Chapter 5 - Bab 5

"grrrrr...rrr.....".

Suara binatang itu berat dan mendominasi, sangat menakutkan.

Nara sangat ketakutan, dia memeluk Paul sangat kuat hingga tubuhnya bergetar. Setelah beberapa lama Paul yang masih sedikit sadar dapat merasakan itu, dengan sisa tenaga dia menggerakkan tangannya untuk membalas pelukan Nara dan memberinya tepukan pelan yang menenangkan.

"...tidak apa-apa" paul berkata sangat pelan. karna setelah itu dia benar-benar kehilangan kesadarannya.

Nara tertegun sejenak setelah mendengar ucapan paul, dia benar benar takut sebelumnya dan berpikir bahwa pasti ini akan menjadi akhir untuk hidupnya dikehidupan yang kedua ini. Tapi setelah mendengar suara Paul dia merasa bahwa dia tidak menghadapi ini sendirian.

Nara memeriksa Paul sebentar dan memastikan bahwa dia belum kehilangan nyawanya. hanya pingsan. Nara memeluk lebih erat tubuh paul yang sudah kehilangan kesadarannya itu, menyalurkan semua rasa takut yang dia rasakan. Sebaik mungkin berusaha untuk tidak membuat suara.

.....

Setelah waktu yang cukup lama, dia menyadari bahwa suara diluar sudah menghilang. Itu benar-benar sunyi sekarang. Menyisakan suara-suara serangga yang saling mengobrol. Namun, Saat Nara mengintip dari sela kecil yang tadi dia sisakan untuk jalan masuknya udara, Hari sudah berganti malam dan dia dapat melihat jika binatang itu sedang meringkuk tidak jauh dari sana. Tertidur.

Nara reflek membekap mulutnya sendiri agar tidak bersuara. Dia masih sangat takut pada binatang itu. Sepelan mungkin Nara berusaha merangkak mundur kembali kedalam lubang.

Mereka jelas belum bisa keluar saaat ini. Dia mengambil batu cahaya dari dalam ruang ajaibnya memutuskan untuk mengobati luka paul malam ini.

Posisinya jelas tidak nyaman, dia hanya bisa bergerak dalam posisi merangkak, jadi dia merangkak mundur dan menindih tubuh Paul saat melewatinya. Hal ini membuat libidonya terpacu karena selama ini dia hanya bisa berfantasi tentang tubuh paul yang menggairahkan tapi sekarang secara langsung dapat bersentuhan.

Nara mejamkan matamya. Mencoba untuk memadamkan gelora didalam dirinya. Sekarang, dia harus fokus menyembuhkan Paul. Tidak ada yang lain.

Setelah menghela nafas panjang. Nara mengangkat pakaian yang dikenakan Paul lalu melepasnya. Tubuh paul sangat indah. Namun sayang hampir seluruh tubuhnya dipenuhi memar biru dan cakaran besar di dada sebelah kirinya.

Itu tidak lebih parah dari pasiennya kemarin. Tapi sepertinya cakaran itu sedikit menginfeksi. Terbukti dengan Suhu tubuh paul terasa sangat panas.

....

Aku mengambil cairan daun mint yang tersisa di ruang ajaib namun saat akan meminumkannya. Tiba-tiba saja aku teringat jika aku belum tahu apakah organ dalam paul terluka atau tidak.

Akan sangat berbahaya jika salah memberi obat. Lebih baik jika menggunakan sihir healer dulu sebelum memberinya ramuan.

'heal'

Aku menyentuh tubuh paul dan merajut kembali luka-luka yang ada ditubuhnya. Sial. aku kurang teliti saat memeriksanya tadi, Arteri yang langsung tersambung dengan otak ditubuh Paul hampir terpotong. Itulah penyebab utama dia tidak sadarkan diri dan kehilangan banyak darah.

