? Apa kau sakit? Wajahmu terlihat memerah"
"Da-dasar Huis bodoh!"
Setelah meneriakkan itu, dia menutupi wajahnya dengan ke dua tangannya. Itu terlihat lucu, tapi kenapa dia sampai seperti itu?
"Bukankah kalian terlihat sangat serasi, Huis?"
"Tentu saja tidak, aku dapat menahan diri dari godaan kue dan sedangkan Fio tidak. Aku bahkan hanya mendapatkan setengah kue saja hari ini!"
"Haduh... Terkadang aku lupa jika kau anaknya Kerlin~"
Mendengar perkataanku, Ibu terlihat kecewa kepadaku.
"Maafkan Huis ya, Fio? Aku yakin nanti anak ini akan sadar kok~"
"Ti-tidak bu-bukan itu kok!"
"Kamu juga ternyata tidak jujur... Huufftt"
"Aku tidak mengerti"
*****
Aku berdua pergi bersama Fiora menuju bukit belakang rumah tempat kami menghabiskan waktu bersama. Alasan kenapa aku sering membawa Fiora kesini itu karena terdapat sebuah pohon rindang yang cukup sejuk dan juga pemandangan yang indah juga dapat terlihat jelas dari sini.
Fiora mengikuti dibelakangku dengan wajah tertunduk malu.
"Hey, kenapa kau begitu? Bukankah kita akan belajar sihir? Aku lihat kau juga membawa buku bersamamu. Apa itu tentang sihir?"
"Ti-tidak apa-apa! Iya, aku mendapatkan ini dari Ayah. Katanya dia mendapatkan bantuan dari penduduk desa untuk membeli buku ini"
"Bagus untukmu~
Ayo kita baca itu bersama"
"Iya-"
Kami berdua duduk dibawah pohon. Fiora mulai memperlihatkan buku yang sudah dibawanya sejak tadi. Itu adalah sebuah buku coklat yang terbuat dari kulit dan berjudul "Dasar-dasar Ilmu sihir".
'Itu bertuliskan dasar. Tapi aku sudah bisa menggunakan sihir saat ini, bukankah buku ini tidak akan berguna untukku?'
Fiora meletakkan buku dipangkuannya dan mulai membuka halamannya. Dia meletakkan buku sedikit kepinggir agar aku juga dapat membaca buku itu bersamanya. Kami berdua membaca buku itu dengan seksama.
Kebanyakan konten buku berisikan teori pelepasan sihir dan beberapa mantra dasar seperti bola api, hembusan angin, semprotan air dan gundukan tanah.
Teorinya sangat sederhana, kumpulkan sihir, baca mantra dan lepaskan sihir. Akan tetapi, sang penulis buku ini menambahkan jika imajinasi itu sangatlah dibutuhkan untuk kestabilan sihir itu sendiri.
'Jika itu semua yang ingin dijelaskan, aku sudah tau tentang itu semua'
Semua pengetahuanku tentang sihir itu berdasarkan teori langsung. Aku sering menggunakan sihir secara diam-diam dan bahkan melancarkan serangan diladang terbuka yang menyebabkan warga menjadi panik dikeesokan harinya.
"Aku masih tidak mengerti bagaimana cara mengumpulkan dan melakukan imajinasi secara bersamaan?"
"Bukankah kau dapat berimajinasi mengumpulkan sekaligus membayangkan jumlah sihirnya saja?"
Fiora berpikir sejenak setelah mendengarkan penjelasanku. Lalu dia mulai terkejut dengan masukan dariku.
"Bukankah jika kau dapat menggunakan sihir, kau akan menjadi penyihir yang gemilang kelak?"
"Aku ini pintar sayangku... Jadi biasakanlah~"
"Dasar sombong... Tapi, jika seandainya kau memiliki sihir kelak. Aku yakin nanti kau akan menjadi penyihir yang hebat, Huis! Memang sangat kecil peluang dirimu untuk dapat menjadi seorang penyihir, menimbang Ayah dan Ibumu itu terlahir tanpa sihir. Tapi Ayahku yang seorang penyihir bilang, jika dirinya berasal dari keluarga non-penyihir. Dia juga bilang jika dulu keluarganya dapat membantu dia belajar menjadi penyihir, dia mungkin akan mendapatkan peluang hidup yang lebih baik dimasa depan. Oleh sebab itu jika kau berhasil menjadi penyihir suatu hari nanti, kau pasti akan mendapatkan kehidupan yang cerah dimasa depan!"
