Chereads / Fate: Reibekien / Chapter 5 - Chapter 04

Chapter 5 - Chapter 04

Chapter 04 : Zero Day – Saber of Red, Saber of Black, Lancer of Red, Lancer of Black.

(A/N : Tidak akan ada pertarungan untuk dua hingga tiga bab ke depan, karena author cuma sedang ingin memperlihatkan hubungan dari masing-masing pasangan Master dan Servant yang ikut di dalam HGW ini, di mana setelah hal itu selesai, maka pertempuran yang sangat rutin bakal terjadi, sampai-sampai kebanyakan babnya mungkin saja hanya akan di isi oleh pertempuran saja. Dan, semoga kalian menikmati bab ini)

=-----=-----=-----=-----=

Di suatu daerah tertentu yang ada di Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Di sana, bisa di bilang sedang terjadi sedikit kegemparan, karena ada seseorang dari luar negeri yang sedang tinggal di suatu tempat, yang ada di daerah tersebut.

Bahkan, tidak banyak juga orang yang datang ke depan kediaman dari orang asing tersebut, hanya untuk berfoto bersama dengannya.

Tentu saja, orang asing yang merasakan hal tersebut, yang rupanya adalah Cornelia von Einzbern, dia hanya bisa mendecak lidahnya dengan penuh rasa kesal, karena malah mendapatkan perhatian yang tidak diperlukan seperti ini.

Dirinya memang tahu sih, kalau wajahnya ini memang sangatlah cantik, malahan bisa di bilang sebagai salah satu wanita tercantik yang ada di Dunia ini, tapi dengan hal-hal yang sedang terjadi sekarang, kepopulerannya itu malah hanya akan membawa masalah saja.

Di tambah lagi, dengan Servantnya ini yang sangat mata keranjang, karena dia benar-benar terlihat seperti seorang playboy, mengingat orang tersebut terus saja menanggapi para wanita yang ada di luar kediaman mereka, menambah situasinya menjadi lebih buruk lagi.

Selain itu, ada juga fakta menyebalkan mengenai teknologi yang sekarang sudah menjadi terlalu maju, sampai-sampai sebuah berita pun sudah bisa dengan sangat cepat menyebar ke seluruh Dunia, hanya dalam waktu beberapa detik saja, hal tersebut benar-benar memperburuk segalanya.

"Saber, apa kamu bisa berhenti melakukan foto dengan para gadis itu?" Cornelia mencoba untuk menyuruhnya berhenti dengan baik-baik, yang sepertinya sih di salahpahami oleh orang yang bersangkutan.

"Hehehe~ Apa kamu cemburu, Master? Imut sekali~"

Tentu saja, mendengar jawaban yang seperti itu, Cornelia tidak bisa menahan dirinya untuk segera memasang ekspresi wajah jijik, sambil mulai menatap Saber seperti sedang memandangi seekor makhluk paling menyedihkan yang ada di Dunia.

Hanya saja, mungkin karena sesuatu hal telah di balik di dalam kepalanya, Saber benar-benar tidak menyadari hal tersebut, di mana pria itu malah menambahkan sesuatu hal yang benar-benar, seharusnya tidak dia lakukan.

"Tapi tenang saja, Master. Tidak peduli seberapa banyaknya wanita yang datang kepada ku, kamu masih tetap menjadi satu-satunya yang ada di hatiku."

'Ahhh~ Aku benar-benar ingin membunuhnya.'

Meskipun memiliki pemikiran yang seperti itu, tapi demi memenangkan perang ini dan mendapatkan Holy Grail, Cornelia berakhir hanya bisa menahan amarah yang ada di dalam dirinya.

Lagi pula, mengabaikan sifatnya yang sangat menjijikkan ini, Saber yang dirinya dapatkan itu benar-benar memiliki parameter yang sangat gila, apalagi di bagian Endurance miliknya.

Di tambah lagi, dengan sebuah Skill miliknya yang dapat membuat Saber kebal terhadap segala jenis serangan, menambah kekokohan pertahanan dari Servant ini ke tingkat yang jauh lebih tinggi lagi.

Namun, seperti hal-hal yang biasanya ada pada umumnya, di mana ada kekuatan, pasti akan ada kelemahannya, Skillnya ini pun memiliki sebuah kelemahan.

