Aku mengingatmu tidak dari kisah romantika biasa
atau dari hikayat orang jatuh cinta yang kemudian saling tabik dan sapa
atau dari legenda labirin asmara ramayana
atau dari cahaya terhadap kegelapan
atau dari pelita terhadap temaram
atau dari purnama terhadap pertengahan bulan
tapi dari pasal-pasal yang aku tuliskan
pada buku-buku kumal yang lupa aku jilidkan
dari sebuah perpustakaan lama berdebu
namun tak pernah sekalipun memadamkan rindu
Teriakan heran keluar begitu saja dari mulut Siluman Lembah Neraka begitu merasakan hawa panas dan dingin luar biasa yang bercampur menjadi satu pada pukulan gadis cantik yang baru tiba ini. Dia mengenali dua pukulan ini sama seperti tadi saat mengenali pukulan Bayangan Matahari Raden Soca.
Anak-anak muda yang hebat! Siluman Lembah Neraka membatin sambil mengerahkan Api Raja untuk menahan pukulan Ratri Geni. Siluman ini ingin tahu seberapa hebat pukulan gadis yang mampu mengeluarkan dua pukulan langka dalam waktu yang bersamaan. Apakah gadis ini setangguh pemuda sakti yang nyaris dikalahkannya tadi.
Blaaaaarrr!!
Ini adalah ledakan terhebat dari banyaknya pertempuran yang terjadi hari ini. Ratri Geni melenting tinggi untuk mematahkan daya dorong luar biasa Api Raja. Sedangkan Siluman Lembah Neraka terpaksa membuang dirinya jauh ke belakang karena desakan dua pukulan hebat Ratri Geni nyaris saja membuatnya jatuh terjengkang.
Siluman Lembah Neraka terbelalak hebat. Gadis ini bahkan lebih hebat dari pemuda sakti tadi! Dua pukulan warisan si Bungkuk Misteri itu sudah dipahaminya dengan baik. Termasuk bagaimana cara menghadapinya. Tapi tenaga gadis inilah yang luar biasa mencengangkan. Itu pertunjukan tenaga sakti yang sempurna!
Jelas sekali dari adu pukulan tadi tenaga keduanya sangat berimbang. Ratri Geni tersenyum mengejek sambil menerjang maju. Kedua lengannya sudah terisi penuh Ilmu Pukulan Gempa Pralaya. Dia harus menahan siluman sakti ini selama mungkin sampai Raden Soca bisa lepas dari wilayah Pegunungan Wilis. Tadi dia sempat melirik Raden Soca berlari cepat mengerahkan semua kemampuan meringankan tubuhnya. Burung Elang raksasa yang aneh itu mengikuti arah lari Raden Soca sambil menggendong tubuh sekarat Bidadari Darah di punggungnya.
Meskipun hati Ratri Geni bergejolak aneh melihat betapa kerasnya upaya Raden Soca menyelamatkan gadis murid Malaikat Darah itu, tapi Ratri Geni yang sempat mengintai dan menyaksikan adegan gadis itu terjun membantu Raden Soca meski belum memiliki kepandaian yang cukup, ikut bersimpati. Gadis itu berani mengorbankan dirinya agar bisa membantu Raden Soca tanpa mempedulikan keselamatan dirinya sendiri. Itu patut dihormati. Dia datang agak terlambat sehingga tidak bisa lebih awal membantu Raden Soca.
Ratri Geni hanya heran melihat Jaka Umbara masih berdiri di tempatnya dalam kondisi siaga. Kenapa pemuda Tuban itu tidak juga segera pergi?
Namun Ratri Geni tidak bisa banyak melamun. Serangan-serangan dahsyat dari Siluman Lembah Neraka mengalir tiada henti. Bisa celaka dia kalau sampai lengah. Kedua lengannya yang telah terisi penuh hawa pukulan Gempa Pralaya dihantamkannya ke tanah. Terdengar debum dahsyat yang memekakkan telinga saat tanah yang terbelah berhamburan menghantam Siluman Lembah Neraka yang kembali mengeluarkan seruan-seruan heran.
Siluman tua itu terpaksa melompat sangat jauh ke samping kiri. Guncangan gempa dan cipratan tanah itu tidak bisa dihadapinya dengan pukulan. Dia harus menghindar. Apalagi hawa pukulan Gempa Pralaya itu bisa melukai atau paling tidak membuatnya mematung seperti arca jika terkena. Dan itu berbahaya.
Gadis ini luar biasa! Siluman Lembah Neraka semakin tertarik dan bersemangat untuk menguji sampai sejauh mana kemampuan gadis itu. Sudah lama dia tidak mengasah kemampuannya melawan orang yang setara kepandaiannya. Hari ini dia bahkan langsung berhadapan dengan dua orang. Raden Soca dan Ratri Geni.
Ratri Geni menghentikan serangannya. Gadis itu melompat ke samping Jaka Umbara.
"Kenapa kau tidak segera pergi?"