Fiora bercerita dengan wajah yang terlihat penuh dengan semangat.
'Gadis ini memang imut dan baik. Aku jadi malu dengan perlakuan yang ku lakukan sebelumnya'
Mendengar dia bercerita membuatku mulai tersenyum mendengarkan ucapannya.
"Jika masa depan cerah yang kau maksud. Bukankah aku yang merupakan seorang anak pedagang kaya sudah mencapainya?"
"Itu milik orangtuamu! Bukan milikmu tau?!"
"Lalu apa yang akan ku lakukan? Membiarkan semua kerja keras orangtuaku berhenti begitu saja jika aku tidak melanjutkan?"
"I-tu benar. Tapi kan-"
"Hahaha"
"Apa yang lucu?"
Melihatku tiba-tiba mulai tertawa, membuat Fiora terlihat kebingungan. Terasa menyenangkan menggodanya dan lagi aku senang mengetahui aku memiliki seseorang yang memperdulikan ku.
"Oh iya aku baru ingat. Boleh aku melihat mulutmu dari dekat?"
"Mu-mulut! A-apa yang mau kamu lakukan?!"
Reaksi terkejutnya cukup bagus. Tapi untuk sekarang ku hiraukan dan mendekatkan wajahku dengan wajahnya.
Semakin wajah kami berdekatan Fiora semakin gagap menggumamkan sesuatu dan wajahnya semakin memerah.
"I-ini se-seharusnya di-lakukan ke-tika kita de-dewasa nanti!"
Fiora berteriak menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Apa yang kau maksud dengan ketika dewasa? Aku hanya ingin melihat kondisi gigi dimulutmu saja kok. Kau taukan, belakangan ini kau sering makan-makanan manis. Berbeda denganku yang selalu menggosok gigi karena memiliki banyak akar pohon Silka dirumah. Untuk orang biasa yang memiliki keuangan pas-pasan untuk menyediakan akar pohon Silka setiap hari itu sama saja pemborosan"
Pohon Silka yang ku maksud itu adalah sebuah pohon yang memiliki kesamaan dengan Siwak yang ada di bumi. Itu berguna untuk membersihkan gigi karena batangnya yang halus sehingga tidak dapat melukai gusi pada mulut.
Setelah mendengar maksud dari perkataanku, Fiora terlihat semakin memerah dan terus menutupi wajahnya untuk beberapa saat sambil menggumamkan kata "Bodoh".
Pada akhirnya, Fiora mengizinkanku untuk memeriksa giginya. Dia terlihat tidak nyaman menunjukkan mulutnya padaku, tapi mau bagaimana lagi? Aku harus tau kondisi gigi pada mulutnya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk melihat kondisi mulutnya. Giginya sudah mulai menguning dan aku juga masih bisa melihat sisa kue yang kami makan sebelumnya.
'Gigi dan mulutnya masih terlihat sehat Dimata orang awam sepertiku. Tapi jika ini berlanjut, mungkin akan segera timbul lubang pada giginya'
Tidak ada sikat gigi didunia ini. Hanya ada akar pohon Silka yang dimana itu tidak dapat digunakan terus menerus dan memiliki harga berkisar 15 koin perunggu per 500 gram yang dimana lumayan mahal.
Ada mata uang didunia ini, tentu saja setiap negara memiliki mata uang mereka sendiri akan tetapi mereka memiliki harga yang setara. Sumber daya untuk perunggu, perak dan emas itu masih terbatas itulah sebabnya nilai mata uang itu setara.
Jika aku harus menentukan harga setiap uang ke mata uang didunia ku dulu maka jumlahnya akan begini :
-1 koin perunggu = 10.000 rupiah
-1 koin perak = 1.000.000 rupiah / 100 koin perunggu
-1 koin emas = 100.000.000 rupiah / 100 koin silver
Nilai mata uang disini sangatlah tinggi dan itu menandakan langkanya sumberdaya pembuat uang. Pendapatan rata-rata kebanyakan orang yang ayahku beri tahu itu hanya 2-4 perak perbulan.
