Chereads / MOB ini terlalu menarik / Chapter 3 - Chp 1.3 : Kondisi ini harus diubah, karena dulu aku kaya!

Chapter 3 - Chp 1.3 : Kondisi ini harus diubah, karena dulu aku kaya!

Hari-hari setelah temuanku merupakan hari yang sibuk untuk semua orang termaksud diriku. Setelah 2 Minggu penemuan, hak paten dari barang ciptaan Richy dan aku pun akhirnya dapat dipatenkan berkat bantuan seorang bangsawan berpangkat Count yaitu Count Adrian Diandri yang merupakan pemilik dari tanah Desa Julian.

'Bangsawan sepertinya memiliki peran untuk memimpin setiap wilayah yang diberikan oleh Raja'

Untuk kasus Ayahku dan Richy. Mereka mengajukan hak paten mereka kepada pemilik wilayah dengan rasio pembagian keuntungan setiap barang yang dijual itu 92:8. Pembagian keuntungan sebesar 8% yang diberikan ini tentu saja bukan tanpa alasan.

Dengan terbentuknya perjanjian, Count Adrian akan memberikan fasilitas untuk mendukung bisnis usaha dan bahkan akan memberi investasi untuk membantu perkembangan bisnis yang tentu saja akan menjadi ladang penghasilannya kelak.

'Dari apa yang Ayah ceritakan kepada Ibu. Kita dapat memilih bekerja sama dengan bangsawan manapun untuk mendapatkan hak paten. Karena Ayah kebetulan merupakan orang awam yang akan menjalani bisnis seperti ini, jadi dia mengajukannya kepada pemilik tanah ini yaitu Count Adrian. Dan untungnya, Count Adrian itu merupakan bangsawan yang baik, dia bahkan masih menawarkan kepada Ayah dan Richy untuk mengganti sponsor hak paten mereka kepada bangsawan lain jika tawaran yang dia berikan itu kurang menguntungkan'

Tentu saja karena ketulusan Count Adrian, Ayah menjadi luluh dan menerima kontrak sponsor tersebut. Aku yang tidak percaya begitu saja, tentu saja meminta izin dari Ayah untuk melihat isi kontrak tersebut sebelum ditandatangani.

'Untung saja isi kontrak itu tidak memiliki kekurangan yang merugikan kami. Itu adalah sebuah kontrak yang saling menguntungkan ke dua belah pihak'

Pada akhirnya aku hanya menyerahkan semuanya kepada Ayah dan masih menghabiskan kebanyakan waktuku untuk melakukan hal yang ku inginkan.

Tentu saja sebagai anak seorang pedagang yang berbakti. Aku masih membantu pekerjaan orangtuaku yang bertambah banyak.

Pabrik untuk produksi sikat gigi masih belum berjalan dan dalam tahap pembangunan. Agar tidak menghabiskan waktu dengan sia-sia, kami menggunakan bangunan sederhana yang ada didesa dan menjadikannya sebagai pabrik sementara.

Para pekerja pabrik kebanyakan berasal dari penduduk desa yang belum bekerja. Lalu daerah kami juga mendapatkan beberapa penjaga dari keluarga Count yang merupakan sponsor keluargaku dan keluarga Fiora. Bahkan keluargaku juga mendapatkan pelayan pribadi dari keluarga Count Adrian, tentu saja gaji dan kebutuhan mereka akan menjadi tanggung jawab kami. Untuk keluarga Fiora, mereka menolaknya karena mereka tidak yakin dapat menunjang kebutuhan pelayan pribadi mereka.