Namun itu bukan masalah besar. Dia hanya perlu merajutnya sebentar. Setelah beres wajah paul sudah terlihat lebih kemerahan namun luka di bahunya belum di obati. Nara mengambil alkohol di ruangnya lalu membersihkannya terlebih dahulu sebelum menyembuhkannya.

.....

Semua beres.

Tenaganya habis dan Mananya seperti berada dititik terendah dari yang pernah dia rasakan selama ini. Nara sangat lelah. Dia mengambil botol air dari ruangnya. Lalu meminumnya dengan rakus.

Setelah itu dia membaringkan tubuhnya diatas tubuh Paul dan tertidur pulas. Sebenarnya dia ingin mencari posisi lain. Tapi dia sangat lelah sekarang. Mana-nya sudah terkuras setelah pertarungan tadi dan setelah menyembuhkan paul, itu benar-benar habis.

Paul pasti mengerti. Setelah meyakinkan diri. Nara pergi kealam mimpi dengan tenang.

.....

Ding dong...

Ding dong, suara bell dipintu berbunyi. Nara bangkit dari sofa lalu bergegas lari kepintu.

Pasti grabfoodnya sudah datang.

Semua pesanan sudah ditangannya. Tadi dia memesan pizza, ayam krispi MCd, kentang goreng, es boba, seblak, bakso, dan masih banyak lagi.

Tanpa basa basi, Nara membuka kemasan pizza lalu mengambil potongan pertama. Perlahan membawanya lebih dekat kemulutnya. Dengan gigitan besar dia menyambar pizza keju spesial ditangannya.

Hakm..