Hanya saja, kelemahannya ini benar-benar sangat sulit untuk di taklukan, mengingat hal tersebut adalah telapak kakinya, yang Cornelia pikir, kalau hanya akan ada beberapa Servant tertentu saja yang bisa menghancurkan pertahanan dari Skillnya itu.

"Huhh... Terserah, aku sudah tidak peduli lagi dengan hal itu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Cornelia kemudian mulai bangkit dari kursinya dan berjalan pergi menuju keluar, yang segera di hentikan oleh Saber.

"Kamu ingin pergi kemana, Master? Biar aku menemanimu. Karena, akan sangat bermasalah, jika saja kamu bertemu dengan Master dan Servant lain di luar sana, tanpa kehadiran ku."

Namun, karena sudah terlalu muak dengan sikapnya itu, Cornelia pada awalnya hanya menatapnya dengan sangat mematikan saja, sebelum dia melirik ke arah salah satu dari tiga pelayan yang mengikutinya di Holy Grail War ini.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan di sekitaran daerah sini saja untuk mencari angin. Jadi, tolong jangan mengikutiku, atau aku akan mengirim kalian kembali ke sana."

Mendengar hal tersebut, ketiga maid yang ada di sana segera bergidik, karena bagi mereka, berada di tempat ini jauh lebih baik, ketimbang harus kembali ke neraka itu.

"Ini juga berlaku untukmu, Saber."

"Ehh!? Kenapa!?" Saber tidak bisa menahan keterkejutannya itu, karena dirinya tidak menyangka akan ikutan di tolak.

Namun, tanpa memberi jawaban sama sekali, Cornelia hanya terus berjalan pergi saja dari sana, yang tentunya lewat pintu belakang, hanya karena di pintu depan masih di kerumuni oleh para penduduk lokal.

'Aku harap ada hal yang bagus di kota ini.' Sambil memikirkan hal itu, Cornelia yang telah mengenakan Magecraft penyamaran pun mulai berbaur dengan orang-orang.

.....

....

...

Di balkon yang ada di suatu rumah mewah tertentu yang ada di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

Berbeda, tapi bisa di bilang hampir sama, dengan kondisi dari Cornelia dengan Sabernya, Vestia Zeta pun sedang mengalami hal yang sama dengan Servant miliknya.

Hanya saja, berbedanya di sini itu, sementara Saber of Black berada di posisi Cornelia, di sisi lain, Zeta malah berada di posisi Saber of Red, sebagai seseorang yang baru saja menciptakan sebuah masalah.

"Master, apa seorang Agen benar-benar melakukan tindakan yang tercela seperti ini?"

"Ti-tidak. Bu-bukan begitu. A-aku bisa menjelaskannya."

Namun, karena nada suara yang digunakan olehnya tidak begitu meyakinkan, Saber of Black hanya bisa menghela nafasnya dengan penuh keletihan saja.

Lagi pula, dirinya memang tahu dan sadar, kalau Masternya ini adalah seseorang ceroboh, tapi dirinya masih tidak pernah menyangka, kalau gadis tersebut bisa seceroboh ini.

"Jujur saja, mengikuti sebuah ritual aneh dan mengabaikan tugas yang diberikan oleh atasan mu sendiri, sampai-sampai menyebabkan masalah berskala besar bagi organisasi mu sendiri."

Semakin Saber membacanya, semakin frustasi juga dirinya, karena dia akhirnya sadar, kalau kata "ceroboh" saja bahkan sudah tidak bisa menggambarkan seberapa cerobohnya Masternya ini.

"Ta-tapi itu bukan salahku... Itu salah mereka! Mereka dengan seenak jidatnya terus saja mengatur hidupku, seakan-akan aku hanyalah alat bagi mereka untuk memajukan organisasi yang mereka miliki."

Mendengar kata-kata tersebut, helaan nafas kembali keluar dari mulutnya, karena selain menyadari hal yang ada di atas, Saber pun cukup sadar, kalau posisi Masternya ini di dalam organisasinya benar-benar sangat tidak adil sama sekali.

Lagi pula, membebankan begitu banyak tugas kepada seorang gadis muda yang usianya saja bahkan belum genap dua puluh tahun, di mana dia juga bahkan tidak di izinkan untuk membentuk sebuah kelompok dengan agen yang lainnya, dan masih banyak lagi, hal-hal yang benar terlihat seperti membuat Masternya ini terisolasi di dalam organisasinya itu.

