Chereads / Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 57 - Chapter 57

Chapter 57 - Chapter 57

Sore itu, Shirou tiba di depan Hostess of Fertility dengan langkah ringan. Restoran tersebut sudah mulai ramai, dan suasana di dalamnya penuh dengan kegembiraan setelah kemenangan Hestia Familia dalam War Game. Saat Shirou melangkah masuk, pandangannya segera tertuju pada Syr yang berdiri di dekat pintu, menunggunya dengan senyum penuh percaya diri.

"Lihat? Seperti yang kukatakan, Bell pasti menang," kata Syr dengan nada bangga, jelas-jelas ingin menunjukkan bahwa prediksinya tentang kemenangan Bell terbukti benar.

Shirou tersenyum lembut, sedikit menggelengkan kepala dengan kekaguman yang dibuat-buat. "Sepertinya kau benar, Syr. Mungkin Bell bisa menang karena ada sedikit bantuan dari seseorang," ucapnya sambil memberi pujian dengan cara yang lebih dalam. Tentu saja, yang Shirou maksud sebenarnya adalah kalung pelindung yang diberikan Syr kepada Bell, yang diam-diam membantu Bell selamat dari serangan mematikan.

Tetapi Syr, yang tidak sadar dengan makna tersembunyi dari pujian itu, hanya tertawa malu dan melambaikan tangan. "Oh, jangan melebih-lebihkan. Aku tidak pantas dipuji sebesar itu," ucapnya dengan sedikit rasa canggung, tampaknya menganggap Shirou hanya bercanda.

Shirou hanya tersenyum menanggapi sikap polos Syr, lalu memutuskan untuk segera ke lantai atas untuk berganti pakaian. Dia harus segera mengenakan seragam pelayan hijaunya sebelum mulai bekerja.

Setelah mengenakan seragamnya, Shirou turun kembali ke lantai bawah dan menemukan suasana yang semakin meriah. Tak lama setelah dia kembali ke ruang utama, Ryuu tiba di restoran, wajahnya tetap tenang meski baru saja terlibat dalam pertempuran besar.

Anya, yang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk membuat keributan, menyambut kedatangan Ryuu dengan meniup terompet kecil, seolah-olah sedang mengadakan perayaan besar untuknya. "Selamat datang, pemenang!" serunya dengan antusias, sambil tertawa gembira.

Chloe, yang biasanya lebih santai, kali ini mengubah sikapnya menjadi serius, meski hanya untuk candaan. Dengan nada formal dan penuh penghormatan, Chloe membacakan sambutan seolah-olah Ryuu adalah pahlawan yang baru saja pulang dari medan perang. "Terima kasih atas kontribusimu yang luar biasa dalam War Game, Ryuu. Tanpamu, kemenangan ini mungkin tidak akan terjadi," ucapnya sambil sedikit menundukkan kepala, lalu langsung tertawa kecil.

Ryuu hanya bisa berdiri di sana dengan wajah sedikit memerah. Meskipun dia selalu tenang, perhatian seperti ini jelas membuatnya merasa sedikit malu.

Sementara itu, Syr dan Shirou, yang menyaksikan tingkah teman-temannya, tertawa kecil di sudut ruangan, menikmati momen kebersamaan yang hangat tersebut.

Shirou mendekati Ryuu dengan senyum hangat setelah melihat betapa tenangnya dia di tengah perayaan. "Selamat atas kemenanganmu," ucap Shirou dengan tulus. Meskipun Ryuu selalu tampak tenang dan bersahaja, Shirou tahu betapa besar perannya dalam membantu Hestia Familia memenangkan War Game.

Ryuu, seperti biasa, merendah dan menggelengkan kepala. "Aku hanya membantu sedikit," katanya dengan tenang. "Bell-lah yang paling berjasa. Dia yang membawa kemenangan untuk Hestia Familia." Nada suaranya menunjukkan ketulusannya, seolah dia benar-benar tidak menganggap kontribusinya sebesar itu.