Oleh sebab itu aku memutuskan untuk membuat sikat gigi beserta pembersihnya dan mengedarkannya sebagai bisnis Baru untuk Ayahku. Meski terdengar membuat sikat gigi itu mudah, tapi itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Tanpa pengetahuan apapun tentang cara pembuatan sikat gigi, aku memerlukan waktu hampir 8 bulan untuk mewujudkannya seorang diri.
Setelah melakukan beberapa riset tentang bahan apa yang digunakan untuk membuat sikat gigi. Akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan bulu monster yang merupakan seekor burung bernama burung Histeria. Ukuran mereka cukup kecil yaitu hanya 1,5 meter jika merentangkan sayap, meski mereka termaksud dalam species burung monster.
Aku memilih bulu burung monster itu karena harga mereka cukup murah dan memiliki kelembutan yang nyaman ketika bersentuhan dengan gusi. Yang membuat pembuatan sikat gigi ini menjadi lama itu karena metode pemasangan bulu dikepala sikat gigi. Tidak ada lem didunia ini, ada bahan perekat yang berasal dari monster tertentu. Itu ada dipasaran, akan tetapi memiliki harga yang sangat mahal karena memiliki kegunaan untuk merekatkan kapal.
Meski begitu, aku tidak menyerah dan mulai mencari berbagai macam alternatif pengganti untuk merekatkan bulu ke kepala sikat gigi. Sampai akhirnya aku menemukan getah pohon yang sering aku dan Fiora gunakan untuk berteduh. Caranya cukup sederhana, bulu disusun dengan cara merajutnya(Ibuku yang melakukannya), lalu akhirnya hasil rajutan tersebut direkatkan dengan bantuan getah pohon.
Aku juga sudah menguji hasilnya dan membuat sebanyak 4 buah sikat gigi. Aku baru memberikan kepada Ibu dan memintanya merahasiakannya dari Ayah. Aku juga berencana memberikan 1 kepada Fiora nanti.
"Kita sudahi dulu belajar kita hari ini, Fio. Besok aku akan datang ke rumahmu, tapi bisakah kamu memberitahu pak Richy untuk menyiapkan obat pembersih mulut yang dapat menghilangkan kuman dimulut?"
"Obat pembersih mulut? Aku bisa memberitahu papah tentang itu. Tapi aku tidak bisa berjanji apakah papah dapat membuatnya atau tidak?"
"Tidak masalah, tolong sampaikan saja kepada dia tentang itu. Besok, mungkin aku akan datang bersama Ayahku juga"
"Baiklah, tapi bolehkah aku tau apa yang akan kau lakukan, Huis?"
Aku tersenyum dan mengelus kepalanya.
"Bersabarlah sampai besok, tapi jika aku harus memberi tahu... Semua ini ku lakukan untukmu~"
Wajah Fiora seketika berubah merah dan seperti sudah menjadi kebiasaan dia menutupi wajahnya dengan tangannya.
"Aku akan menunggu kalau begitu"
"Ya, tolong nantikan ya?"
*****
Sore hari ketika Ayah pulang. Dia tentu saja sangat terkejut dengan sikat gigi ciptaanku.
"Benda ini akan merubah sejarah!"
Katanya memegang sikat gigi yang telah dicobanya.
"Aku senang jika Ayah melihatnya seperti itu. Sebelumnya, aku juga sudah meminta Fiora untuk memberitahu Pak Richy jika dia bisa membuat obat mulut untuk melengkapi kegunaan sikat gigi ciptaanku ini"
"APA?!"
Mata Ayahku tiba-tiba berubah hijau.
'Dia pasti merasakan keuntungan yang luar biasa dari temuanku ini'
Dengan cepat dia menggendongku dipelukannya dan berlari keluar rumah.
"Sayang, aku pergi kerumah Richy dulu! Tolong tunda dulu makan malamnya!"
'Orang ini... Padahal aku sudah berkata kepada Fiora kalau aku akan datang besok kerumahnya'
"Pheewiit"
Ayah bersiul keras dan tak lama kemudian kuda coklat milik kami datang menghampirinya.
Bagaikan seorang jendral perang yang sudah terbiasa dengan mengendarai kuda. Dia melompat dan langsung memacu kuda menuju rumah Fiora yang hanya berjarak kira-kira 800 Meter dari rumahku.