'Itu masuk akal menimbang mereka yang tidak terlalu biasa dengan bisnis baru mereka. Dari apa yang aku dengar, bahkan Richy mempercayakan bisnis pasta gigi kepada Ayah yang dimana dia memiliki pengalaman dan koneksi yang lebih luas'

Itu cukup bijak, karena aku yakin Ayah akan bertindak adil dalam melakukan bisnis. Ayah juga memberikan Richy surat kontrak yang berisikan kepengurusan penuh atas dirinya dan akan memberikan keuntungan dengan pembagian 40:60 kepada keluarga Fiora. Itu jumlah pembagian yang besar, meskipun hanya 40% keluarga Richy tidak perlu melakukan apapun dan akan tetap menerima keuntungan selama pabrik berjalan.

Dan begitulah yang terjadi sampai-sampai aku akhirnya harus bekerja diusia muda. Tentu saja ini bukan pekerjaan berat, semua hanya pekerjaan ringan yang dapat kau lakukan sambil memejamkan mata.

-Memberikan pelatihan.

-Melihat-lihat pekerjaan pembangunan pabrik.

-Melakukan sesuatu sebagai pengganti orangtuaku.

Semua hal memang memakan waktu, tapi semua ini tidak berat sama sekali. Apalagi sekarang aku memiliki pembantu pribadi.

"Ini teh dan kue anda, Tuan muda Huis"

"Terimakasih, Hilda. Tolong letakkan saja dimeja"

Saat ini, aku sedang duduk santai menikmati pemandangan orang-orang membangun pabrik. Tugasku hanyalah formalitas saja, dan yang ku lakukan tentu saja hanyalah bersantai.

Hilda adalah nama dari pelayan baruku. Dia seorang wanita cantik yang baru menginjak 18 tahun. Dia memiliki rambut berwarna coklat sebahu dan mata berwarna hijau. Dia hampir memiliki tinggi yang sama dengan Ibuku, tubuhnya juga sangat bagus dengan dada besar yang menggoda mata setiap lelaki disekitar. Tapi kebanyakan dari mereka langsung berpaling karena wajah ketidak senangan Hilda terlihat agak menakutkan.

'Aku dapat melihat para pekerja terkadang melihat kearahnya. Terasa menggangu, tapi tidak ada yang dapat ku lakukan. Mereka semua lelaki sejati sepertiku!'

"Bukankah kau terlalu melihat dada milik Kak Hilda, Huis?"

"Aku tau itu. Tapi harus bagaimana lagi? Aku ini juga seorang lelaki sejati"

"Umurmu baru 7 tahun dan berkata seolah kau sudah menjadi lelaki sejati saja!"

"Asal kau tau saja, Fio. Umur tidak akan berpengaruh terhadap lelaki sejati"

"Tolong jangan bertengkar lagi, Tuan muda Huis dan Nona muda Fiora. Dan tuan muda, tolong jangan melakukan hal seperti ini lagi atau kau akan mendapatkan masalah dengan seorang wanita kelak"

"Masalah?" Tanyaku bingung.

'Aku tampan dan kaya. Apa itu tidak cukup sampai aku akan memiliki masalah dengan wanita? Diduniaku dulu, aku mungkin tidak terlalu tampan, tapi penampilan dan hartaku itu cukup untuk mendapatkan kebanyakan dari mereka'

"Wanita tidak menyukai pria yang menatap mereka dengan nafsu. Kebanyakan wanita lebih tertarik dengan pria yang pendiam dan keren. Itu mungkin hanya pendapat pribadiku saja, tapi aku yakin kebanyakan wanita akan setuju dengan pendapatku. Apa kau juga demikian, Nona muda Fiora?"

Fiora agak terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu dan mulai memperhatikanku lalu mengangguk setelahnya.

"Aku rasa, aku setuju dengan pria keren. Huis juga agak pendiam, tapi aku tidak terlalu menyukainya seperti itu disaat bersamaku"

'Apa yang para wanita ini sedang bicarakan?' Aku merasa bingung dengan maksud mereka.

"Bukankah wanita akan datang selama kau memberikan mereka uang?"

Mereka berdua sontak terdiam dengan peryataanku. Itu adalah reaksi seseorang yang mengalami shock mengetahui sesuatu yang ternyata hal itu ada.

"Tu-tuan muda..."

