Chereads / The Heretic Chef: Online / Chapter 14 - Ch. 14 — Maintenance

Chapter 14 - Ch. 14 — Maintenance

"Ketua... bagaimana ini?" Ardan tidak dapat menahan rasa cemasnya. Situasi berubah menjadi semakin buruk saat pihak pusat mengumpat dan mematikan telepon secara paksa.

"Ti-tidak apa, pasti ada alasan khusus kenapa Zygod tidak menghapus bug itu..." Kazuma mencoba berpikir positif, tapi saat ia mencoba menganalisis berbagai macam kemungkinan, tidak satu pun yang logis baginya.

"Benar, sejak awal kenapa bug itu bisa ada? Aku tidak tahu kenapa player baru bisa mendapatkan title unik dan bug aneh secara bersamaan." Gumamnya.

Kazuma mencoba membuka informasi pribadi NieR, akan tetapi aksesnya selalu saja ditolak, padahal tingkatannya di dalam perusahaan bisa terbilang cukup tinggi.

"Jika pihak pusat saja tidak mengetahui masalah ini, berarti ini bukan lagi di ranah para manusia..."

Disaat Kazuma tenggelam dalam pikirannya, Zygod pun mulai mengumumkan sesuatu ke dunia.

『 Sistem Maintenance
Demi kenyamanan dan peningkatan kualitas bermain, pemeliharaan sistem akan segera dimulai.

Pemain yang terhubung akan dikeluarkan secara paksa dan update pembaruan akan ditambahkan secara otomatis ke dalam perangkat Exadream. 』

***


Di dalam sebuah kamar yang berantakan, Rein pun membuka matanya. Ia tampak linglung sambil melihat ke kiri dan ke kanan memastikan dimana ia sedang berada.

"Aku logout?" lirihnya.

10 detik yang lalu Rein memang mendapatkan pemberitahuan sistem yang memaksanya untuk logout, tapi sebelum ia menekan tombol 'ok' dirinya tiba-tiba sudah berada di sini.

Rein merasa penasaran dengan apa yang terjadi dan segera pergi ke ruang tamu untuk menonton televisi. Exaworld Online adalah topik terpanas, sudah pasti media berlomba-lomba mencari konten menarik dan mengumpulkan banyak informasi.

Tapi sebelum itu semua terjadi, sebuah panggilan telepon datang dari temannya.

"Halo Rudi, kenapa kau menelpon?" Sapa Rein.

"Sialan kau Rein, kenapa kau tidak membalas pesanku? Cepat pergi ke kampus ada acara penting hari ini." Suara Rudi terdengar agak tinggi dari biasanya.

"Apa yang kau katakan? Kuliah kan dimulai 2 minggu lagi, kenapa pula aku harus ke sana."

"Sudahlah, cepat kau kesini!"

Dan panggilan pun terputus tanpa Rein bisa menanyakan apa yang terjadi.

Dahi Rein sedikit mengernyit, soalnya tidak biasanya Rudi bersikap seperti itu. Terakhir kali dia begitu adalah hari dimana ia kehilangan pacarnya.

'Tapi sekarang kan dia tidak punya pacar...'

Rein mendesah dan buru-buru mengganti pakaian. Rudi itu adalah temannya sejak kecil, jadi jika temannya mendapatkan masalah, setidaknya ia akan berada disisinya.

Untung saja rumah dan kampus Rein berjarak lumayan dekat, dalam 7 menit ia berhasil sampai di kampus dan setelah beberapa menit lagi berjalan, ia melihat banyak sekali mahasiswa yang sedang berkumpul di depan pintu aula.

"Hei ada apa ini, bukannya sekarang masih libur?" Gumam Rein lalu berjalan ke kerumunan tersebut.

Mungkin ada sekitar ratusan orang disini, dimulai dari dosen, senior, sampai mahasiswa baru sedang berkumpul bersama di depan aula.

Harusnya cukup sulit untuk menemukan temanmu di tempat seperti ini, tapi karena tubuh unik Rudi yang terbilang gendut. Sekali lirik saja Rein sudah tahu dimana dia berada.

"Oii Rudi, kenapa ramai sekali?" Rein berhasil mendekatinya dan kemudian menepuk bahu Rudi.

"Re-Rein?! Syukurlah kau datang!" Wajah Rudi yang awalnya panik seketika langsung tampak lega ketika melihat Rein.

"Sialan kemana saja kau, jangan bilang kau push rank lagi?"

Disini, Rein langsung tersenyum. Dia mulai berpikir, 'Hehehe bagaimana ya aku harus pamer padanya.' Sebagai seorang teman, pamer itu adalah kewajiban. Rasa puas akan semakin memuncak jika temanmu kegareman.

