Chapter 3 - Bab 3

Hari ini sungguh melelahkan. Nara berjalan pulang dengan kaki sempoyongan, mood hancur dan perut yang meronta. ini semua karna kejadian di apotek tadi.

Setelah Pria berkulit hitam yang mengaku bernama Adam tadi keluar, dia meminta maaf pada Zenith dan para penduduk. Dia berkata jika semua yang dia lakukan sebelumnya adalah karena mengkhawatirkan tuan mudanya yang sedang sekarat.

Dia juga berkata bahwa mereka sebenarnya adalah bangsawan dari kerajaan tetangga yang ingin berkunjung. Namun saat mereka sampai diperbatasan, mereka melihat jika jembatan penghubung dua kerajaan sudah rusak dan tidak dapat dilalui, jadi mereka mengambil jalan memutar melewati hutan didekat desa ini.

Dan alangkah buruknya nasib mereka karna bertemu dengan binatang sihir tingkat S yang sangat kuat. mengakibatkan tuan muda mereka terluka parah. Untung saja desa ini memiliki perawat cakap sehingga tuan mereka dapat diselamatkan.

Setelah mendengar penjelasan pria itu, entah bagaimana sikap kepala desa dan penduduk berubah 180 derajat. Mungkin karena mereka kagum dengan sikap pria itu. Didunia ini tidak ada bangsawan yang mau memberi wajah pada penduduk biasa. Namun pria itu bersedia berlutut bahkan mengakui kesalahannya.

Akhirnya penduduk desa menyambut mereka dengan meriah di balai hingga sore hari.

"Untung saja aku tadi sempat menjual ramuan penurun panas... "

"Tapi jadi tidak sempat ke pandai besi dan mencari tanaman obat bersama Lilia". keluh Nara sepanjang jalan pulang. Sebenarnya hari ini dia berencana untuk melihat perabotan yang sudah dia pesan dari pandai besi dan setelah itu dia akan pergi kehutan bersama Lilia untuk mencari tanaman obat. Tapi semua rencananya gagal karena kejadian tadi.

Hari ini Nara mendapat 50 Teil hasil menjual 26 botol ramuan yang tadi dia bawa. Itu cukup banyak, mengingat penghasilan rata rata warga disini hanya 80 teil perbulan.

...

Begitu sampai dirumah, hari sudah semakin gelap, menyisakan sedikit rona jingga diatas sana.

Saat melihat Kediaman keluarga Greyrat, itu terlihat begitu hangat. Lampu sudah menyala dan terdengar suara anak kecil yang tertawa lepas. Itu pasti Rudeus. Pikir Nara yang tersenyum karena teringat tingkah lucu pria kecil itu.

Paul, Zenith dan Lilia memang tadi pamit pulang terlebih dahulu, dengan alasan meninggalkan Rudeus sendirian dirumah. Dan yah itulah kenapa rumah mereka sekarang terlihat sangat hidup.

Setelah mengalihkan pandangan dari kediaman Greyrat menuju bangunan rumah didepannya. Senyum ringan itu menghilang. Rumah ini sangat menyedihkan terlihat reot, dingin dan sepi.

Nara menghela nafas lemah lalu beranjak masuk. Meletakkan keranjang di sudut ruangan, menghidupkan lampu, lalu merebus air untuk membersihkan tubuhnya.

'Tadi pagi, aku hanya memakan sayuran dengan saus kacang. Malam ini aku ingin makan yang sedikit lebih berat'. Pikir Nara seraya berjalan mengambil satu biji jagung dan satu bibit ubi ungu. lalu membawanya ke halaman belakang.

Mencoba memanfaatkan sihirnya, Nara membuat biji jagung dan bibit yang tadi dia bawa tumbuh subur lebih cepat. tanah halaman belakang rumahnya adalah tanah hitam yang memiliki unsur humus yang tinggi. dengan bantuan mana yang disuntikkan dengan sihirnya, tidak diragukan lagi jika jagung dan ubi yang dia tanam ini pasti terasah sangat manis dan kaya vitamin.

Nara Membungkuk untuk menggali Ubi ungu didepannya dan tak lupa memetik daunnya yang terlihat sangat segar, karna FYI, itu juga bisa dimasak, dikehidupan sebelumnya neneknya pernah memasak ini untuknya.

Setelah selesai dengan semua itu, Nar berdiri dan memetik jagung. total ada 4 buah jagung dan 6 buah ubi. ini cukup sampai besok pagi. Jadi dia tidak perlu pusing besok harus makan apa.