Lunoire, yang mendengar percakapan mereka, menatap Ryuu dengan penuh kekaguman. "Kau tetap luar biasa, Ryuu," pujinya. Kemudian, dengan nada menggoda, dia bertanya, "Apa kau juga mendapatkan bagian dari hasil kemenangan War Game? Dengan semua kekayaan yang dimiliki Apollo Familia, pasti ada banyak yang dibagi." Wajahnya menunjukkan rasa ingin tahu yang tulus, namun ada senyum kecil yang menandakan candaan di balik pertanyaannya.

Shirou yang berada di dekat mereka, segera teringat apa yang akan terjadi jika Apollo Familia menang. Bell akan dipaksa bergabung dengan Apollo Familia, dan Shirou tidak bisa membayangkan hal itu. Namun sekarang, giliran Hestia Familia yang menang, dan Shirou penasaran. "Kalau Hestia Familia menang, apa yang sebenarnya mereka inginkan dari Apollo Familia?" tanyanya.

Ryuu menjawab dengan singkat, "Semuanya." Jawaban pendeknya membuat semua orang yang mendengar terkejut.

Anya, yang selalu bereaksi dengan penuh antusias, langsung membuka matanya lebar-lebar. "Tunggu... 'semuanya'?" tanyanya sambil terbelalak. "Apa itu berarti semua harta Apollo Familia akan menjadi milik Hestia Familia?" Suaranya dipenuhi rasa tak percaya.

Ryuu mengangguk tenang, seperti biasa, dan menambahkan, "Ya, semua aset Apollo Familia akan disita, dan selain itu, Apollo Familia akan dibubarkan. Apollo sendiri juga diusir dari Orario." Perkataan Ryuu yang disampaikan dengan tenang ini membuat suasana di ruangan sedikit tegang.

Mendengar hal itu, Shirou merasa senang untuk Hestia Familia. Shirou tahu kalau markas mereka sebelumnya yaitu gereja tua sudah hancur lebur akibat pengepungan Apollo Familia. Karena mereka menang War Game, sekarang Hestia Familia dapat tinggal di mansion besar yang dimiliki Apollo Familia sebelumnya.

Lunoire, yang belum puas dengan jawabannya, mendesak lagi sambil tersenyum lebar. "Tapi kau belum menjawab pertanyaanku, Ryuu. Apollo Familia itu kan cukup kaya. Pasti ada yang kau dapat, kan?" Dia mengedipkan mata, memancing jawaban dari Ryuu dengan candaan.

Akhirnya, Ryuu tersenyum kecil, dan dengan tenang menjawab, "Ya, aku mendapatkan jatah yang lumayan." Meski sederhana, jawaban itu cukup untuk memancing reaksi dari para pelayan yang mendengarkan.

Syr, yang berdiri di dekatnya, tak mau ketinggalan dalam suasana riang ini. Dengan mata berbinar-binar, dia mencandai Ryuu, "Kalau begitu, Ryuu, kau bisa mentraktir kami untuk belanja pakaian, kan?" ucapnya sambil tersenyum jahil.

Yang mengejutkan, Ryuu merespons candaan itu dengan serius. "Baik, aku akan mentraktir kalian," jawabnya tanpa sedikit pun tanda bercanda, membuat Syr terkejut.

Anya, yang tak bisa menahan kegembiraannya, langsung bersorak senang. "Yay! Aku tak sabar untuk pergi belanja!" Seru Anya dengan riang, langsung membuat suasana di Hostess of Fertility semakin hidup.

Syr, yang tampak senang dengan ide Ryuu mentraktir mereka belanja, segera mengusulkan, "Bagaimana kalau kita pergi besok, di akhir pekan? Itu saat yang tepat karena kita libur." Syr tersenyum riang, matanya berkilau penuh antusiasme, berharap semua orang setuju dengan rencananya.

Chloe, yang selalu suka menggodai orang, tidak melewatkan kesempatan ini untuk menggoda Shirou. Dengan senyum nakal, dia berkata, "Shirou, kau benar-benar beruntung! Kau akan ikut belanja bersama kami, dikelilingi wanita-wanita cantik. Tidak banyak pria yang bisa mengalami itu, kau tahu?" ucapnya dengan nada menggoda.

