Chereads / The Heretic Chef: Online / Chapter 7 - Ch. 7 — Jejak Raja Iblis

Chapter 7 - Ch. 7 — Jejak Raja Iblis

Jejak kaki Wild Boar yang ia ikuti samar-samar terbentuk semakin jelas, ini seolah monster yang berlari ke arah sini jumlahnya bertambah drastis. Pohon-pohon juga terlihat rusak karena tabrakan.

"Apa yang terjadi?"

Rein semakin mempercepat langkahnya, situasi ini semakin menarik karena mungkin saja ada Quest yang terkait.

Ngoookk!

Suara familiar terdengar, itu adalah suara Wild Boar. Tapi suara itu disusul dengan suara ledakan yang cukup kuat hingga Rein bisa merasakan gelombang anginnya.

Booom!!

Oiiinnk!

Kabooom!

Rein berlari mendekat dan mengintip apa yang terjadi dari balik pohon.

Di matanya, ia melihat belasan orang bersenjata lengkap dengan armor putih berkilauan sedang membantai para Wild Boar. Mereka sangat kuat bahkan satu tendangan kaki saja sudah bisa membunuh 3 sampai 6 monster.

Yang anehnya disini bukan mereka yang menyerang, tetapi para monsterlah yang menyerang seolah sedang menghantarkan nyawa ke malaikat maut.

"Tahan tempat ini dan jangan biarkan monster itu masuk!" Teriak salah satu anggota pasukan.

"Siap!"

"Brune, kau harus bersiap untuk melakukan ritual. Jangan alihkan fokusmu karena monster kecil itu." Seorang pemimpin pasukan yang tampak garang menepuk salah satu anggotanya.

"Baik pak, aku pasti akan menyelesaikan ritual ini. Bahkan jika nyawaku taruhannya!" Jawab Brune dengan tekad.

Rein yang melihat itu dari kejauhan hanya bisa terpana. Genangan darah Wild boar sangat banyak sampai membasahi kaki. Meskipun mayat monster akan hilang otomatis, tapi tidak dengan darah mereka.

Jumlah Wild Boar secara perlahan menyusut. Tujuan mereka tampaknya bukan ingin mengalahkan pasukan itu, melainkan masuk ke dalam gua sempit di belakangnya.

"Gua apa itu? Sial banyak sekali yang tidak ku tahu."

Rein menyesal, biasanya dia adalah tipe pemain yang mencari info terlebih dahulu sebelum memainkan permainan. Niatnya tadi ia ingin masuk ke dalam perpustakaan atau bertanya tentang pengetahuan umum dunia ini, tapi karena efek pionir yang mengharuskan ia bergerak lebih cepat dari yang lain, ia terpaksa menunda rencananya.

"Jadi siapa mereka? Dilihat dari seragam dan armor suci itu, mereka pasti berada di dalam kultus keagamaan. Apakah ada gereja besar disini?" Rein mengernyitkan dahinya, ia terus berspekulasi hingga jumlah Wild Boar yang menyerang benar-benar habis.

Dan setelah semua selesai, tiba-tiba pemimpin pasukan itu berteriak.

"Kau yang bersembunyi di sana, keluar dan ungkapkan niatmu!"

"Hah?"

Rein seketika bergetar, apa ia melakukan kesalahan? Apa melihat itu adalah hal yang tabu?

'Tunggu, bagaimana mungkin ia menyadari kebaradaanku dari jarak sejauh ini?'

Rein masih ingin sembunyi, tapi begitu mendengar suara desingan pedang, ia segera keluar.

"Ahh maafkan aku, tadi cuma numpang lewat kok ha-ha-ha." Rein tidak tahu bagaimana nasibnya sekarang, tapi untung saja itu tidak berakhir buruk seperti yang ia kira.

"Ohh kau, apa kau seorang traveler? Ini pertama kalinya aku melihat secara langsung." Ucap pemimpin itu.

"Traveler? Maksudmu?"

"Traveler, seorang immortal yang tidak pernah mati dan seorang pengemban nasib dunia. Kenapa kau tidak tahu dengan julukanmu sendiri? Kemarilah biarkan aku melihatmu lebih dekat." Ucapnya dengan senyuman bermartabat, Rein bisa melihat seluruh dari mereka tertarik dengan keberadaan pemain.

"... Baiklah." Rein dengan ragu mendekat, dilihat dari situasinya mereka tampak bersahabat dan tidak ada niatan untuk menyerang.

