Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

i have secret that you never know

Jena_Relia
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.6k
Views
Synopsis
Tidak pernah sekalipun Cristela mempercayai sihir. Terjebak di alam lain dan tidak bisa kembali adalah alasan Cristela dapat percaya dengan sihir. Dia tidak sendirian, masih ada tiga sahabat yang masih bersamanya. Dijebak oleh seseorang membuatnya harus dipermalukan. Seribu pasukan berada di depan mata hanya karena sebuah kesalahpahaman. Terlebih lagi salah satu sahabatnya telah mempercayai kebohongan itu. Dia akan melakukannya, apapun risikonya. "Ini bukan tentang apa yang kau pikirkan, tapi tentang apa yang kau lakukan. " -Cristela zoya
VIEW MORE

Chapter 1 - Perhatian

Suatu ketika di sore hari. Bunga bergoyang-goyang terkena hembusan angin. Suara piano terdengar jelas. Alunan nada-nada dari piano itu sungguh indah. Nada yang dapat membuat semua orang terpikat dengannya.

Seorang gadis sedang memainkan piano itu. Jari-jarinya yang lentik tertutupi sarung tangan membuat dia terlihat seperti seorang musisi. Dia adalah Cristela Zoya. Seorang remaja yang berbakat dan terpandang. Bakatnya tak datang begitu saja. Perlu perjuangan bertahun-tahun untuk mengasah bakatnya yang terpendam itu.

Tiba-tiba suara telepon terdengar. Cristela seketika berhenti memainkan piano. Dia bangkit dari kursinya dan mengarah ke meja, tempat ponselnya berdering. Nama 'Kai' terlihat di layar ponsel miliknya. Dia mengangkat telepon itu dan mengarahkan ponselnya di dekat telinganya.

"Halo?" sapa Cristela. Dia sedikit kebingungan karena tidak ada jawaban.

"Cris, tolong datang kesini secepatnya!" Suara itu terdengar mengkhawatirkan. Dia seperti sedang ketakutan dan panik. Hal itu membuat Cristela menjadi ikut takut.

"Hah? Kemana? Ada apa? Kai!" tanya Cristela dengan panik. Dia berlari mengambil tas kecilnya dan keluar dari ruang musik.

"Tolong cepat datang, tempatnya udah aku kirim di chat, cepetan datang!" perintah lelaki itu. Suaranya benar-benar seperti orang yang panik.

"Baik-baik, aku akan sampai lima menit lagi," ujar Cristela dengan panik. Dia berlari mengambil kunci mobilnya. Mengabaikan semua pelayan yang menatapnya. Dia masuk ke dalam mobil dan mengendarai ke tempat yang sahabatnya berikan.

Waktu terus berjalan. Tak sampai lima menit dia sudah sampai di tempat. Dia keluar dari mobilnya. Matanya melebar sedikit dan mulutnya terbuka. Dia kaget melihat Stefan terbaring di tanah. Kai dan Sena berusaha untuk menyelamatkannya.

Cristela berlari ke arah mereka. Dia melihat Stefan yang terbaring di tanah. Kepalanya berdarah, tangan luka-luka dan ada banyak memar di kakinya. Hal itu membuat Cristela panik.

"A-ada apa ini?" tanya Cristela kepada teman-temannya.

Kai masih berusaha memberikan pertolongan pertama pada Stefan. Sedangkan Sena menatap Cristela dan mobil yang dia kendarai tadi.

"Cristela, bisakah kau meminjamkan mobilmu?" tanya Sena sambil menatap Cristela dengan penuh harapan.

"Tentu saja," jawab Cristela dengan antusias. Dia tersenyum meyakinkan Sena.

Mendengarkan itu, Kai langsung mengangkat Stefan dengan perlahan. Dia membawa Stefan ke dalam mobil Cristela dan mendudukkan Stefan di kursi sebelah dirinya. Cristela dan Sena masuk ke dalam mobil bagian depan. Cristela menghidupkan mobil itu dan menyetir secepat mungkin untuk sampai ke rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit. Mereka langsung membawa Stefan ke ruang perawatan dan dia dirawat di sana. Sementara Cristela, Kai dan Sena harus menunggu diluar. Dengan penuh kecemasan, Cristela bertanya banyak hal tentang apa yang terjadi. Wajah Cristela berkeringat, luka-luka yang di dapat Stefan tak biasa, dan kaca matanya juga hilang.

Setelah beberapa saat yang mengkhawatirkan. Seorang dokter keluar dari ruangan Stefan. Mereka seketika mendatangi dokter itu.

"Dokter, bagaimana keadaan dia?" tanya Kai yang terlihat sangat khawatir. Dia menatap dokter itu dengan penuh harapan.

Dokter tersebut melihat ke kanan ke kiri. Hal itu membuat mereka bertiga bingung. "Apa kalian keluarga dari pasien?" tanya dokter itu menatap ketiga remaja ini.