Shirou, yang tak menduga dirinya akan dilibatkan dalam rencana tersebut, sedikit terkejut mendengar candaan Chloe. Wajahnya menunjukkan ekspresi kaget dan sedikit canggung. "Eh, aku?" katanya, berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan Chloe. Dengan cepat, Shirou mencoba menolak dengan sopan. "Ah, mungkin lebih baik kalian pergi saja sendiri. Lagipula, belanja pakaian itu lebih cocok untuk kalian. Aku tidak perlu apa-apa," ujarnya dengan nada lembut, berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun.

Namun, Ryuu tidak membiarkan Shirou lolos begitu saja. Dengan tenang dan tegas, Ryuu berkata, "Tidak, Shirou. Kau harus ikut. Kau sudah menjadi bagian dari Hostess of Fertility sekarang." Ucapannya jelas menunjukkan bahwa bagi Ryuu, Shirou adalah bagian dari keluarga kecil mereka, bukan sekadar pelayan sementara.

Mendengar kata-kata Ryuu yang tulus itu, Shirou merasa tersentuh. Dia tak menyangka Ryuu akan bersikeras mengajaknya dan menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka. "Terima kasih, Ryuu," ucap Shirou dengan suara lembut, penuh rasa syukur. Perasaan diterima di antara mereka membuat Shirou merasa lebih dekat dengan teman-temannya.

Syr, yang tak pernah kehilangan kesempatan untuk menggoda Shirou, tersenyum nakal dan menambahkan, "Lagipula, Shirou, kau mungkin yang paling butuh belanja di antara kita semua. Pakaianmu itu-itu saja, selalu tunic yang sama." Candanya membuat seluruh ruangan dipenuhi tawa. Dia benar-benar menikmati momen itu.

Anya, yang senang ikut dalam candaan, langsung setuju dengan Syr. "Benar sekali! Shirou, kau harus ikut. Ini kesempatan bagus untuk memperbarui gaya pakaianmu!" Anya tertawa lebar, memperkuat godaan Syr.

Shirou, yang kini merasa dirinya benar-benar tak punya alasan untuk menolak, hanya bisa tersenyum kecil dan mengangguk, menyadari bahwa ia memang tak bisa melawan semangat teman-temannya yang ingin dia ikut serta.

Keceriaan di Hostess of Fertility tidak berlangsung lama. Suasana riang itu tiba-tiba berubah ketika sosok besar dan berwibawa muncul dari dapur—Mama Mia. Semua pelayan yang tadinya tertawa dan bercanda segera terdiam begitu melihat pemilik restoran tersebut keluar dengan ekspresi serius. Kecuali satu orang yang tidak menyadari kehadiran Mama Mia.

Anya, yang masih asyik tertawa tanpa menyadari bahwa Mama Mia sudah mendekat, tiba-tiba merasakan tangan besar menggenggam kepalanya. Tawanya seketika berhenti saat dia menyadari siapa yang berdiri di belakangnya.

Mama Mia, dengan nada tegas dan penuh otoritas, memarahi Anya. "Hei, Anya! Pelanggan sedang ramai dan kau malah santai-santai di sini?" serunya dengan suara keras. "Cepat bersihkan kamar mandi!" Tak ada ruang untuk membantah, Anya langsung berlari dengan tergesa-gesa, terbirit-birit menuju kamar mandi sebelum Mama Mia menjadi lebih marah.

Setelah Anya pergi, Mama Mia kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Ryuu, yang baru saja tiba dan masih disambut oleh teman-temannya. Tanpa mempedulikan bahwa Ryuu baru saja membantu memenangkan War Game, Mama Mia langsung memarahinya karena datang terlambat. "Ryuu! Jangan kira kau bisa bersantai karena menang War Game. Masih banyak yang harus dikerjakan, sekarang cepat bekerja!" serunya dengan nada keras tapi penuh tanggung jawab.