"Akhhhh...hakkkghh... Lady Nara sakitt"

~~~hmm, kewnapwa keras???

Nara akhirnya membuka matanya. Mengedip beberapa kali. Mencoba memahami situasi.

Tadi setelah mengobati Paul dia kelelahan dan kehabisan mana~

Lalu perlahan dia kehilangan kesadaran. Lalu...

Sekarang...

Semua gelap.

Dia tidak bisa melihat apapun. Hanya mendengar suara nafas seseorang yang menggebu.

"hmm.. Duke.." Nara mencoba memastikan orang itu Paul.

"hahh..hhhahhh.. iyahh.. Hnnonahh" Paul mencoba menjawab dengan nafas memburu. Seperti orang yang sangat keleleahan.

Nara tertegun sejenak. Baru menyadari jika dia sedang tengkurap di punggung seseorang yang sepertinya sedang merangkak.

"Paul.. D..Di mana kita?" sambil bertanya dia mengeluarkan batu cahaya dari ruangnya. Paul yang menyadarinya meletakkan tangannya di punggung Nara lalu perlahan duduk agar Nara tidak terjengkang.

"hahh..hahhhh...khita mhemashuki..." Paul mencoba menjelaskan tapi nafasnya terlalu berat. Sepertinya dia sangat kelelahan. Posisinya sangat tidak nyaman. Dia duduk tapi karena terlalu tinggi dia harus menunduk sampai ke dada.

"Minumlah" Nara mengeluarkan sisa botol air dari ruangnya. Paul hanya meminumnya seteguk, terlihat ragu untuk menghabiskannya. Setelah Nara memberi tahunya jika masih ada beberapa botol lagi baru dia meminumnya dengam rakus.

Saat melihat Paul minum. Nara baru menyadari jika dia merasa sangat lapar. Wajar, mungkin dia tidur sampai berganti hari. Jadi itu membuatnya sangat lapar.

Nara mengeluarkan roti dari ruangnya. dua hari yang lalu Lilia membawakannya daging.

Dia ragu untuk memakannya karena sedang diet. Jadi dia membuatnya menjadi isian roti dan berencana untuk memberikannya pada Lilia sebagai ucapan terimakasih karena membantunya mencari bahan obat dan beberapa untuk Adam karena membuatkan alat alat rumit untuknya. Tapi selama dua hari ini dia belum bertemu mereka berdua jadi dia menyimpannya di ruang.

"Paul makanlah.." dia mengambil satu untuk Paul dan satu untuk dirinya sendiri. Paul memakannya dengan sangat cepat padahal menurutnya ukuran roti itu sangat besar. Dia membuatnya sebesar wajannya. Butuh dua tangan untuk memegangnya. Tapi paul memakannya hanya dengan tiga gigitan saja.

Nara akhirnya mengeluarkan satu keranjang yang rencananya akan dia berikan pada Adam. Didalamnya ada 8 roti termasuk yang dia dan Paul makan tadi. Paul tanpa sungkan mengambil dua lagi dan memakannya bergantain antara tangan kiri dan kanan.

'Pria besar ini punya sisi imut juga ternyata' pikir Nara sepintas.

"Beast itu hanya duduk dipintu masuk kita. Aku sudah menunggunya selama sehari penuh. Dan dia tidak bergerak sama sekali. Jadi aku membawamu masuk lebih dalam kelubang yang ini.... "

"tunggu..tunggu.. Berapa lama aku tidur??" Nara memotong ucapan Paul karena terkejut.

"entahlah.. Aku tidak terlalu memperkirakan. Mungkin sekitar 3 sampai 4 hari".

"hahh.."Nara shock mendengarya.

"Apa kehabisan Mana bisa separah itu??".

"twentu.. Sesweorang bahkan bisa kehilangan nyawanya." jawab Paul sambil mengunyah roti keempatnya.

Sial. Dia tidak pernah memperkirakan ini. Jadi Mana seseorang dapat menentukan kehidupan orang itu.

hikk..hikk..

Lamunan Nara terpecah saat mendengar Paul cegukan.

"Pelan-pelan.. Masih banyak". kata Nara sambil menyodorkan botol minum lain padanya.

.....

Paul saat ini sedang tidur. Nara yang menyuruhnya. Dia merasa kasihan padanya karna sudah menggendongnya sambil merangkak di lubang sempit ini berhari hari. Dia pasti sangat lelah.

Tadi saat ditanya kenapa tidak beristirahat. Paul berkata bahwa sangat berbahaya jika mereka berdua tidak sadarkan diri. Lubang ini sangat misterius. Entah apa yang ada diujung sana. Apapun dapat membunuh mereka saat itu juga. Jadi paul dengan memaksa tubuhnya. Merangkak berhari-hari menuju ujung lubang ini.

Nara duduk sambil menekuk kakinya. Dia menghadap sisi lain dinding lubang itu, jadi kakinya tidak bisa lurus. Dia hanya tidak ingin lengah dan dapat mengawasi kedua arah lubang itu.

Paul tidur dengan kepala disebelah Nara. Keringat membasahi tubuhnya yang setengah telanjang.

'Oh God. Cobaan ini lagi'

Nara benar-benar gelisah saat ini. Tidak ada yang dapat membuatnya mengalihkan perhatian saat ini. Semakin dia menutup mata pikiran kotornya malah semakin bertambah.

'hanya sekali.. Tidak apa apa kan' itulah yang selalu terbesit dipikirannya. Namun dia coba kubur dalam dalam.

Nara menjulurkan tangannya semakin mendekati Paul. Lalu menariknya kembali. 'oke cukup Nara. Kau harus berhenti disini. Atau kau akan merusak segalanya seperti sebelumnya'

Sambil menutup mata dan menarik nafas panjang. Dia mencoba mendoktrin dirinya sendiri.

....

Paul tidur sangat lama. Mungkin sudah 5 jam lamanya. Berapa lama lagi dia akan tidur. Nara mulai menggerutu, dia sangat bosan sekarang.

Sepertinya Paul terlalu kelelahan. dia tidur sangat nyenyak. Sampai tidak sadar jika sekarang kepalanya sudah ada dipangkuan Nara. Bukan karna Nara sengaja melakukannya, tapi Paul sendiri yang memang tidak bisa tidur dengan diam. disisi lain Jantung Nara sudah berdetak tidak karuan.

....