Chereads / Trilogi Langgam Amerta Agni-Widhiwasa Akasa Bhumi / Chapter 5 - Bab 5-Pangeran Pengemis Bertongkat Perak

Chapter 5 - Bab 5-Pangeran Pengemis Bertongkat Perak

Hati yang pecah berkeping-keping

dikumpulkan kembali dalam hening

bersama puncak rasa sepi

untuk kemudian diasapi sisa-sisa api

sebelum dimakamkan di ceruk terdalam batu

dalam sebuah upacara yang gagu

Raden Soca menempuh beberapa hari perjalanan hingga tiba di tlatah pegunungan Wilis yang misterius. Dia sengaja berjalan kaki biasa karena berniat mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Lembah Neraka dan Sekar Wangi.

Tidak banyak yang diketahui orang mengenai Lembah Neraka. Bahkan penduduk sekitar kaki Gunung Wilis hanya mengangkat bahu ketika ditanya tentang Lembah Neraka. Raden Soca menjadi bingung sendiri. Tidak mungkin Ratu Laut Selatan memberikan informasi yang tidak benar.

Atau mungkin lembah itu berada di sebelah utara gunung? Pegunungan Wilis sangat panjang dan terbentang luas hingga mendekati gunung yang terkenal sangat mistis di Jawi Wetan, Gunung Kelud. Raden Soca mengambil keputusan cepat. Tubuhnya berkelebat menembus gelap belantara Wilis. Sudah banyak waktu yang terbuang karena urusan Lembah Mandalawangi dan Sekar Wangi.

Mendadak Raden Soca menghentikan larinya. Telinganya yang tajam menangkap suara pedang beradu dan kuda-kuda meringkik keras. Ada pertempuran tak jauh di depannya. Raden Soca melompat tinggi ke dahan pohon terdekat. Dia tidak ingin ikut campur urusan orang. Bisa-bisa semakin panjang waktunya terbuang. Ratu Laut Selatan bukanlah seseorang yang sabar menunggu.

Terlihat dua pasukan saling serang dengan hebatnya. Pasukan berseragam putih nampak terdesak oleh gempuran pasukan berseragam merah. Selain kalah jumlah, keberadaan beberapa orang berpakaian merah dan berikat kepala merah di pasukan berseragam merah itu membuat pertempuran berjalan tidak seimbang. Orang-orang itu berkepandaian sangat tinggi. Terutama gadis cantik berbaju merah menyala yang terlihat sekali sangat kejam dan telengas. Beberapa orang prajurit berseragam putih tergeletak di tanah. Sebagian besar terluka parah dan ada pula yang telah tewas.

Raden Soca mengerutkan kening melihat kekejaman gadis itu. Tidak mungkin dia tidak ikut campur jika situasinya seperti ini. Gadis itu terlalu kejam. Namun sebelum Raden Soca menggerakkan tubuhnya, terdengar kesiur angin dan muncullah seorang pemuda yang sangat dikenalnya membantu pasukan berseragam putih. Jaka Umbara! Raden Soca tersenyum senang dan kembali duduk di dahan sambil mengamati.

Gadis kejam berkepandaian tinggi yang sebenanya adalah Bidadari Darah murid dari Malaikat Darah itu menjadi marah bukan main. Anak buahnya dibuat kocar-kacir tidak karuan oleh pemuda sederhana berwajah tampan yang baru tiba itu. Bidadari Darah menerjang maju mengirimkan pukulan maut Angin Darah yang berbau anyir bukan kepalang. Jaka Umbara terpaksa melompat ke belakang. Hawa pukulan itu membuat kepalanya pusing.

Pemuda murid Kyai Mustofa itu tidak mau bermain-main. Hawa pukulan itu sangat berpengaruh terhadap pertahanannya. Jaka Umbara langsung saja memainkan Ilmu Lafadz Sejati yang baru beberapa bulan lalu dipelajarinya dalam perjalanannya menuju bekas Negeri Pasai sesuai perintah gurunya. Ilmu itu dipelajarinya dari kitab yang diwariskan oleh Kyai Mustofa kepadanya. Ilmu yang luar biasa karena sangat sederhana namun memiliki kekuatan dahsyat untuk menolak sihir dan ilmu hitam selain sebagai ilmu kanuragan yang luar biasa.

Jaka Umbara menunda perjalanannya ke Swarna Dwipa karena mendengar kabar penculikan Pangeran Arya Batara. Pemuda itu memilih pergi ke Pajang. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Sekar Wangi. Apalagi saat menyelidik di ibukota Pajang, dia mendengar kabar bahwa Sekar Wangi pergi melakukan pencarian seorang diri. Bagaimanapun perlakuan menyakitkan yang dulu diterimanya saat di istana Pajang, namun Jaka Umbara tidak bisa berdiam diri mendengar berita tentang Sekar Wangi. Gadis itu bisa dengan mudah menjadi korban kejamnya dunia. Kepandaiannya juga belum cukup tinggi untuk berhadapan dengan para penculik Arya Batara yang menurut kabar angin adalah tokoh-tokoh dari Kerajaan Lawa Agung.