Sesampainya dirumah Fiora, Ayah langsung mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Tolong tunggu sebentar~"
Suara Fiora terdengar dari dalam.
Pintu terbuka dan Fiora mendapati diriku yang digendong oleh Ayahku.
"Fiora! Boleh aku tau dimana Ayahmu berada?"
"Dia masih berada di ruang kerjanya setelah aku memberitahunya untuk membuat obat mulut. Sepertinya dia sedang sibuk membuat permintaan itu"
"Terimakasih! Huis, tolong main dulu dengan Fiora! Ayah ada bisnis dengan Richy!"
Ayahku langsung masuk begitu saja seperti itu rumahnya sendiri. Ditengah jalan dia bertemu Ibu Fiora yang bernama Rena dan setelah memberi salam singkat dia masuk menuju kedalam rumah. Sepertinya dia menuju ruang kerja Richy ayah Fiora berada.
'Bukankah Ayah terlalu tidak sopan? Apa mungkin tanpa sepengetahuanku mereka sudah menjadi BESTie sampai bisa seperti ini?'
"Sepertinya mereka baru saja menemukan sesuatu yang menarik. Sudah sangat lama semenjak terakhir kali melihat mereka begini"
"Maaf atas ketidak sopanan Ayahku"
"Tidak apa-apa kok. Ayo masuk kedalam, Huis. Aku akan membuatkan teh buah untuk kalian"
"Terima kasih"
Rena, ibu Fiora terlihat sangat cantik. Dia memiliki tubuh yang ideal, rambut coklat dan mata berwarna Biru seperti Fiora. Jika Fiora bertambah dewasa, dia mungkin akan terlihat sepertinya.
'Entah kenapa aku tidak bisa menemukan rambut berwarna Hitam seperti milikku dan Ayah. Apa rambut berwarna hitam itu cukup langka? Kalau diingat-ingat ayah Fiora memiliki rambut berwarna pirang'
Aku duduk dimeja makan bersama dengan Fiora. Ada keheningan yang canggung diantara kita berdua. Entah kenapa, ketika bermain kerumah Fiora aku merasa jika diriku ini sedang mampir kerumah mertua.
'Perasaan ini agak menggangu mentalku'
"Ehem, Fiora"
"Iya?"
"Maaf, karena mengganggu. Aku tidak bisa meladeni Ayahku yang begitu bersemangat"
"Gapapa kok, aku malah senang kamu bisa datang kesini lagi"
Aku mengeluarkan sebuah sikat gigi dari saku celana dan memberikannya ke Fiora.
"Ini hal yang ingin aku berikan kepadamu"
"Apa ini?"
"Itu sikat gigi, dengan benda itu kau akan bisa menyikat gigimu setiap hari dan tidak perlu khawatir gigimu akan menjadi rusak ketika makan makanan yang manis"
Fiora mengambil sikat gigi itu dan seperti biasa dia langsung menutupi wajahnya.
"Te-terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku, Huis"
"Itu bukan apa-apa kok. Aku akan senang jika Fiora juga senang"
"Ehm-"
Rena datang menyajikan minuman yang dia janjikan kepadaku dan tersenyum ketika melihat putrinya.
"Pasti senang rasanya mengetahui seseorang yang perduli kepadamu sampai-sampai rela membuat sesuatu yang seperti ini ya, sayang?"
"Ibu!-"
"Itu bukan apa-apa kok, Tante. Memang membutuhkan waktu 8 bulan untuk dapat membuat ini, tapi aku senang karena hasilnya tidak mengecewakan"
"Terimakasih ya, Huis... Kamu memang laki-laki yang baik~"
"Bukan apa-apa kok"
Fiora semakin terdiam sambil terus menutupi wajahnya setelah mendengar semuanya. Sedangkan Rena terlihat sangat senang dengan apa yang ku lakukan untuk putrinya.
'Entah kenapa ini semakin memperjelas perasaan bertemu dengan ibu mertua'
Butuh waktu 2 jam sampai Ayahku dan Richy selesai dengan urusan mereka. Berkat itu, hari sudah menjadi malam, akan tetapi, hasil dari penantiannya jelas membuahkan hasil.
