Chapter 4 - Bab 4

Nara berjalan semakin dalam menuju hutan. sesekali dia memungut tanaman obat yang dikenalinya, mulai dari yang berbentuk akar-akaran, tanaman merambat, buah, rempah hingga jamur yang dikenalinya semua tak luput diambil.

Hutan disini masih sangat asri, walaupun tidak terlalu jauh dari pemukiman warga, tapi pohon-pohon disini tumbuh dengan subur menandakan bahwa aktifitas manusia di hutan ini masihlah jarang. Pohon-pohonnya yang menjulang tinggi dan besar mengingatkan Nara pada film Lord of the ring yang pernah dia tonton dikehidupan yang dulu.

Tidak seperti sebelumnya, Nara tak perlu khawatir lagi sekarang. Karna Paul Greyrat selalu ada dibelakangnya. Berjalan sambil mengawasi dengan pedang yang bertengger rapih dipinggangnya. Selama perjalanan banyak sekali hal tak terduga yang Nara lihat. Paul ternyata adalah orang yang suka berbicara dan sedikit narsis. Itu berbeda dari perawakannya yang terlihat maskulin dan dingin.

Mulai dari awal keberangkatan hingga sekarang ini, dia terus berbicara. Mulai dari kisah cintanya sampai fakta bahwa Lilia sebenarnya adalah teman seperguruannya saat di academic dulu.

"... Yah begitulah, setelah Lilia mengalami cidera, dia tidak bisa lagi menjadi petarung, setelah memutuskan keluar dari akademi dia mencari pekerjaan dan berakhir menjadi Maid di keluarga kami, bagaimana dengan Lady. Apakah punya cerita?" Tanya Paul saat mengakhiri ceritanya.

Setelah berpikir sejenak Nara mulai bercerita "sebenarnya, sebelum aku membangunkan inti manaku, aku mengalami sedikit kecelakaan yang membuatk..." kata-kata Nara terhenti saat Paul tiba-tiba memberi isyarat padanya dengan tangan lalu mengangkat pedangnya. mengambil posisi.

Hal ini membuat Nara menegang. Terlebih saat semak-semak tak jauh dari mereka mengeluarkan suara gemrisik. Jantungnya berpacu sangat cepat seakan meronta mmemaksa keluar.

Paul dengan cepat meraih Nara dan menyuruhnya berlindung dibelakangnya. Pedang yang tadi bersarang rapih dipinggangnya, sekarang mengacung tinggi bersiap memulai pertarungan.

Entah apa yang ada di balik sana, tapi dapat dirasakan dari aura mencekam yang mengiringi kehadirannya, itu pasti bukan binatang sihir level rendah.

Suasana yang tadinya sunyi seketika pecah saat sosok besar dibalik sana melompat ke arah mereka berdua. Paul dengan sigap membawa Nara dalam pelukannya dan melompat menjauhi sosok itu.

Beruang dengan tinggi lebih dari 10 meter berdiri dihadapan mereka. Atau lebih tepatnya, binatang mirip beruang yang memiliki satu tanduk dan ekor panjang. Belum lagi cakar panjang dengan sedikit noda darah yang sudah mengering dan gigi tajam yang siap mencabik kapanpun.

"Lady, bersembunyi!!"

Paul melepas Nara dari pelukan lalu menyuruhnya bersembunyi. Nara yang ketakutan tanpa berpikir panjang berlari ke arah pohon paling besar yang bisa dia capai lalu bersembunyi dibaliknya.

Disisi lain, Paul berlari kearah binatang buas itu dan menyerang sedemikian rupa. Namun entah sekeras apa kulit beruang itu yang bahkan tidak meninggalkan bekas walaupun pedang Paul sudah berkali-kali mengenainya.

Paul tidak menyerah. Dia melompat keatas pohon yang paling dekat dengan binatang itu. Berusaha menyerang bagian kepalanya. Namun perhitungannya salah, saat dia masih mengumpulkan Mana dipedangnya. Pohon tempatnya berdiri dipukul menggunakan cakar besar beruang itu hingga hancur berkeping-keping.

Beruang itu terlihat sangat marah. saat Paul terjatuh, cakar beruang itu dengan tepat sasaran mengarah padanya. Paul terlempar sekitar lima meter jauhnya dari tempat dia seharusnya jatuh. namun tidak sampai disana, beruang itu dengan gesit mengejarnya dan menindih tubuh Paul dengan kaki depannya diikuti raungan panjang seakan merayakan.