Jaka Umbara sengaja memutar arah perjalanannya ke pesisir selatan melalui Pegunungan Wilis karena itu akan lebih memperpendek waktu. Dari pesisir selatan Jawi Wetan, dia berencana menyusuri pantai hingga pesisir Jawi Kulon. Ketika melewati bagian hutan inilah dia melihat pertempuran terjadi antara Pasukan Pajang melawan Pasukan Jipang Panolan. Entah apa musababnya namun Jaka Umbara tidak bisa berpangku tangan melihat kesewenangan terjadi di depan matanya. Bidadari Darah itu bersifat kejam dan tidak memakai ukuran. Karena itulah Jaka Umbara segera menerjunkan diri dalam pertempuran membantu Pasukan Pajang yang terdesak hebat.

Meski baru beberapa bulan mempelajari Lafadz Sejati, namun kemampuan Jaka Umbara meningkat dengan hebat. Apalagi dia terus melatih ilmu samadi menghimpun tenaga sakti Inti Bumi yang diwariskan oleh Ki Ageng Waskita. Lafadz Sejati yang didukung oleh hawa sakti Inti Bumi membuat pemuda itu dengan mudah menghadapi serangan Bidadari Darah. Meskipun beberapa anggota perkumpulan Malaikat Darah juga ikut mengeroyok pemuda tersebut atas perintah Bidadari Darah yang kewalahan.

Raden Soca berdecak kagum melihat kepandaian Jaka Umbara sekarang. Sangat jauh berbeda dibanding dulu saat mereka berdua hampir mati oleh orang-orang Lawa Agung. Pemuda tinggi kurus dan pendiam itu bergerak sekencang rusa dan tenaga sekuat singa. Beberapa anggota Perkumpulan Malaikat Darah terlempar seperti daun kering saat beradu tenaga melawan Jaka Umbara.

Raden Soca juga bisa melihat Jaka Umbara membatasi tenaganya dalam menghadapi keroyokan Bidadari Darah dan anak buahnya. Ah, pemuda berhati baik. Rupanya pemuda itu takut apabila sampai melukai atau bahkan menewaskan para pengeroyoknya. Jaka Umbara sangat menahan diri agar tidak menjatuhkan tangan keras meskipun yang dihadapinya adalah orang-orang sesat. Pelajaran utama dari Ilmu Lafadz Sejati adalah sejauh mungkin mesti bisa menahan nafsu angkara. Semakin dirinya pasrah dan sumeleh terhadap Sanghyang Tunggal, semakin hebat dan semakin tinggi Ilmu Lafadz Sejati yang dikuasainya.

Pertempuran pasukan Pajang dan Jipang telah berhenti dengan sendirinya. Selain berkesempatan merawat kawan-kawan mereka yang terluka, mereka juga sangat tertarik menonton pertarungan tingkat tinggi yang terjadi antara Jaka Umbara melawan Bidadari Darah dan anak buahnya.

Bidadari Darah sama sekali tidak berdaya mendesak apalagi mengalahkan Jaka Umbara meski dibantu oleh beberapa anggota Malaikat Darah. Pemuda yang dihadapinya ini selalu bisa menghindar dari serangan-serangan mematikan yang dilancarkan. Selain itu, tenaga pemuda ini sangat luar biasa karena tenaga sakti Inti Bumi yang dikuasainya telah cukup tinggi.

Setelah bersuit nyaring yang bergema kuat di pegunungan dan lembah Gunung Wilis, murid Malaikat Darah itu memaki-maki kasar dan melanjutkan serangannya. Dia sangat berharap bala bantuan segera tiba. Rombongan perkumpulan Malaikat Darah berada tidak jauh dari tempat itu. Termasuk dua Panglima Malaikat Darah dan gurunya sendiri, Malaikat Darah.

Raden Soca paham arti suitan yang dikeluarkan oleh Bidadari Darah. Gadis itu memanggil bala bantuan. Raden Soca bersiap-siap. Dia tidak tahu bala bantuan seperti apa yang dipanggil Bidadari Darah. Namun dia sudah siap siaga seandainya Jaka Umbara memerlukan bantuan.

Terdengar teriakan-teriakan nyaring dari berbagai arah menyahuti suitan Bidadari Darah. Dari segala penjuru bermunculanlah orang-orang berpakaian seperti pengemis dengan baju bertambal-tambalan, namun herannya baju tambalan itu sangat bersih dan berbahan mewah.

Gerombolan pengemis itu dipimpin oleh seorang pemuda tampan yang juga berbaju tambalan. Pemuda itu memegang sebuah tongkat pendek berwarna perak. Begitu tiba, pemuda itu langsung menyerbu masuk dalam pertempuran membantu Bidadari Darah menyerang Jaka Umbara.

*****