"Oke, baiklah. Aku akan membantumu mengurus orang-orang ini."

"Ehh!? Benarkah!? Aku sangat mencintaimu, Saber!!" Suasana hati yang dimiliki oleh Zeta segera berubah seratus delapan puluh derajat, sampai-sampai sedikit membuat Saber berpikir, kalau yang sebelumnya itu mungkin saja hanya tipuannya saja.

Namun, itu hanyalah pemikirannya sesaat, begitu pula dengan kegembiraan yang dirasakan oleh Zeta, karena...

"Tapi kamu juga perlu ingat, kalau setelah permasalahan ini selesai, kamu perlu belajar mengakui kesalahan mu sendiri. Apa kamu dengar aku, Master?"

"Ya, ya, ya. Aku dengar, aku dengar. Tenang saja, Vestia Zeta adala–"

Namun, seperti kecerobohannya itu tidak mengenal batas, pada saat gadis tersebut ingin kembali sedikit menyombongkan dirinya, secara aneh dan tiba-tiba, dia malah terpeleset, yang untuk memperburuk segalanya, gadis itu malah terjatuh ke arah Saber, yang untuk semakin memperburuknya, keduanya entah bagaimana malah terjatuh dari lantai dua, di mana secara aneh malah berakhir terjatuh tepat di kolam renang.

*Byuuurr!*

Saber yang pada awalnya mencoba untuk melihat Masternya dengan sedikit rasa hormat, sedikit rasa hormat itu segera menghilang tanpa sisa, ketika hal tersebut di gantikan oleh kejengkelan.

"Neh, neh, Master~ Apa kamu tahu? Kalau kucing itu, mereka sangat rentan terhadap air dingin."

"Siapa yang kamu panggil kucing!? Aku ini bu–" Namun, sama seperti yang tadi, tapi kali ini kata-kata dari Zeta terhenti, dikarenakan suhu dari air yang ada di kolam itu yang secara tiba-tiba turun dengan sangat drastis, hingga menyebabkan setengah tubuh dari agen yang malang itu membeku.

Kemudian, setelah melampiaskan kekesalnnya, bersama Zeta yang masih tampak syok dengan kejadian yang baru saja terjadi di kolam renang, Saber memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan di sekitaran kota itu.

.....

....

...

Di suatu sawah tertentu yang ada di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Dua orang pria bisa terlihat sedang berjalan-jalan dengan sangat santai di sawah yang tidak begitu luas itu, sambil di temani oleh cahaya matahari pagi yang terasa menyegarkan.

"Ini sangat sulit untuk di percaya, kalau daerah Jawa Barat sudah di dominasi oleh hal-hal semacam ini, sampai-sampai lahan hijau pun benar-benar terasa sangat kecil sekali." Pria yang tampak mengenakan pakaian batik sederhana dengan celana jeans hitam, dia segera menggumamkan hal tersebut dengan penuh keterkejutan, setelah dia melihat hal yang ada di depannya.

Orang lain yang bersama dengannya hanya bisa tersenyum kecut saja, karena... "Kamu memang benar, Lancer. Meskipun perkembangan teknologi memang terbukti sangat membantu umat manusia, tapi hal itu juga memberi dampak yang sangat negatif terhadap mereka."

"Seperti lahan hijau yang semakin sedikit, bukan?"

"Ya, itu benar sekali. Bahkan, jujur saja, aku masih ingat, kalau dua dekade yang lalu, masih sangat banyak lahan hijau di daerah ini. Akan tetapi, hanya dalam dua dekade belakangan ini, kebanyakan lahan hijau tersebut berubah menjadi pemukiman, atau bahkan pabrik, yang dengan seenaknya mencemari lingkungan yang ada di sekitar sini."

"Aku harap di daerah bekas aku memimpin tidak akan menjadi seburuk ini."

"Hahaha, aku harap juga begitu."

Mereka berdua kemudian terus melanjutkan jalan-jalan mereka dalam diam, sambil mencoba untuk menikmati pemandangan dari sawah yang ada di depan mereka.

.....

....

...

Di suatu tempat tertentu yang ada di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

"Neh, Master. Apa kamu yakin dengan hal ini? Itu benar-benar akan sangat buruk tahu, meninggalkan gadis tersebut sendirian di sana."

