Sepotong cinta
disajikan dalam nampan
untuk sarapan
bagi seorang lelaki yang kehabisan percakapan
di hatinya yang dikeranda kerinduan
"Berhenti dulu Raden. Aku lelah dan lapar."
Sekar Wangi merengek sambil menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Gadis itu kelelahan. Juga kelaparan. Selain itu dia merasakan seluruh tubuhnya lengket oleh keringat. Dia ingin mandi. Sekaligus menjalankan rencana yang sudah dipikirkan matang-matang saat menempuh perjalanan hingga sejauh ini. Pemuda tampan dan tangguh ini harus bisa ditaklukkan dan diperbudaknya.
Raden Soca menghela nafas menyabarkan diri. Tangannya menunjuk ke arah sungai bening yang mengalir tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sekar Wangi bersorak senang. Tanpa merasa risih, gadis cantik itu membuka baju dan celana luarnya dengan gerakan dibuat segenit mungkin. Raden Soca sejenak tertegun. Lalu buru-buru memalingkan muka. Gadis itu sengaja!
Sekar Wangi mengulum senyum tipisnya setelah melirik bagaimana Raden Soca sempat melihatnya lalu cepat memalingkan muka. Hmm, tidak mudah. Tapi dia yakin tak lama lagi pemuda sakti itu akan bertekuk lutut memohon-mohon kehangatan darinya.
Sungguh besar memang kekuasaan cinta atas hati dan pikiran manusia. Ayu Kinasih yang dulunya adalah seorang gadis baik hati dan lincah ceria, keturunan seorang pendekar aliran putih dengan ibu yang selalu berdiri di pihak kebenaran, berubah total semenjak merasa dianiaya cintanya oleh Pendekar Langit. Terjerumus mempelajari ilmu-ilmu yang akhirnya membuat beberapa syaraf di kepalanya putus, menjadi kehilangan kewarasan dan hanya mengingat satu hal; dendam yang membara terhadap pemuda yang sangat dicintainya, ayah dari bayi yang dikandungnya, sekaligus lelaki yang teramat sangat dibencinya di dunia.
Sekar Wangi adalah korban berikutnya dari betapa rumitnya cinta membuat labirin kisah. Cintanya juga kandas dengan cara yang lebih mengerikan dari maut. Lelaki yang dicintainya lupa terhadap dirinya dan bahkan asik masyuk dengan wanita-wanita penculiknya. Dia bertekad kuat untuk membalas semua perlakuan Arya Batara terhadapnya dengan melakukan hal yang sama. Dia akan membuat banyak lelaki tunduk dan bertekuk lutut terhadap kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Setelah itu dia akan membuang mereka seenaknya. Lebih buruk lagi, jika dia menyukai lelaki itu, dia akan memperbudaknya hingga dia bosan.
Sekar Wangi sama sekali tidak pernah berdekatan atau berhubungan dengan lelaki. Namun gadis perawan ini sudah membulatkan segala niat dan tekad untuk menjadi bunga penakluk kumbang. Raden Soca adalah sasaran yang sangat bagus. Sebuah percobaan yang sulit namun akan sangat menyenangkan jika nanti pemuda itu merengek-rengek agar bisa menikmati kehangatan tubuhnya.
Gadis itu terkekeh kecil sambil membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Tanpa perasaan risih sama sekali gadis ini telanjang bulat mandi di sungai tengah hutan lebat itu. Tidak jauh dari Raden Soca yang memutuskan untuk beristirahat juga dengan cara melakukan samadi. Selain memulihkan tenaganya yang cukup terkuras beberapa hari ini, namun juga untuk menghilangkan keinginan-keinginan buruk yang berlintasan dalam pikirannya yang masih muda.
Sekar Wangi terang-terangan melangkah keluar dari sungai setelah membersihkan seluruh tubuhnya, tanpa mengenakan pakaian sama sekali. Berjalan pelahan mendekat Raden Soca sambil menenteng pakaiannya dan berkata lembut penuh permintaan.
"Raden, aku lapar. Bolehkan aku mendapatkan sedikit makanan? Buah-buahan hutan pun tak apa."
