Wajah si Demon itu tetap pucat ketika mengetahui kalau saja tubuhnya baik baik saja. "Apa sebenarnya yang terjadi!?" ucapnya begitu panik. Kemudian dia mencoba mengingat kembali kejadian beberapa saat sebelumnya.
Kalau tidak salah pada saat aku melesat laju, secara tiba-tiba tubuhku langsung terbelah menjadi tiga bagian dan aku pun tidak tersadarkan diri selama beberapa detik. Tapi kenapa saat ini seakan tidak terjadi apa-apa? Padahal tadi rasa sakitnya begitu nyata. Memalingkan wajahnya ke belakang, dan menatap Tenzo yang masih terdiam di sana. Apakah orang itu mempunyai sihir halusinasi?
Demon tersebut mencoba untuk mereka ulang apa yang terjadi beberapa detik sebelumnya. Pertama, dia merasakan sebuah sensasi yang aneh seakan ada sebuah benda tajam yang mengenai tubuhnya dan dirinya terbelah menjadi tiga bagian, yaitu sisi kiri badannya, kanan badannya dan bagian tengah badannya.
Hal itu membuat kesadarannya menghilang beberapa saat yang mengakibatkan dirinya terjatuh tanpa terkendali, dan anehnya sesuatu itu. Pada saat dia terbangun, dia merasakan jika tubuhnya baik baik saja. Dia merasa heran dengan hal tersebut. Dia hanya diam sesaat dan memikirkan jika orang ini memiliki sebuah sihir tipe halusinasi.
Demon itu perlahan berdiri dan berhadapan dengan Tenzo. "Oi manusia! Apa yang tadi kamu lakukan pada tubuhku!? Apakah kamu melakukan trik sihir halusinasi kepada ku?" Dan masih dengan nada yang sama, membentak, mencoba membuat gertakan kepada Tenzo.
Tenzo masih merespon dengan diam dan melangkah maju dengan perlahan sembari memegang gagang katananya. Sesaat dia berkata, "Apakah kalian memang benar-benar membantai semua orang di desa ini?"
Dia tidak mengacuhkan pertanyaan Demon itu, tetapi membuat pertanyaan baru.
"Hah!? Untuk apa kau ingin tahu soal hal itu? Yang terpenting jawab saja pertanyaan ku dulu!?" Demon itu tetap bersikeras dengan pertanyaannya.
"Baiklah, aku akan menjawabnya."
Dan sesuatu yang aneh terjadi lagi kepada Demon itu. Secara mengejutkan dia merasakan jika tubuhnya saat ini terbelah menjadi dua bagian. Itu terasa seperti sebuah tebasan yang begitu rapi, yang membelah dari atas kepala hingga ke bawah hingga dirinya terbelah menjadi dua bagian. Demon itu pun terjatuh tidak berdaya karena rasa sakit yang ia rasakan.
Namun, sama seperti sebelumnya. Beberapa detik setelah kejadian itu, dia pun kembali sadar. Tubuhnya terlihat baik baik saja.
Ekspresi pucat yang dibalut rasa emosi memenuhi wajahnya. Dia kembali berdiri dari tempatnya.
Di saat itu Tenzo berbicara, "Jadi bagaimana? Aku sudah memberikan jawaban ku, jadi sekarang kamu lagi yang harus menjawab."
Ucapan itu membuatnya semakin kesal. Demon itu mengamuk dan mulai menyerang. "Sialan kamu manusia, jangan bermain-main dengan ku lagi!" Dia membuka mulutnya mengumpulkan sebuah energi sihir dari mulutnya. Sesaat sebuah energi yang membentuk bola tercipta.
Slahhh!!
Kepala si Demon langsung terbelah menjadi dua bagian. Tebasan itu mengenai bagian pertengahan mulutnya sehingga memberikan tebasan secara horizontal yang menyebabkan kelapa bagian atasnya terpisah dari kepala lainnya dan juga tubuhnya. Di saat bersamaan, energi sihir yang dia buat meledak dan membuatnya terlempar begitu jauh.
Setelah kejadian itu, Tenzo berjalan ke arah Demon itu sembari berkata, "Tidak ada gunanya kamu melakukan hal itu, sekarang yang bisa kamu lakukan hanyalah menjawab pertanyaan ku. Kurasa itu jauh lebih berguna daripada kamu melawan."
Si Demon tidak terima dan mencoba untuk bangkit lagi. Akan tetapi itu sia-sia. Kedua kaki dan tangannya seketika terpotong. Itu sama seperti sebelumnya yang membuat iblis itu kembali lumpuh tidak berdaya. Pada akhirnya Tenzo sudah berdiri dihadapannya. Dia pun duduk jongkok dan menatap Demon itu.
"Aku akan memberikanmu keringanan jika kamu mau menjawab beberapa pertanyaan ku."
Ucapan itu terdengar cukup menjanjikan. Demon itu pun menyetujuinya. "B-baiklah, aku akan menjawabnya." Daripada dia merasakan siksaan ini, lebih baik dia menurutinya saja.