"Bukan, tapi kami adalah sahabat dari pasien ini," jelas Cristela dengan wajah yang khawatir. Mereka ingin segera masuk dan melihat sahabat mereka yang terluka.

"Oh, baiklah silahkan masuk," ujar dokter itu mempersilahkan mereka untuk masuk.

Kai dan Sena berlari masuk kedalam ruangan meninggalkan Cristela di luar. Cristela membungkuk menunjukkan rasa berterima kasihnya kepada dokter itu. Dokter hanya tersenyum melihat perilaku Cristela yang sangat sopan.

Cristela kemudian berlari menghampiri sahabatnya yang berada di dalam ruangan. Dia berjalan masuk ke dalam ruangan itu. Sejuk dan tenang. Tercium aroma antiseptik yang menyebar di ruangan. Sebenarnya dari luar sudah tercium aroma antiseptik, tapi di ruangan ini aromanya lebih menyengat.

"Gimana Stefan?" tanya Cristela menatap Kai dan Sena.

"Gatau, belum bangun," jawab Sena. Dia menatap balik Cristela yang berjalan ke arah mereka. Cristela duduk di tengah-tengah Kai dan Sena.

Mereka menatap Stefan yang terbaring di kasur rumah sakit. Tatapan itu seperti rasa takut, khawatir dan panik bercampur menjadi satu.

⛧♛♬

Terlihat dari kejauhan, seorang gadis sedang berjalan di taman bunga. Dia memiliki kulit putih, pinggang yang ramping, dan badan yang tinggi, serta sebuah tanda di pipinya, bergambar kupu-kupu berwarna merah dan hitam. Rambut yang panjang dan ada satu kepangan di poninya yang mengarah sampai rambut belakangnya. Dia terlihat anggun dan elegan.

"Lapor, Yang mulia, saya sudah menemukan benda yang anda cari," ujar seorang pengawal di dekat gadis itu.

Pengawal itu berada di belakang gadis itu. Kaki kirinya bertekuk menyentuh tanah dan kaki kanannya bertekuk ke depan sejajar dengan lutut kaki kiri. Tangan kanan bertekuk ke kiri di atas kaki kanan. Wajah pengawal itu menunduk sebagai penghormatan kepada gadis itu.

"Benarkah? Kenapa secepat itu? Kau tak perlu memaksakan diri, Reynard," ucap gadis itu dengan lembut. Suaranya bagaikan sebuah angin sepoi-sepoi yang dapat menenangkan hati.

Gadis itu tersenyum. Dia berbalik menatap pengawalnya yang masih berada di bawah. Badannya menunduk secara perlahan. Tangan kecilnya memegang bahu pengawal itu. Seketika pengawal itu mendongak melihat gadis yang memegang bahunya.

"Yang mulia?" tanya pengawal itu terheran-heran.

Gadis itu mengangkat bahu pengawal. Membuat pengawal itu berdiri di depannya. Gadis tersenyum, seakan-akan ingin mengucapkan selamat tinggal.

"Rey, berapa lama kau mengabdi kepadaku?" tanya gadis itu. Wajahnya seketika berubah menjadi sedikit menyeramkan. Pengawal menundukkan kepalanya.

"Jawab, Yang mulia, saya akan terus mengabdi padamu sampai akhir hayat dan jika saya memiliki kehidupan selanjutnya …" ujar pengawal itu menggantungkan ucapannya. Dia mengangkat kepalanya menatap mata gadis itu. "Saya akan terus mengabdi padamu dan tidak akan pernah melupakanmu sampai kapanpun."

"Benarkah? Tapi sekarang kau bisa melupakanku untuk sementara," ujar gadis itu. Dia tersenyum lagi. Senyuman itu bagaikan sinar bulan di malam hari. Tapi sayangnya turun hujan yang menghilangkan sinar bulan itu.

Gadis itu mengambil kalung berbentuk layangan, warnanya hijau seperti sebuah kristal hijau yang amat indah. Kemudian dia mengalungkan kalung itu di leher pengawal dan dia mendorong secara perlahan pengawal itu.

Seketika pengawal itu kaget. Dia melihat jarak antara dia dan gadis itu sangat jauh. Tetapi masih terlihat jelas senyuman di wajahnya. Meskipun akan pudar beberapa saat.

"Lupakanlah aku! Kau tetap harus menjalani hidup …" perintah gadis itu sambil menaikan nada bicara. Dia melambaikan tangannya kepada pengawalnya yang semakin menjauh dari gadis itu.

Pengawal merasa sedang ditarik oleh sesuatu. Dia berusaha mengejar gadis itu, tapi pada akhirnya dia tetap tak bisa mengejarnya.

Dia masih bisa melihat wajah gadis itu. Mulutnya terbuka perlahan seakan dia ingin mengatakan sesuatu. "Stefan …." Suara itu membuat pengawal itu kaget. Suara yang mengakhiri pembicaraan mereka. Senyuman terlihat di wajah gadis itu saat menyebutkan nama 'Stefan'.

"Hah."