Raden Soca menyudahi samadi dan membuka mata. Wajah pemuda itu langsung pucat pasi lalu memerah seolah seluruh aliran darah tumpah ke mukanya. Jelas sekali di hadapannya Sekar Wangi telanjang bulat! Menatapnya dengan pandangan sayu dan nafas yang sedikit terengah.
Kontan saja pemuda itu belingsatan tidak karuan. Pemandangan yang sangat mengguncang itu membuatnya kaku seolah ditotok oleh siluman sehingga dia tidak bisa menggerakkan anggota badan. Raden Soca menunduk dan memandang cincin pemberian Ratu Laut Selatan di jari tangannya. Sebuah getaran halus mengalir di tubuhnya dan membuat aliran darahnya menjadi sangat kencang. Raden Soca memejamkan mata kembali untuk memusatkan perhatian pada olah batin yang sering dilatihnya. Dia tidak boleh terpegaruh sedikitpun terhadap godaan maha dahsyat yang sekarang berdiri di hadapannya. Bahkan perlahan sekali, selangkah demi selangkah, gadis ini bergerak mendekati Raden Soca dengan gerakan yang sangat menggoda. Getaran yang dirasakan Raden Soca makin menguat. Pemuda itu kembali melakukan olah batin untuk menghentikan niatnya yang hendak berdiri menghampiri Sekar wangi dan merengkuhnya dalam dekapan panas. Mata pemuda itu kembali terpaku pada cincin emas hitam di jarinya. Getaran yang membuatnya tergoda itu berasal dari cincin emas hitam.
Cincin itu seolah membisikkan kalimat-kalimat agar dia segera melayani gadis telanjang bulat itu dengan percintaan yang menggelora. Raden Soca menguatkan hawa sakti ke jari-jari tangannya kemudian dengan sekali sentak cincin itu sudah terlepas lalu dimasukkan dalam kantong bajunya.
Hawa hangat yang menyejukkan mengalir deras ke sekujur tubuh Raden Soca. Rupanya yang membuat dirinya tergoda hebat tadi adalah cincin emas hitam karena pusaka langka itu menghalangi kekuatan olah batinnya.
Raden Soca bernafas lega. Gairahnya yang tadi mencapai ubun-ubun langsung turun hingga mata kaki. Oleh karena itu, pemuda ini dengan santainya berjalan mendekati Sekar Wangi yang merasa yakin bahwa pemuda itu sudah mulai jatuh dalam godaan tubuhnya. Raden Soca melingkarkan jubah luar berukuran besar yang dikenakan untuk menutupi bagian vital dan tubuh Sekar Wangi.
Gadis itu melakukan gerakan menolak sehingga jubah luar itu jatuh dan dia langsung memeluk Raden Soca dalam keadaan telanjang. Sekar Wangi kecewa saat mendapati Raden Soca sama sekali tidak memberikan reaksi seperti yang diharapkannya. Pemuda itu dengan lembut memegang bahunya lalu mengambil jubah luar yang tergeletak di tanah dan mengenakannya kepada Sekar Wangi yang terpaku tidak bisa bergerak karena Raden Soca telah menotok bahunya.
Sekar Wangi menjerit saking kesalnya. Pemuda tak tahu diuntung! Disodorkan sesuatu yang nikmat namun malah ditolaknya tawaran menggiurkan itu. Raden Soca tersenyum tipis. Dia berhasil menghindar dari godaan Sekar Wangi. Godaan hebat yang tidak sembarang lelaki mampu menolak.
Pemuda itu bekelebat ke arah hutan dan tak lama kemudian kembali dengan membawa beberapa butir buah-buahan hutan. Dipulihkannya totokan pada Sekar Wangi agar gadis itu bisa bergerak kembali lalu disodorkannya buah-buahan yang menerbitkan selera makan itu di hadapan Sekar Wangi.
Gadis itu langsung saja memakan habis semua buah yang dibawakan oleh Raden Soca tanpa membenahi jubah luar yang menyelimuti tubuhnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan agar Raden Soca kembali tergoda karena bagian-bagian tubuh vitalnya terlihat oleh pemuda itu.
Raden Soca sudah bertindak benar dengan melepas cincin emas hitam dari jari tangannya. Cincin itu memiliki perbawa yang luar biasa terhadap nafsu dan angkara. Karena itulah nyaris tadi Raden Soca terbawa suasana dan segera dapat mengendalikan diri begitu cincin dilepaskan.
**