Kemudian Tenzo bertanya, "Pertama, kamu jawab dulu pertanyaan ku yang tadi. Yang kedua, apakah di sini ada kamp markas kalian. Kalau ada, dimana saja kah itu?"
Demon itu menjawab, "Sebenarnya kami hanya membunuh para pria saja, anak-anak dan para wanita kami bawa ke kamp kami untuk digunakan sebagai bahan pelampiasan kami. Sementara itu untuk Kamp kami, tidak jauh dari arah utara dari hutan Urjan ini terdapat gua yang dimana itu merupakan tempat persembunyian kami dan para warga desa itu."
Tenzo puas dengan jawaban itu. Dia kembali berdiri lalu berbalik dan berjalan perlahan menjauhinya tanpa ada satu pun pembicaraan.
Demon itu dapat kembali berdiri tanpa mendapat kendala dari Tenzo yang itu berarti dia memegang ucapannya. Namun ini bisa menjadi kesempatannya.
Ternyata dia bersungguh-sungguh memberikan keringanan seperti ini. Ini kesempatan ku! Aku harus segera memberitahukan soal ini kepada pemimpin kalau di sini ada orang yang sangat berbahaya!
Demon itu pun mulai mengepakkan sayapnya, bersiap untuk terbang. Ketika dia ingin memulai ancang-ancang terbang, Tenzo dari kejauhan berkata kepadanya,
"Untuk keringanan yang tadi ku katakan, akan ku berikan sekarang."
Demon itu bingung akan ucapan Tenzo. "Hah? Apa maksudmu!?"
Namun, seketika dia merasakan sebuah sesuatu yang menyentuh lembut dirinya, menembus masuk ke dalam tubuhnya hingga keluar di sisi lain. Itu adalah sebuah tebasan, tapi sensasinya berbeda dari tebasan yang biasa dia terima sebelum ini. Tidak ada rasa sakit yang dia rasakan. Namun, pandangannya terus memudar tanpa ia sadari hingga akhirnya dia pun tergeletak di sana. Demon itu mati.
"Keringanan itu ialah kematian tanpa rasa sakit," balas Tenzo yang kemudian pergi meninggalkannya.
Setelah itu, dia juga meninggalkan desa terbengkalai dan mendapatkan sebuah tujuan baru yang sederhana. Dia berjalan ke arah hutan yang sewaktu itu ditunjuk oleh Demon tersebut sebagai hutan Urjan.
"Aku harus melakukan peregangan dan mencoba teknik-teknik baruku sebelum memulai perjalanan."
**
Sementara itu di hutan Urjan bagian utara, terdapat segerombolan pasukan yang terdiri dari puluhan petualang. Ada ada beberapa orang yang memimpin di depan menggunakan kuda yang bisa disimpulkan sebagai pemimpin dari para petualangan ini.
salah satu dari mereka adalah seorang knight yang dilihat dari setelan pakaian yang dia pakai, dia berada di tingkat atas. Namanya adalah William. Dia pun memulai pembicaraan dengan seorang Warrior, yang berada di sampingnya yang bernama Ares.
"Ares, aku rasa kita sudah cukup dekat dengan tempat persembunyian para Demon itu. Jadi lima menit setelah perjalanan kita, tolong kirim beberapa orang untuk memberikan bagian depan."
"Hm, baiklah kalau begitu, serahkan saja kepadaku."
Setelah itu William kembali berbicara, "Jika dihitung, mungkin ini yang ke-empat kalinya kita menghancurkan kamp Demon itu dan sampai saat ini kita masih belum melihat tanda tanda dari iblis tingkat tinggi. Apakah mereka tengah berkumpul di suatu tempat untuk merencanakan sesuatu? Soalnya cukup aneh di suatu kamp tidak ada satu orang kuat yang menjaga tempat itu dan beberapa bulan ini tingkat agresi Demon juga mulai berkurang."
Ares pun langsung menyanggah ucapannya, "Sudahlah William, kau selalu saja mempunyai pemikiran aneh yang selalu saja bersifat negatif. Coba lihat sisi positifnya, korban jiwa dari sisi kita mulai berkurang. Ini bisa jadi kesempatan bagi kita untuk mulai membangun kembali kekuatan kita yang hilang. Lagipula kerajaan saat ini tengah kekurangan pasukannya sampai harus menyewa jasa kita untuk memberantas kamp Demon yang masih ada di sekitar sini."
"Kamu emang benar sih ... tapi ada baiknya jika kita berjaga-jaga. Kita juga tidak tahu bagaimana situasi kedepannya gimana." William setuju dengan ucapan Ares, namun tetap saja masih ada sisi keras kepalanya.
"Heh, kan kamu begitu lagi. Rileks dan santai, jangan jadikan itu sebagai beban pikiran. Sekarang kita akan berfokus pada penyerangan kali ini, dan setelah itu berpesta untuk kemenangan kita seperti biasanya."