Disaat Rein berpikir, dia pun teringat dengan dirinya yang berada di ruang penyambutan Exaworld Online. Saat itu Rein sangat yakin bahwa dirinya adalah orang yang paling terakhir masuk ke dalam portal, jadi harusnya media masa merekam kejadian itu.

"Tunggu sebentar."

Karena itu, Rein segera mengambil ponselnya dan mulai mencari scene dirinya. 'Kejadian itu harusnya membuatku populer kan? Seorang pria yang rasional dan menjadi orang pertama yang menolak Exaworld Online hehehe.'

Tapi tepat setelah ia memutar video rekaman, yang bisa ia lihat hanyalah manusia yang tampak seperti semut. Sangat banyak hingga Rein tidak bisa menebak jumlahnya.

'ribuan? Tidak, itu pasti lebih dari jutaan pemain...'

Dan yang paling penting, adegan itu berakhir disaat portal terbuka. Scene beralih ke para player yang telah memasuki portal dan membuat avatar masing-masing.

"Hei, apa video ini dipotong?" Ucap Rein curiga.

"Itu video aslinya kok, tunggu jangan bilang kau tidak nonton livenya?"

'Kenapa pula aku menonton live jika aku ada disana secara langsung.' Rein sedikit kecewa, andai percakapan dirinya dengan dewa itu terekam mungkin dia akan viral.

"Sudahlah, ngomong-ngomong apa yang terjadi disini. Kenapa banyak sekali manusia." Rasa panas dan pengap mulai membuatnya tak nyaman. Dan seketika itu juga terbesit sesuatu di kepalanya.

"Tunggu... Kalian mau demo?"

"Demo matamu, kau sungguh tidak baca pesan dariku ya." Rudi menggosok dahinya lalu berkata. "Haduh Rein... Coba kau baca poster itu."

Rein melihat ke arah yang ditunjuk Rudi, dan dia menemukan sebuah poster besar yang bertuliskan 'ExO' dengan gaya penggambaran dunia fantasi disertai pedang dan tongkat sihir yang saling bersilang. Lebih tepatnya itu seperti poster pengiklanan game.

"ExO? Maksudnya Exaworld Online?" Tanya Rein.

"Benar sekali! Kau tahu, kampus kita menerima investasi dari perusahaan ExO dan kita para mahasiswanya akan dipinjamkan perangkat ExaDream selama 3 tahun!" Rudi sangat bersemangat hingga api mungkin bisa terbentuk di matanya.

"Ka-kau serius? Semuanya akan dapat?" Rein tidak tahu harus gembira atau kecewa. Ia gembira karena temannya akan bisa ikut bermain dengannya nanti, dan dia juga merasa kecewa karena keberadaan pionir ternyata tidak selangka yang ia pikirkan.

"Hahaha kita sangat beruntung, kita satu satunya kampus yang mendapatkan kemewahan ini." Ucap Rudi, lalu kemudian bergegas menarik Rein masuk ke dalam aula.

"Ambil ini, kita berada di barisan paling depan." Ucap Rudi sambil menyerahkan tiket atas nama Rein Adrian.

Setelah beberapa menit, aula segera dipenuhi oleh para mahasiswa. Tampang mereka semua terlihat sangat gembira, bagaimana tidak, mereka semua akan mendapatkan perangkat virtual reality seharga puluhan juta rupiah.

Dan suasana yang ramai itu seketika berkurang saat seorang pria berkacamata mulai naik ke atas panggung dengan helm ExaDream di tangannya.

Rein tidak tahu entah karena apa, tapi wajah pria itu tampak sangat suram dan kelelahan. Matanya yang hitam tampak berkantung dan kosong seakan ingin mati.

Pria itu berjalan ke atas panggung dan kemudian tatapannya tidak sengaja melihat ke arah Rein yang juga sedang menatapnya.

"...?" Pria tersebut tampak ragu sejenak sebelum mendekati Rein. Matanya dengan perlahan mengikuti setiap detail Rein dari atas hingga ke bawah, dan fokusnya terpaut pada tanda pengenal yang tersemat di saku baju Rein.

"Hei..." Panggilnya ke arah Rein.

Rein menunjuk wajahnya sebelum menjawab, "Saya pak?" ia juga bingung karena tiba-tiba dipanggil.

"Apa kau NieR?"

"Hah?" Rein tidak tahu darimana ia tahu nama panggilan gamenya, tapi segera mengangguk setelah pria itu mengulang kembali pertanyaannya.

"Begitu ya..." ucap pria itu sambil mengusap keningnya. Ekspresinya gelisah dan tersenyum pahit saat melirik ke arah Rein. Lalu, dengan napas dalam, dia menguatkan suaranya.

"Baik semuanya! Perkenalkan, aku adalah Ardan. Seorang peniliti virtual reality di bidang Exaworld Online."