"Jangan khawatirkan dia, Lancer. Karena, ada beberapa bodyguard miliknya yang sudah menemaninya sejak wanita itu datang menemuiku. Jadi, seharusnya tidak akan terjadi masalah."

"Apa Anda sedang membicarakan tentang orang-orang aneh yang dari tadi terus mengikuti kami?"

"Yup, mereka benar-benar sangat mengganggu."

Mendengar jawaban yang seperti itu dari Masternya, Lancer of Black hanya bisa menghela nafasnya saja, karena dia merasa sedikit rumit dengan hal tersebut.

Lagi pula, pada saat Masternya ini sedang ingin menemaninya jalan-jalan di sekitaran kota ini, secara tiba-tiba muncul seorang gadis aneh, yang mengaku sebagai kekasihnya.

Namun, Masternya ini malah menyangkalnya dan menyebut kalau mereka sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi, di mana hal tersebut sepertinya membuat gadis itu sakit hati, dan akibat dari beberapa hal membawa ke hal yang lainnya, gadis itu malah berakhir menangis, sementara Masternya ini memutuskan untuk pergi meninggalkannya, tanpa terlihat sedikit pun merasa bersalah.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua, tapi menurut saya, bukannya tindakan Anda tadi sudah sangat keterlaluan sekali ya, Master?"

Kali ini, Lancer bisa melihat kebencian yang begitu besar di balik mata heterochromia Masternya ini, yang sedikit mengejutkan dirinya, pada saat Masternya itu mulai menatapnya.

"Apa kamu tahu, Lancer? Aku sudah mencoba untuk memperjuangkannya, tapi dia dengan seenak jidatnya pergi begitu saja dan menikah dengan orang lain. Dan sekarang, secara tiba-tiba kembali dan bilang ingin balikan denganku? Apa kamu pikir, aku ini hanyalah mainan yang bisa di buang dan di ambil begitu saja?"

Lancer benar-benar tidak bisa membalas perkataan dari Masternya itu, karena dirinya tidak menyangka akan menjadi serumit ini.

"Tapi, tunggu sebentar. Anda bilang tadi dia sudah menikah? Terus, kenapa dia meminta balikan lagi dengan Anda?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi yang pasti, tidak peduli apa yang dia lakukan, aku masih tidak akan pernah kembali dengannya lagi. Karena..."

Namun, kata-katanya itu tercekat di akhir, yang sepertinya sih tidak dipermasalahkan oleh Lancer, mungkin karena dia sadar, kalau hal tersebut adalah sesuatu hal yang tidak ingin di bicarakan oleh Masternya.

Mereka berdua kemudian terus melanjutkan jalan-jalan mereka, hingga langit mulai berubah menjadi warna jingga.

=-----=-----=-----=-----=

Author Note:

Yayy!!! Update lagi!!

Untuk yang pertama, bab yang seperti ini bakal ada dua hingga tiga bab kali, karena author hanya ingin memberikan gambaran slice of life dari setiap Master dan Servant yang ada.

Kemudian, di bab kali ini author memutuskan untuk mengambil empat POV dari peserta HGW yang ada, di mana mungkin di bab selanjutnya masih akan tetap sama.

Sementara alasan untuk kenapa ada POV yang panjang dan pendek, itu hanya karena author merasa, kalau POV mereka itu tidak begitu penting, yang intinya sih, sebagian karakter yang akan memiliki peran besar di dalam arc ini, kira-kira bakal memiliki POV yang panjang.

Terus juga, author ingin meminta saran kepada kalian semua, mengenai Parameter, Class Skill, Personal Skill, dan Nobla Phantasm, yang akan dimiliki oleh Jaka Tingkir, kalau saja orang tersebut menjadi seorang Servant.

Dan yang terakhir, author hanya ingin menyampaikan saja, kalau selama seminggu ini, kemungkinan besar author gak bakal update, karena author yang sedang kehilangan mood untuk menulis.

Selain itu, author juga sedang sangat sibuk dengan urusan author di RL. Tapi, itu juga bukan berarti tidak akan ada bab sama sekali, kalau memang author ada niat dan ada waktu, mungkin author bakal nulis dan up, seperti bab yang ini.

Itu aja sih yang author ingin sampaikan, dan bagi kalian yang ingin mendukung author, kalian bisa traktir author di akun trakteer milik author yang bisa kalian akses melalui BIO IG author @Panagakos_Void.

Sampai jumpa lagi di bab selanjutnya! Adios~!