Di sebuah lembah yang sangat hijau, terdapat sebuah sungai yang menjadi batas antara Kekaisaran Giyanti dan Primal Exodus, sungai tersebut di bernama Velvet Ray.
Masing-masing pasukan berada di dalan pos keamanan dan tenda tanpa melakukan pergerakan untuk menyerang atau bertahan.
Di pertengahan hari, Kekaisaran Giyanti menugaskan pembawa pesan yang membawa pesan kerajaan ke Primal Exodus, pesan tersebut merupakan sebuah dekrit yang berisi tentang keamanan Putri Eschall.
Lima orang anggota dari Guild Assassin "Crud Operation" bergerak diantara para penjaga perbatasan di daerah Primal Exodus.
Salah satu diantara mereka memakai busur dan membidik pembawa pesan saat ingin membacakan pesan.
Pembawa pesan berada di tengah sungai yang mengalir, dengan kedalaman setengah meter, dan jarak sekitar 15 langkah dari pinggiran sungai Velvet Ray antara Kekaisaran Giyanti dan Primal Exodus. pembawa pesan membacakan pesan tersebut dengan menggunakan [Magic Wind : Speaker], ia mengeluarkan suara yang besar dan dapat di dengar oleh ke dua negara.
Tetesan darah pun mulai jatuh ke air, sebuah anak panah tertancap di sebuah armor kulit, dan pembawa pesan jatuh kedalam sungai dan ia juga terbawa arus, para prajurit sangat terkejut, dan tidak percaya bahwa Kekaisaran Giyanti akan benar-benar perang melawan Primal Exodus.
Di sebelah utara Kekaisaran dan Primal Exodus, terdapat Kerajaan besar yang disebut Kerajaan Bersatu Eristoria. Kerajaan tersebut di pimpin oleh seorang Raja Besar yang bernama Fein Erisotoria. Fein yang mendengar akan ada perang antara Kekaisaran Giyanti dan Primal Exodus, Fein sangat senang karna ia sangat ingin merebut Ibukota Metrolis dari Kekaisaran Giyanti, namun ia tidak dapat melancarkan serangan. Terdapat sebuah sakte yang merupakan pemuja Dewa yang pernah datang ke tanah itu. Mereka disebut Prime Worship. Dan pemimpin mereka disebut Worship Leader yang juga memimpin Kerajaan Suci Haru yang berada di bagian barat Kekaisaran Giyanti.
Prime Worship didirikan ketika Giyanti membentuk Kekaisaran, dan membuat perjanjian antara Kekaisaran Giyanti dengan Flame Dragonlord Draco Nava. Tiurma de Bora yang merupakan anak Raja Roa de Bora dari Kerajaan Bora, Tiurma sangat terpukau atas Kecantikan Draco Nava saat memakai wujud manusia, dengan gaun putih, rambut dan mata pink, dengan senyuman yang sangat indah. Ia terlihat seumuran dengan Tiurma de Bora yang saat itu berumur 14 tahun. Ia meminta Ayahnya untuk membangun sebuah Kuil di kerajaannya, ia pun membuat sakte Prime Worship dan setelah umurnya 15 tahun, iapun naik tahta, dan langsung mendatangi Draco Nava dan Giyanti, ia mendeklarasikan bahwa ia telah mengubah Negrinya menjadi Kerajaan Suci Haru. Dan meminta kerja sama dengan Giyanti dan Draco Nava untuk melakukan riset dengan peninggalan Dewa Haru, Draco Nava yang senang, kemudian menyetujuinya. Fein yang seumuran dengan Tiurma de Bora sangat menyukai Kota Metrolis, dan ia juga jatuh cinta degan Flame Dragonlord Draco Nava. Fein ingin menginvasi Kekaisaran Giyanti, namun kabar Kerajaan Suci Haru dan Kekaisaran Giyanti membentuk diplomatik dan berada di bawah perlindungan sang Flame Dragonlord didengar Fein Eristoria, iapun tidak jadi melakukan invasi ke Kekaisaran Giyanti, karna Pasukan Gabungan Kerajaan Suci Haru dan Kekaisaran Giyanti dapat dengan mudah mengalahkan mereka, sudah setara dengan mereka dan juga dengandukungan Flame Dragonlord, Kerajaan Bersatu Eristoria akan hancur dalam sekejap.
Fein berpikir ketika Kekaisaran Giyanti ingin menyerang Prime Exodus akan membuatnya dapat ikut campur dalam perang dan merebut Metrolis dengan alasan melindungi Metrolis dari serangan Primal Exodus. Dengan begitu, Kerajaan Suci akan ikut membantu, dan begitu juga dengan Flame Dragonlord. Ketika perang ia juga mengutus beberapa pasukannya untuk memakai pakaian perang Kekaisaran Giyanti, dan menyatakan bahwa Kekaisaran Giyanti telah melanggar kontrak dengan Flame Dragonlord dan ia pun akan mendapatkan Metrolis.
Iapun mengirim pesan ke Kekaisaran Giyanti untuk memberikan bantuan pasukan untuk perang mereka.
Disungai Valvet Ray, ketika Sang pembawa pesan terjatuh karna dipanah. Pasukan Kekaisaran Giyanti dan Primal Exodus terdiam dan hening selama beberapa menit.
Kemudian seseorang prajurit yang merupakan anggota dari Guild Assassin "Crud Operation" dengan memakai [Magic Wind : Speaker] dengan keras mengatakan "Primal Exodus tidak menghormati Kekaisaran, Ini penghinaan". Dan suara nyaring dan teriakan perangpun terdengar, Primal Exoduspun mulai melakukan Siaga penuh untuk menghadapi serangan dari Kekaisaran Giyanti.
To Be Continue