"Huis..."

"Iya?-"

"Anda tidak boleh seperti itu!"

"Kamu gak boleh begitu, Huis!"

"Heh? Heeeh?"

Akhirnya aku mendapatkan ceramah dari kedua orang ini. Intinya, mereka tidak ingin aku tumbuh menjadi seorang bajingan. Tapi apa salahku? Itulah yang ku tau tentang wanita di duniaku dulu.

Akhirnya aku menyerah dan mendengarkan saran mereka. Tentu saja aku tidak menyerah semudah itu pada awalnya, sampai akhirnya Ibu dan Ayahku mengetahui pikiranku tentang wanita. Itu adalah sebuah ceramah yang panjang dan akan membekas kepadaku. Inti dari ceramah itu adalah untuk memperlakukan wanita dengan baik. Tentu saja ada sebuah saran dari Ayahku yang melenceng untuk menyukai wanita dengan tubuh berisi seperti Ibu.

*****

Tahun-tahun mulai berlalu, hingga akhirnya diriku menginjak umur 10 tahun. Ulang tahun kali ini akan dirayakan karena tradisi, ulang tahun seseorang akan dirayakan ketika mereka berusia 10,12 dan 19 saja karena tradisi yang mengatakan jika usia itu adalah usia seseorang akan mendapatkan kehendak dari para dewa.

Ini seharusnya menjadi hari yang menyenangkan. Tapi entah kenapa, semua ini berakhir menjadi musibah karena Ayah tidak pulang seperti biasanya, dan ketika malam tiba. Dia akhirnya pulang dengan kondisi yang tidak sadarkan diri dengan badan bersimbah darah.

Ayah berhasil pulang dengan bantuan pasangan yang tidak dikenal, seorang wanita cantik dengan pakaian penyihir dan seorang pria dengan sebuah pedang di pinggangnya. Kedatangan mereka tentu saja mengejutkan para tamu yang datang ke rumah untuk merayakan ulang tahunku.

"Apa yang terjadi?!"

Ibu yang panik langsung datang menghampiri Ayah yang dibawa oleh kedua orang asing itu.

"Aku akan menceritakan semua kejadiannya nanti. Untuk sekarang, kita harus membaringkannya dan segera merawat lukanya"

"Tolong bawa, Kerlin kekamar. Richy, tolong bantu pengobatan Kerlin"

"Aku akan pulang dan mengambil perlengkapannya"

Aku hanya bisa diam melihat kejadian tersebut. Untuk pertama kalinya, dunia terasa seperti hancur begitu saja didepan mataku.

"Huis... Semua akan baik-baik saja"

Fiora menggenggam tanganku dengan wajah yang terlihat khawatir. Aku menerima genggaman tangannya yang lebih kecil dari tanganku.

'Aku terlalu merasa nyaman sehingga melupakan bahaya dari dunia luar!'

Aku mulai berlari menuju kamar Ayah sambil membawa Fiora bersamaku. Disana aku melihat tubuh Ayah yang memiliki luka cukup dalam di perutnya sehingga membuat nafasnya tidak beraturan karena menahan rasa sakit.

Ibu yang dibantu oleh Hilda dan pasangan sebelumnya membantu membersihkan darah dan menghentikan pendarahan dengan kain. Tak lama kemudian, Richy masuk ke dalam kamar sambil membawa obat dan perban.

Richy dengan cekatan memberikan obat dan menutupi luka Ayah dengan perban. Tak berselang lama setelah perawatan, nafas Ayah mulai kembali teratur. Tapi tentu saja itu tidak menutup kemungkinan sesuatu yang buruk masih dapat terjadi menimbang perawatan yang Ayah dapatkan itu terlalu sederhana untuk luka seperti itu.

'Apa ada sihir yang dapat menyembuhkan luka Ayah?'

Aku berjalan mendekati Ayah dan mulai menatap wajahnya yang terlihat masih kesakitan dari dekat.

