Rika menariknya sampai ke kelas. Terlihat tidak ada siapa siapa di kelas karena di jam istirahat biasanya mereka tidak dikelas.
"lu udah gila ya sampe mukul dia segala." Ucap Rika yang sedang kesal.
"eh memangnya kenapa, aku cuma kesel aja sama orang itu." Ucap Deya yang sedang bingung.
"aduh Deya lu tuh polos banget sih. Mereka tuh Preman di sekolah ini. Bukan cuma mereka aja tapi ada lebih dari mereka yang lebih mengerikan lagi. Semua murid takut berurusan sama mereka." Ucap Rika yang sedang berusaha menjelaskan.
Rap dan beberapa teman sekelasnya tiba tiba masuk dengan rasa panik berkumpul di sekeliling Deya.
"eh Deya, lu abis ngapain aja tadi." Ucap Harry teman sekelasnya.
"woi gawat, Jimmy dan William lagi otw kesini." Ucap Doni yang baru saja sampai di kelas.
Tak lama kemudian Jimmy dan William masuk dengan rasa kesal. Seketika murid yang tadinya berkumpul di sekeliling Deya tiba tiba menyingkir darinya.
"emang ga tau diri lu ya." Ucap Jimmy yang sedang kesal.
"santai dulu Jim. woi Deya kalo lu berani ikut gua ke atap sekolah sekarang. Kita tungguin lu di sana." Ucap William sambil menahan Jimmy agar tidak mengamuk di kelas.
Mereka berdua pun berjalan keluar dari kelas itu.
Seketika keadaan kelas pun ramai.
"eh Deya sekarang lu bakal ngapain nih, kayanya mereka ga lagi bercanda loh." Ucap Rika yang sedang panik.
"berapa lama lagi jam istirahat habis?" ucap Deya.
"sekitar 15 menit lagi, memang nya ada apa?" ucap Cindy teman sekelas nya.
"yaudah aku akan ke mereka dulu, kalian di sini aja ga usah ikut terlibat." Ucap Deya sambil berjalan keluar kelas.
"eh Rap gimana nih lu bantuin sana atau apa gitu, dia dalam bahaya itu." Ucap Rika yang masih panik.
"ya gua harus apa." Jawab Rap yang bingung harus berbuat apa.
Sementara itu di pintu menuju atap sekolah terlihat William yang sedang menunggu Deya. Deya langsung melewatinya tanpa berbicara apapun. Terlihat Jimmy yang sudah menunggu. Deya pun menghampirinya, namun ketika Deya menghampirinya, William yang berada di pintu tiba tiba berjalan kearahnya dan meninggalkan pintu dalam keadaan tertutup.
"apa apaan ini, kupikir satu lawan satu ternyata kalian menggunakan cara licik ya." Ucap Deya.
"yaiyalah, lu bikin masalahnya kan ke kita berdua." Ucap William sambil tersenyum licik.
"kenapa? lu takut?" ucap Jimmy.
"tidak. Justru akan lebih mudah jika kalian berdua langsung kuhabisi." Ucap Deya dengan nada sombong.
"nah kalau begitu langsung saja kita mulai." Ucap nya lagi sambil tersenyum sombong.
Beberapa menit kemudian terlihat Deya yang pergi meninggalkan Jimmy dan William yang sudah pingsan setelah dihajar oleh nya. Deya pun langsung kembali ke kelas karena jam istirahat sudah hampir habis.
Begitu Deya berjalan menuruni tangga, ada banyak murid yang melihat heran kearahnya seakan akan tidak percaya kalau Deya bisa mengalahkan dua Preman sekolah itu. namun Deya menghiraukan mereka dan tetap dengan santai berjalan ke kelas.
Sesampainya dia di kelas saat Deya membuka pintu tiba tiba semua teman sekelasnya langsung menengok ke arah Deya dengan heran dan terkejut.
"kalian pada kenapa sih?" ucap Deya yang merasa heran dengan teman temannya.
"eh Deya lu ga kenapa kenapa kan?" Ucap Harry yang masih terlihat terkejut.
"Ya tadinya kupikir aku hanya akan melawan Jimmy namun William juga ikut melawan, jadi ku hajar saja mereka berdua sekaligus." Jawab Deya dengan santainya.
Lalu seisi kelas pun mulai gaduh dan saling berbisik satu sama lain.
Deya terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi saat itu.
"eh Rika, mereka pada kenapa sih?" Tanya Deya kepada Rika yang terlihat gemetaran di samping nya.
"Deya, apa lu berniat untuk menguasai sekolah?" Tanya Rika kepada Deya sambil gemetar ketakutan.
"Maksudnya?" jawab Deya yang kebingungan.
"Jimmy dan William adalah anggota Blood Fist, preman sekolah ini yang berada di peringkat 9 dan 10. Kalau kau mengalahkan Jimmy si peringkat 9 berarti kau berada di peringkat 9 saat ini." Ucap Rika yang menjelaskan alasan kenapa dia dan teman sekelas nya ketakutan.
"Aku? Peringkat 9? Maksudnya Blood Fist itu nama kelompok preman sekolah ini ya. Aku tidak sudi menjadi salah satu dari mereka. Apa apaan dengan dugaan kalau aku akan menjadi seperti mereka, dan lagipula aku menhajar mereka karena mereka duluan yang mencari masalah." Ucap Deya yang terlihat kesal.
"Dengar ya, aku disini tidak berniat menguasai sekolah dan menjadi salah satu dari preman sekolah. Kalian tidak perlu takut padaku hanya karena aku berhasil mengalahkan mereka." Ucap Deya yang menjelaskan kepada teman sekelasnya.
Lalu bel tanda jam istirahat habis pun berbunyi. Lalu mereka pun kembali ke tempat duduk masing masing. Tak lama kemudian Guru pun masuk dan pelajaran dimulai. Kelas pun berjalan seperti biasa sampai jam pulang sekolah.