Nara yang sedari tadi melihat itu tak bisa menahan diri untuk tidak merinding ketakutan, walaupun jiwanya laki-laki dia belum pernah melihat hal semacam ini. Seberapa kuat dan mengerikannya binatang buas di dunia ini.

Paul masih sadarkan diri namun sepertinya dia menderita luka yang cukup mengerikan. Dia terlihat sangat mengenaskan dibawah sana.

Setelah auman panjang, binatang itu tiba-tiba membuka mulut. Mencoba mengarahkan taring tajamnya kearah Paul.

"Tidak.. Tidak.. Nooooo" Nara yang melihat itu segera berlari kearah mereka dan mengendalikan tanaman disekitarnya untuk menjerat Beruang itu. Sebenarnya dia tidak ingin orang lain melihat kemampuannya ini, namun sekarang nyawa Paul sedang dalam bahaya. Dia tidak punya pilihan lain.

Segala jenis tanaman disekitar sana seakan disuntik dengan mana yang sangat besar, membuat mereka dapat bergerak bebas dan tumbuh lebih cepat. Berlomba satu sama lain untuk mencekal binatang buas yang ingin memakan Paul itu.

Benar saja itu cukup efektif. Beruang itu terseret menjauh karna banyaknya jeratan yang melilitnya. Tapi tentu saja itu tidak akan bertahan lama terlebih lagi karena amarahnya semakin meninggi saat menyadari dia tidak bisa bergerak.

Menyadari hal itu, Nara segera berlari ke arah Paul dan membantunya berdiri. Dengan tubuh gemetar ketakutan, dia membopong Paul dan menyeretnya pergi menjauh.

dibelakang raungan binatang itu menggelegar membahana membelah sunyinya hutan.

Nara Belum pernah merasakan ketakutan seperti ini sebelumnya. dia tidak tau harus berbuat apa, Berjalan sejauh mungkin adalah satu-satunya solusi yang ada dibenaknya. Disisi lain dia dapat merasakan bahwa tumbuhan yang sedang mengikat binatang itu perlahan terkoyak dan hancur.

Paul saat ini hampir kehilangan kesadaran karna lukanya terlalu parah jadi pergerakan mereka sangat lambat. Nara tak punya pilihan lain. Tanpa berpikir panjang dia membawa Paul bersembunyi di salah satu sela pohon besar tak jauh dari mereka.

Pohon itu sangat besar. Dan tak disangka jika celah antar akar yang mereka masuki membawa mereka pada lubang yang sepertinya adalah sarang seekor binatang.

Lubang itu cukup besar setidaknya cukup untuk mereka berdua berbaring didalamnya. Dan mereka cukup beruntung karna lubang itu kosong. Nara memaksa paul untuk memasuki lubang itu. Dia tahu Paul akan kesakitan, tapi jika mereka mengambil posisi kepala masuk lebih dulu. Itu sama saja bunuh diri karna mereka akan kehabisan udara. Jadi dia membimbing paul untuk memasukkan kakinya terlebih dahulu kemudian dia memasuki lubang itu.

Untuk menutupi keberadaan mereka, dingan sisa tenaganya Nara membuat sela akar dipohon itu menutup hanya menyisakan sedikit lubang untuk masuknya udara.

Nara sedikit menahan nafas untuk mengatur detak jantungnya, karna dia menyadari posisi mereka berdua saat ini sangat ambigu. Walaupun lubang itu cukup besar, tapi itu hanya cukup rendah sehingga mereka berdua hanya bisa dalam posisi tidur, ditambah tubuh paul yang besar mereka harus saling berhimpit. Dan karna tadi paul masuk lebih dulu, posisinya lebih rendah dari Nara yang membuat Paul langsung berhadapan dengan payudaranya.

Entah karna posisi ini atau karena ketakutan yang melandanya. Jantung Nara saat ini berdetak sangat cepat.

"Hrrraaaaaaauuuummmmm.... Gggrrrrr.."

Suara auman dan geraman binatang tadi terdengar begitu dekat, pertanda bahwa dia berhasil merusak jeratan Nara dan sudah mencapai bagian luar lubang tempat mereka bersembunyi. Hal ini membuat Nara sangat takut hingga membuatnya reflek memeluk kepala paul yang tepat berada didepannya.

.

.

.

.....