Malam ini Nara melahap ubi dan jagung rebus dengan rasa puas. jagungnya manis dan sangat berair. ubi ungu pun tidak kalah manis. ditambah lagi dengan daun ubi jalar yang dia campur dengan orek telur. ditumis menggunakan bawang putih dan cabai. itu sangat nikmat. Di momen-momen seperti ini, Nara ingat sahabatnya dulu yang selalu berkata "Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan" sambil memukul-mukul meja saat memakan sesuatu yang enak.

Selesai makan Nara membersihkan tubuhnya dengan rebusan daun sirih seperti malam-malam sebelumnya. Lalu beranjak ketempat tidur dan tak perlu menunggu lama, alam mimpi sudah menghampirinya.

.....

Keesokan paginya seperti biasa Nara dibangunkan oleh suara Paul yang sedang berlatih. Sekarang dia sudah terbiasa dengan suara ini, tidak seperti pertama kali dia menempati tubuh ini, itu terasa sangat mengganggu dan menyebalkan.

Nara bangun dan duduk diranjangnya. Berusaha menahan kantuk yang belum terselesaikan. Setelah merasa sadar sepenuhnya dia lanjut membersihkan rumah lalu sarapan dengan sisa makanan semalam.

Hari ini Nara akan pergi mencari tanaman obat bersama Lilia. Yah... ini semua karena sebelumnya dia berangkat seorang diri dan berakhir hampir mati karena diserang binatang sihir. Dia tidak akan pernah mau mengulangi kesalahannya itu lagi.

Tidak ingin berakhir seperti sebelumnya, kali ini dia membawa beberapa perlengkapan seperti ramuan yang dapat menciptakan bau menyengat yang sangat tidak disukai hewan. Dan beberapa batu api . Ketika sudah siap, Nara memasukkan perlengkapan itu kedalam ruangnya lalu beranjak pergi kekediaman Greyrat terlebih dahulu.

Masih pagi, tapi saat Nara sampai dirumah itu suasana sangat hidup. Atau mungkin sebenarnya biasa saja bagi orang lain, tapi karena suasana disana sangat berbeda dengan suasana rumahnya jadi Nara menganggap itu sangat hidup.

Paul terlihat sedang berlatih pedang dengan membiarkan tubuh bagian atasnya terpampang. Bahunya terlihat lebar dan kokoh. Bahunya yang berotot terlihat mengintimidasi. Ditambah dengan dada bidangnya yang berkeringat. Cukup untuk membuat Nara menarik nafas berat. Menahan libidonya.

"Selamat pagi Lady Nara" sapa ramah Paul saat melihat kedatangan Nara. Paul memanggilnya Lady karena menurut informasi para penduduk, suami Nara dulu adalah seorang bangsawan.

"Selamat pagi Duke Paul" balas Nara yang terkesima dengan suara berat paul. Benar saja, lelaki ini selalu bisa membangkitkan sesuatu yang tidur didalam dirinya.

.....

"Apa anda mencari Zenith ?, dia sudah berangkat dari fajar tadi." kata Paul saat melihat Nara melamun.

"... Oh .. O.. bukan.. bukan.. Saya ingin menemui Lilia karena kami sudah berjanji akan mencari tanaman obat bersama di hutan " jawab Nara tergagap pada awalnya.

Paul memasukkan pedangnya lalu meletakkan tangannya di dagu, terlihat berpikir.

Tak lama, dia menjelaskan.

"Aku menyuruh Lilia untuk menemani Zenith beberapa hari ini. Bangsawan dari kerajaan sebelah itu terlihat mencurigakan..". Lilia memang pandai bermain pedang.

"bagaimana jika aku yang menemanimu?" tambah Paul setelah menimbang beberapa saat.

'Dug

Nara linglung sejenak. Hatinya terasa berdesir saat mendengar ucapan Paul. Entah keberanian dari mana. Tapi dia merasa ini adalah sebuah kesempatan.

"ji.. Jika Duke tidak keberatan. Tapi.. Nyonya.." Nara sedikit ragu untuk mengatakannya. Ia tak ingin membuat rumor yang tidak-tidak.

Tau apa yang dipikirkan Nara, Paul segera menjelaskan "Zenith akan mengerti. Saya sudah sering mendapat misi pengawalan seperti ini."

"baiklah jika memang seperti itu, mohon bantuannya". jawab Nara sambil membungkuk memberi hormat.

"tunggu disini sebentar" ucap paul berlari kedalam rumah.

.

.

.

.....