Jaka Umbara tersenyum. Gadis ini dulu membuatnya kagum setengah mati karena kelihaiannya di Alas Roban. Dan sekarang kelihaiannya telah meningkat mungkin sudah puluhan kali lipat. Terkenang pertemuan dengan Ratri Geni membuat ingatan Jaka Umbara melayang ke sosok Sekar Wangi. Pemuda itu menghela nafas panjang. Lalu menarik nafas lebih panjang lagi karena seperti sebuah keajaiban saat melihat dua sosok melesat keluar dari semak-semak. Seorang lelaki gagah tampan yang tak dikenalnya dan …..Sekar Wangi! Degup jantung Jaka Umbara nyaris berhenti.
Unduh Kusuma dan Sekar Wangi menangkupkan tangan dengan sangat sopan kepada Siluman Lembah Neraka yang kembali terheran-heran. Kenapa banyak sekali orang yang menyambangi Lembah Neraka? Siluman sakti itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Rombongan prajurit Jipang Panolan, Perkumpulan Pengemis Tingkat Perak berikut Chandra Abimana, dan Malaikat Darah beserta gerombolannya ternyata sudah melarikan diri diam-diam.
Mereka tidak mau memperpanjang urusan di Lembah Neraka setelah adanya kemunculan Siluman Lembah Neraka sendiri. Mereka sadar bahwa siluman aneh itu tidak memandang golongan. Siapapun yang merambah wilayahnya pasti dimusuhi dan dicelakai. Karena itu mereka memutuskan pergi diam-diam saat Siluman Lembah Neraka masih disibukkan oleh Ratri Geni tadi. Sebelum pergi, Chandra Abimana masih sempat beberapa kali melempar pandangan kagum kepada Ratri Geni. Gadis yang sangat cocok menjadi pendampingnya! Abimana diam-diam merasakan sesuatu yang aneh menjalari dadanya.
Tinggal orang berlima yang masih berada di Lembah Neraka. Unduh Kusuma berkata dengan suara lembut dan sopan kepada Siluman Lembah Neraka.
"Ampunkan kami paduka Penguasa Lembah Neraka. Kami berdua, saya Unduh Kusuma dan gadis ini Sekar Wangi tidak bermaksud mengganggu ketenangan Paduka. Kami bahkan ingin menawarkan sesuatu untuk Paduka jika memang berkenan."
Sekar Wangi tidak kalah cerdik. Gadis itu menjatuhkan diri berlutut di hadapan Siluman Lembah Neraka.
"Ampunkan hamba guru yang mulia. Hamba ingin belajar banyak kepada guru yang mulia dan bijaksana."
Mata Jaka Umbara dan Ratri Geni sama-sama terbelalak. Dua orang itu nampak sekali sedang menjilat tokoh siluman yang sangat sakti itu.
Siluman Lembah Neraka memutar biji matanya. Kalau memenuhi keinginannya, ingin dia rasanya menghancurkan kepala orang-orang ini. Tapi setelah teringat teman satu-satunya, Siluman Wulung telah dibajak oleh Raden Soca, pikiran siluman itu berubah. Dia butuh teman untuk melayaninya di tempat yang sangat sepi ini. Dan lagipula apa salahnya mengangkat satu murid? Namanya akan tetap abadi apabila kelak dia mati jika ada yang meneruskan ilmu-ilmunya. Si Bungkuk Misteri saja punya banyak murid!
Siluman Lembah Neraka menyelesaikan lamunannya. Kakek tinggi kurus itu menoleh ke arah Ratri Geni dan Jaka Umbara berada. Dia akan membunuh mereka berdua terlebih dahulu kemudian memilih salah satu dari dua penjilat ini lalu membunuh sisanya.
Tatapan Siluman Lembah Neraka tidak menemukan siapa-siapa. Ratri Geni dan Jaka Umbara telah pergi. Rupanya saat Unduh Kusuma dan Sekar Wangi sedang bertata cara dengannya, kedua muda mudi itu memilih untuk pergi meskipun awalnya Jaka Umbara menolak ajakan Ratri Geni karena melihat ada Sekar Wangi dengan sikap anehnya di sini. Pemuda itu penasaran untuk berbincang dengan Sekar Wangi dan ingin mengajaknya pergi, tapi Ratri Geni memaksa dengan memukul pelan lengannya sambil memberi isyarat percuma saja.
Mau tidak mau Jaka Umbara mengikuti lari Ratri Geni. Gadis itu sendiri memang tidak mau berlama-lama berada di Lembah Neraka. Tujuannya tadi hanya menghambat siluman itu agar tidak terus menyerang Raden Soca yang hendak menyelamatkan Bidadari Darah yang terluka parah.
Tujuannya sudah tercapai, untuk apa dia berlama-lama memperpanjang urusan dengan Siluman Lembah Neraka yang sakti luar biasa itu. Jauh di lubuk hatinya, Ratri Geni buru-buru ingin menemui Raden Soca. Entah kenapa hatinya merasa tidak enak karena pemuda itu berduaan saja dengan Bidadari Darah yang cantik.
-