"Aku adalah Douglas, salah satu pemimpin pasukan dari kesatuan templar dari gereja Altair. Jadi siapa kau dan kenapa kau mengitip kami seperti tadi." Tanya pemimpin pasukan.

"Emm maaf soal itu, aku Rein— ah maaf, maksudku perkenalkan aku Nier. Seperti yang kau bilang tadi, aku adalah seorang player." Rein lupa kalau hari ini namanya sudah berganti menjadi Nier, jadi mulai saat ini ia harus membiasakan diri.

Nier menjelaskan fenomena aneh yang ia temui tadi dan kenapa bisa berakhir seperti itu. Untung saja Nier masih membawa Grass Herb di punggungnya, jadi itu bisa menjadi bukti kalau apa yang ia katakan tidaklah bohong.

"Aku mengerti, tapi kau harus diam dan tidak boleh mengganggu kami. Ini adalah upacara yang sangat penting untuk menyegel iblis, upaya setengah-setengah dan gangguan sekecil apapun harus dihilangkan. Apa kau mengerti?" Ucap Douglas dengan nada yang kuat.

"... Aku bersumpah tidak akan mengganggu, tolong ambil tanaman ini sebagai permintaan maaf." Ucap Nier gugup.

"Tidak perlu, kau terlalu lemah untuk menjadi ancaman. Bahkan anak kecil saja sudah cukup untuk membunuhmu." Ucap pria itu lalu melanjutkan. "Menurutmu, gua apa yang ada di belakang kami?"

"Gua..." Rein mulai berpikir, melihat mereka dari gereja suci dan bersiap untuk menyegel iblis, bukankah artinya sudah cukup jelas?

"Apakah gua ini adalah tempat para iblis dikurung?" Jawab Nier.

"Hmm, yah mungkin seperti itu. Tapi lebih tepatnya tempat ini hanya menyegel salah satu kekuatan raja iblis, bukan tubuh mereka seutuhnya."

"Raja iblis?" Semakin banyak elemen yang tidak Nier ketahui tentang dunia ini.

"Benar, gua ini adalah tempat yang menyegel salah satu kekuatan raja iblis Beelzebub, The Cave of Gluttony." Mata Douglas menajam, dan wajahnya berubah menjadi serius.

"Brune, apa kau siap? Semua ini tergantung pada dirimu." Lanjutnya.

Brune, seorang laki-laki termuda di grup tersebut menganggukkan kepalanya. Dia memakai armor yang berbeda dari yang lain, perisai berat di punggungnya dan 2 palu berukuran besar di kedua tangannya. Ia tampak seperti tank tak tertembus dengan armor super tebal.

Nier merasa aneh, bagaimana mungkin pria seusianya bisa menahan beban seberat itu.

"Lepaskan armormu." Perintah pemimpin pasukan.

"Baik."

Brune kemudian membuka sarung tangan besinya, dan...

Boom!

Tanah seketika retak saat itu dijatuhkan.

Boomm!

Kali ini pelindung kepala, itu terjatuh hingga masuk ke dalam tanah.

"Gila apa apaan armor itu!" Nier terkejut hingga mulutnya terbuka, peristiwa seperti ini biasanya hanya bisa dilihat di dalam film atau novel. Tapi melihatnya langsung seperti ini membuat Nier sadar bahwa dunia ini memang tidak normal.

Sarung tangan, helm, sepatu, perisai, armor, hingga aksesoris semuanya memiliki beban yang fantastis. Padahal saat Brune membuka semua peralatan dan hanya menyisakan celana pendek ia terlihat seperti pria normal pada umumnya. Tidak ada lemak atau otot yang berlebih, dan yang lebih penting dia terlihat sangat tampan!

'Sial aku iri dengannya.' Meskipun begitu Nier tetap mengagumi penampilan Brune. Ia memiliki rambut pirang menyala dan memiliki mata ungu yang indah, ototnya yang padat dan berisi membuat penampilannya lebih maskulin.

Nier berani bertaruh jika ada perempuan di sini, mereka pasti akan membuat fans club untuk Brune dan akan menyebarkannya di dunia nyata.

"Aku siap."

Mata Brune yang tajam menatap ke dalam gelapnya gua. Ia tampak sangat fokus bahkan sejak tadi matanya tidak pernah sekalipun melirik ke arah NieR.

"Lakukan, Brune Crownlad!"

Bang!

Hentakan kaki Brune membuat gelombang kejut dan ia pun segera menghilang dalam gelapnya gua.