"Ayah-"

Dengan lembut aku mengelus lembut keningnya dan tanpaku sadari airmata yang ku tahan akhirnya menetes dari pipiku.

"Kalian berdua, tolong jelaskan apa yang terjadi dengan suamiku!"

Ibu yang melihatku bersedih sepertinya tidak dapat menutupi kemarahannya dan langsung bertanya kepada dua orang yang membawa Ayah.

Pria yang bersama wanita itu menatap Ibuku dan mulai membuka mulutnya.

"Itu terjadi begitu saja, sebenarnya kami berdua juga ingin menuju desa ini untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dan kebetulan kami berjalan bersama rombongan milik tuan Kerlin. Seperti yang anda tau, rombongan kami itu memiliki 6 orang penjaga yang merupakan orang-orang terlatih dari keluarga Count Diandri. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya, kami bahkan saling mengobrol bersama sepanjang perjalanan dan berjanji untuk datang ke rumah tuan Kerlin untuk merayakan ulang tahun anaknya yang ke-10. Sampai disuatu tempat, kami diserang oleh sekolompok orang berjumlah 12 orang. Mereka menggunakan baju biasa, sampai kami berkesimpulan jika yang menyerang kami hanyalah segerombolan bandit. Tapi kami sudah salah karena menganggap mereka hanyalah gerombolan bandit biasa. Mereka terlalu kuat untuk disebut bandit karena dapat mengalahkan penjaga dari Count, kami berdua pun juga cukup kewalahan menghadapi mereka karena jumlah mereka. Pada akhirnya kami gagal melindungi tuan Kerlin yang ternyata target mereka sejak awal"

'Musuh!'

Aku lupa di duniaku dulu, aku juga memiliki musuh yang tidak senang dengan kesuksesan Ayahku. Disini juga sama, terdapat orang yang tidak senang dengan pencapaian Ayah.

'Jika aku tau, siapa yang membuat Ayahku menjadi seperti ini! Maka jangan berharap akan ada yang namanya pengampunan!-'

"I-ini!"

"Kekuatan sihir yang besar!"

Sihir adalah sebuah imajinasi. Tidak perduli seberapa mustahilnya imajinasi yang aku miliki, itu pasti akan terwujud jika aku memiliki kekuatan yang cukup untuk mengaktifkan sihirnya.

Aku mulai mengarahkan kedua tanganku kearah Ayah.

'Sebuah sihir penyembuhan yang ada didalam game! Aku menginginkan sihir itu! Jadi, tolong sembuhkan Ayahku!'

"Heal!"

Sebuah cahaya terang tiba-tiba muncul dan menerangi Ayah.

Dan secara perlahan Ayah mulai terlihat merasa nyaman sampai-sampai wajah kesakitannya tadi hanyalah kebohongan. Tak lama kemudian, Ayah mulai membuka kedua matanya.

"A-apa yang terjadi? Rasa sakit yang kurasakan tiba-tiba menghilang"

Dengan wajah penuh kebingungan Ayah bangun dari tidurnya.

Hug

Aku yang melihatnya sadar dengan cepat langsung memeluknya.

"Kau membuat kami khawatir! Dasar pak tua sialan!"

"Darimana kau belajar kata-kata itu! Tapi menimbang apa yang terjadi kepadaku sebelumnya. Tentu saja aku tidak dapat marah dan tolong maafkan Ayah karena telah membuat Huis khawatir"

Ayah membalas pelukanku dan memelukku dengan lembut sambil terus mengelus kepalaku. Aku menangis cukup lama didalam pelukannya sampai-sampai aku lupa jika ada banyak orang yang sedang menyaksikan kami berdua.

Setelah semua menjadi tenang, aku mulai malu dengan tindakan cengeng ku sebelumnya. Bahkan Ibu dan Ayahku yang baru pertama kali melihatku menangis seperti itu, masih tidak meninggalkanku sendiri dan terus mengelus kepalaku.