Richy datang membawa suatu cairan kental berwarna hijau yang sudah ditampung diwadah kaca.
'Apa itu pasta gigi?'
"Aku sudah membuat permintaan yang anakmu minta. Dan aku menamakan ini Krim Mulut!"
"Ohh... Nama yang cukup mengesankan!"
"Ayah hebat!"
"Selamat ya sayang~"
Semua orang kecuali aku bersorak atas penemuan Richy. Dia pasti orang jenius yang mampu menciptakan hal seperti pasta gigi dalam waktu singkat. Tapi dia buruk dalam memberikan nama.
'Apa itu Krim mulut!?'
"Tidak! Mari kita namakan itu Pasta Gigi!"
Semua orang terdiam mendengarkan keluhan ku yang tiba-tiba. Tidak berselang lama, akhirnya salah satu dari merekapun mulai mengeluarkan pendapat mereka.
"Itu nama yang bagus. Mendengarnya saja membuatku berpikir untuk memakan ciptaanku ini. Walaupun mungkin akan berbahaya untuk memakannya"
"Kau benar, itu nama yang bagus"
Ayah dan Richy saling menukarkan pendapat mereka masing-masing. Sampai akhirnya, Fiora memecahkan suasana itu.
"Lalu, bagaimana cara menggunakan pasta gigi dan sikat gigi ini secara bersamaan?"
"Fiora benar, Richy. Bagaimana cara terbaik menggunakan temuanmu dan Huis secara bersamaan?"
"Untuk ciptaanku, itu akan berguna untuk berkumur setelah kau memasukkan pasta gigi ke mulutmu. Kau harus berkumur dengan air untuk mendapatkan hasil yang bagus untuk menghilangkan kuman dimulut"
"Begitu ya? Jadi kita harus menyikatnya dulu lalu berkumur dengannya ya?"
"Begitulah ide terbaik yang aku pikirkan juga"
'Orang-orang ini mulai terdengar menyebalkan'
"Fiora, tolong letakkan pasta gigi diatas sikat dan mulailah menyikat gigimu dengan itu. Sebelum mulai menyikat berkumurlah terlebih dahulu, lalu mulailah menggosok gigimu dengan gerakan memutar dan setelah selesai berkumur lagi untuk membersihkan pasta gigi yang tersisa dimulutmu"
"Baiklah, akanku lakukan"
Fiora menuruti saran ku dan langsung melakukannya dengan sangat baik.
"Mulutku, entah kenapa ini terasa sangat segar!"
"Benarkah! Tolong biarkan Papah mencobanya juga sayang!"
"Tidak! Ini milikku yang diberikan, Hius!"
"Hanya sebentar, sayang! Papah mohon!"
"Tidak!"
Richy terlihat begitu putus asa ingin mencoba apa yang dilakukan oleh putrinya. Lalu tak lama kemudian, ayahku mengeluarkan sikat giginya dan mencoba melakukan yang dilakukan oleh Fiora sebelumnya.
"I-ini! Ini luar biasa!"
"Kerlin! Biarkan aku mencobanya juga!"
"Ini, cobalah!"
Richy dengan cepat mengambil sikat gigi milik Ayahku dan setelah mencucinya sesaat dia langsung mencobanya.
'Apa mereka tidak peduli dengan fakta itu berasal dari mulut orang lain?'
Fiora yang memperlihatkan Ayahnya bertukar sikat giginya dengan Ayahku mulai menatapku.
"M-mau mencobanya juga?"
"A-aku baik-baik saja. Aku juga punya sikat gigi seperti milikmu dirumah"
"O-oke"
Tak lama setelah Richy mencoba dia juga ikut berteriak kegirangan.
"Ini luar biasa!"
"Ayo kita berangkat ke Ibukota kerajaan besok untuk meminta hak paten ciptaan kita ini, Richy!"
"Kalau begitu pulanglah! Dan persiapkan semuanya!"
"Tentu!"
Dengan cara yang sama seperti sebelumnya aku datang kerumah Fiora. Ayahku melakukan itu lagi dan membawaku pulang, aku sempat berpamitan dengan Fiora, meski hanya lambaian tangan yang dapat ku berikan. Dia tampak begitu senang memegangi sikat gigi miliknya seperti itu adalah harta paling berharga dalam hidupnya.