"Tuan Kerlin! Anak anda seorang penyihir juga?!"

Wanita penyihir berambut merah yang sejak tadi memperhatikan akhirnya berbicara.

Semua orang masih terlihat begitu terkejut dengan apa yang ku lakukan barusan.

"Hahaha... Aku juga baru tahu jika anakku, Huis adalah seorang penyihir!"

"Dan lagi, itu merupakan sebuah sihir yang pertama kali aku lihat dan dapat menyembuhkan lukamu, sayang. Apa itu sebuah sihir baru?"

Ayah dan Ibu terlihat senang  dengan fakta aku yang merupakan seorang penyihir.

'Aku baru saja membuka kartuku, jadi aku tidak tau apa pendapat orang-orang tentang sihirku barusan. Sihir penyembuhan ternyata memang tidak ada?'

Wanita penyihir menggelengkan kepalanya seakan tidak setuju dengan pernyataan Ibuku.

"Tidak, itu bukanlah sihir baru. Sihir penyembuhan sebenarnya ada di kerajaan Suci dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menggunakannya"

"Jika begitu, lalu kenapa anakku dapat menggunakannya, Reberta?"

"Aku tidak tau dengan pasti. Tapi kemungkinan itu karena jumlah sihir anak anda cukup besar sehingga dapat menggunakannya"

"Benar, tekanan sihir yang ku rasakan sebelumnya itu cukup besar sehingga membuat petualang seperti kami merasa ngeri dibuatnya"

"Aku juga merasakan demikian, bahkan Fiora sepertinya sempat merasa takut sampai-sampai memelukku"

Semua orang di ruangan ini mulai membagikan pendapat mereka tentang sihir yang ku miliki.

'Aku tidak tau ternyata aku sudah berlebihan dengan kekuatan yang ku miliki'

Ayah dan Ibu sepertinya memperhatikan ku yang murung karena suatu alasan dan langsung mengusap kepalaku dengan lembut.

"Tidak apa-apa, Huis. Semua orang mungkin merasa takut dengan kekuatan yang kau miliki. Akan tetapi, aku yakin mereka semua merasa senang dengan perbuatan mu yang telah menyelamatkan Ayah"

"Ibu juga merasa senang dan berterimakasih atas perbuatan Huis ku tersayang~"

Aku tersenyum mendengarkan pujian mereka berdua yang masih mendukungku meskipun mereka mengetahui fakta aku memiliki kekuatan yang mengerikan didalam diriku.

"Tuan dan Nyonya Kerlin, dan orang-orang yang ada disini. Aku mohon kepada kalian untuk merahasiakan fakta kekuatan besar yang dimiliki oleh Huis"

Reberta menyampaikan pendapatnya kepada semua orang.

"Boleh aku tau untuk alasan apa kami harus merahasiakannya, Nona Reberta?" Ayah bertanya dengan wajah yang terlihat serius.

"Sihir milik Huis itu luar biasa, bahkan terlalu luar biasa. Dan lagi, sihir yang dia gunakan adalah sihir yang berasal dari kerajaan suci. Jika berita tentang Huis yang dapat menggunakan kekuatan dari kerajaan suci, maka tidak menutup kemungkinan jika kerajaan suci menginginkan Huis menjadi milik mereka. Terlebih lagi, untuk anak berusia 10 tahun memiliki kekuatan sebesar Huis... Pasti akan ada banyak orang yang menginginkannya, tidak perduli cara apa yang mereka gunakan"

Semua orang didalam ruangan sontak terdiam mendengar pernyataan Reberta yang masuk akal. Aku juga beranggapan jika bahkan pengetahuanku tentang dunia lain juga berbahaya jika ada yang mengetahuinya. Mantan orangtuaku juga selalu berkata jika manusia adalah orang-orang yang serakah.

Hilda yang terdiam sejak tadi mengangkat tangannya.

"Ada apa, Hilda?"

Ibu bertanya dengan wajah penasaran.

"Aku memiliki saran untuk meminta bantuan dari Count. Aku yakin Count akan membantu keluarga kalian untuk keluar dari masalah ini. Terlebih lagi, pasukan penjaga yang diberikan oleh Count juga dihabisi. Aku yakin Count tidak akan senang mengetahui ada seseorang yang menggangu diwilayahnya"

"Aku juga berpikir seperti itu ketika aku mungkin tidak akan selamat dari maut. Count orang yang cukup bijak dan baik, dia juga berasal dari keluarga kesatria yang menjunjung tinggi keadilan"

"Kalau begitu, aku akan menuliskan surat laporan untuk meminta bantuan dari keluarga Count"

"Tolong bantuannya, Hilda"

"Baik, Tuan"

Hilda undur diri dari ruangan untuk melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

"Lalu, tuan Kerlin. Karena aku merupakan seorang penyihir, aku ingin mengajarkan semua yang aku bisa kepada Huis. Agar dia dapat melindungi dirinya kelak"

"Bolehkah aku meminta hal itu, Nona Reberta?"

"Tentu saja, Tuan Kerlin. Sudah menjadi sebuah kesenangan tersendiri bagi seorang penyihir untuk mengajarkan orang berbakat"

"Apa kau ingin memiliki seorang guru, Huis?"

Ayah bertanya kepadaku meminta persetujuanku untuk belajar lebih jauh tentang sihir.

'Reberta, aku mulai berpikir jika nama itu terdengar tidak asing. Itu seperti sebuah nama yang aku pernah tau sebelumnya. Tapi aku tidak dapat mengingatnya karena mungkin itu terjadi dalam waktu yang lama'

"Lalu, apa boleh aku membawa Fiora untuk belajar sihir bersama?"

"Jadi anak gadis ini juga seorang penyihir?"

Reberta terlihat senang mengetahui ada penyihir lain diantara kami.

"I-iya. Namaku Fiora"

"Aku Reberta, panggil saja aku guru mulai sekarang. Karena aku akan membimbing kalian berdua menjadi penyihir yang hebat kelak"

"Ba-baiklah, Guru!"

"Tolong bimbingannya, Guru"

Aku yang melihat Fiora membungkuk memberi hormat. Secara spontan mengikutinya dan memanggil Reberta Guru.

"Kalau begitu tolong bantuannya. Dan aku juga akan menyiapkan bayaran atas pengajaranmu"

"Aku akan dengan senang hati menerima kemurahan hati tersebut, Tuan Kerlin"

Ayah dan Reberta saling berjabatan tangan sebagai tanda persetujuan kedua belah pihak.

Lalu entah kenapa, sepertinya kami semua seperti melupakan seseorang yang bersama Reberta. Seorang pria berambut coklat dengan wajah garang yang telah membantu Ayah.

"Hey, Reberta! Jika kau mengajari mereka sihir. Lalu siapa yang membantuku menyelesaikan misi kita?"

"Bukankah Kriss dapat melakukan itu seorang diri? Lagipula itu hanya misi tingkat B dan kau itu seseorang petualang tingkat A"

"Mudah untuk berbicara dari pada melakukannya tau?!"

"Kalau begitu menyerah saja?"

"Terserahlah, aku akan mengerjakan misi itu nanti setelah kau mengajari anak-anak"

"Tepat sekali, lagipula itu bukanlah misi dengan tenggat waktu"

'Mereka petualang ranking tinggi?'

Petualang merupakan orang-orang yang bekerja sesuai permintaan orang lain. Kebanyakan dari mereka merupakan orang-orang terlatih yang menjadi kuat setelah menghadapi monster. Ayah sering menggunakan jasa mereka, tapi tentu saja kebanyakan petualang yang dia sewa ketika itu hanyalah tingkat rendah saja. Menimbang tingkat mereka yang tinggi, tidak heran Ayah dapat selamat dari maut.

Aku mendekati Kriss dan menundukkan kepalaku kepadanya.

"Terimakasih karena sudah menyelamatkan Ayahku"

Kriss tampak malu-malu melihat tindakan tulusku. Dia tiba-tiba mengelus kepalaku, tangannya terasa kasar disaat menyentuh kepalaku.

"Tidak apa-apa. Aku juga akan merasa bersedih ketika seseorang yang ku sayang dalam keadaan seperti itu"

Mataku sontak memelototi Kriss yang baru saja membongkar aib yang ingin ku lupakan.

"Tidak apa-apa kan untuk menangis? Lagipula itu mungkin bisa saja menjadi saat terakhir kau dapat menangisi orang yang kau sayangi"

Disaat Kriss berbicara seperti itu, wajahnya terlihat sedih untuk suatu alasan.

'Dia pasti merasakan sesuatu yang lebih buruk dariku'

"Apa aku boleh meminta sesuatu, tuan Kriss?"

"Tentu, katakanlah"

"Tolong ajari aku menggunakan pedang dan dapat menjadi petualang hebat sepertimu!"

"Aku tidak sehebat itu loh nak? Masih ada satu tingkat diatas tingkatku dan aku berbeda dengan Reberta. Aku tidak pandai mengajar dan hebat sepertinya yang akan naik tingkat lebih dulu dariku"

'Itu artinya Reberta bukanlah penyihir biasa. Mungkin dia berada di tingkat yang sama denga Kriss saat ini. Tapi sepertinya Kriss yakin jika Reberta akan melampauinya dalam waktu dekat. Ucapan Kriss semakin membuatku yakin untuk belajar darinya, tangannya yang kasar berasal dari kerja kerasnya dan sifat rendah hatinya menandakan dia ingin terus menjadi lebih kuat. Dia sudah jauh lebih dari kata pantas untuk dipanggil guru'

Aku menundukkan kembali kepalaku.

"Aku mohon tolong ajarkan aku, Guru! Aku ingin menjadi kuat untuk melindungi semua yang aku sayangi!"

Kriss terlihat gugup dengan permintaanku dan terus melihat sekitar. Orang-orang yang ada disini, mungkin melihat keteguhan hatiku untuk melindungi orang-orang yang ku cintai.

"Tolonglah, Tuan Kriss. Tolong kabulkan permintaan Huis anakku"

Ayah dan Ibu juga menunduk meminta izin Kriss.

"Ba-baiklah. Tapi jangan salahkan aku jika aku mengajarimu dengan kasar. Kau juga harus belajar sihir dari Reberta, aku yakin ini akan menjadi pelatihan yang melelahkan. Jadi jangan coba-coba untuk kehilangan tekatmu selama pembelajaran dan anggaplah ini sebagai hadiah atas ulang tahunmu"

"Terimakasih, Guru!"

Ayahku yang mendengar jika hari ini masihlah hari ulangtahun ku mulai mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Itu adalah sebuah liontin dengan permata berwarna biru yang indah.

"Selamat ulangtahun, Huis. Maaf karena terlambat mengucapkannya, tapi terimalah ini sebagai hadiah ulangtahun mu. Aku mendapatkan ini dari pelelangan di ibukota dengan harga yang cukup murah, itu katanya sebuah item sihir dengan kemampuan yang tidak diketahui. Tapi aku berfirasat kalau aku harus mendapatkan itu untukmu"

*Kalung Penguasa Naga(Tertidur)*

Kalung ini tercipta dari permata pemberian Naga kepada majikannya. Naga tidak pernah tunduk kepada siapapun, hanya orang yang dia pilih saja yang akan dia berikan kesetiaannya.

*Kondisi saat ini tertidur. Dan akan bangkit jika syarat pemanggilan penguasa Naga telah terpenuhi. Terdapat kemungkinan Naga dapat menolak kesetiaan pada pemilik barunya.

'APA YANG TELAH KAU BERIKAN KEPADAKU, AYAH!'