Ryuu tak bisa membantah perintah Mama Mia. Dengan patuh, dia langsung kembali bekerja, memulai tugas-tugasnya melayani pelanggan. Syr, Chloe, dan Lunoire yang juga berada di sana, tak luput dari perhatian Mama Mia. Dengan suara yang tegas namun biasa untuk mereka dengar, Mama Mia menyuruh ketiganya kembali ke pekerjaan mereka. "Kalian bertiga, jangan hanya berdiri di sana. Pelanggan menunggu!" Seruan itu segera diikuti oleh Syr, Chloe, dan Lunoire yang dengan cepat bergerak untuk melayani para tamu.

Setelah semua pelayan kembali ke tugas mereka masing-masing, hanya Shirou yang tersisa di tempat itu, berdiri sendiri. Mama Mia, yang sekarang berdiri di depannya, tersenyum lebar dan tanpa berkata apa-apa langsung menarik Shirou ke dapur. "Kau datang tepat waktu, Shirou!" katanya dengan nada puas, sambil tertawa. Shirou, meskipun awalnya agak kaget, mengikuti Mama Mia dengan patuh.

Berbeda dengan pelayan tetap lainnya, Shirou bukanlah pekerja tetap di Hostess of Fertility. Namun, dia sering datang untuk membantu mereka. Dan Mama Mia selalu senang melihat Shirou datang untuk bekerja di dapur, terutama ketika restoran sedang ramai karena perayaan seperti hari ini.

Dengan Shirou yang kini membantu di dapur, Mama Mia tahu bahwa pekerjaannya akan menjadi sedikit lebih mudah, dan meskipun suasana sempat berubah dari ceria menjadi serius, ada rasa tenang di antara para pelayan bahwa semuanya akan berjalan lancar dengan Shirou membantu di belakang layar.

Ryuu kali ini mendapat tugas di kasir. Dengan sikap tenangnya, dia menerima pembayaran dari pelanggan yang datang dan pergi, menghitung koin dan mengelola uang dengan efisien. Meski tugasnya tampak sederhana, Ryuu melakukannya dengan ketelitian yang sama seperti saat bertarung.

Sementara itu, di dalam dapur, suasana sibuk terasa ketika Syr, Chloe, dan Lunoire secara bergantian datang menyampaikan pesanan para pelanggan. Mereka bergerak cepat, mencatat pesanan dan membawanya kepada Mama Mia dan Shirou yang sedang bekerja keras menyiapkan makanan.

Di dapur, Shirou dan Mama Mia bekerja dalam sinkronisasi sempurna. Dengan gerakan cekatan, mereka memasak pesanan demi pesanan tanpa henti. Shirou dengan terampil menyiapkan masakan, sementara Mama Mia mengawasi dan memastikan bahwa setiap hidangan keluar dalam kondisi terbaik.

Syr, yang datang untuk mengambil salah satu pesanan yang sudah siap, tersenyum cerah ketika melihat hasil masakan Shirou. "Masakanmu selalu terlihat enak, Shirou," puji Syr sambil mengamati hidangan yang siap disajikan. Dia mengambil nampan dengan hati-hati dan membawanya kepada pelanggan yang menunggu.

Mama Mia, yang sedang memasak di samping Shirou, menyahut dengan suara rendah namun penuh rasa bangga. "Syr benar, Shirou. Kau selalu bisa diandalkan di dapur. Makanan yang kau buat selalu tepat waktu dan rasanya luar biasa," katanya sambil terus mengaduk panci di depannya.

Shirou hanya tersenyum mendengar pujian itu. "Terima kasih," balasnya dengan rendah hati. Meski mendapat pujian dari Syr dan Mama Mia, dia tetap fokus pada pekerjaannya, memastikan setiap pesanan pelanggan siap tepat waktu

Saat malam tiba, mereka semua telah bekerja keras sepanjang hari, melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Shirou merasa puas bisa membantu di dapur, dan meskipun lelah, suasana kerja sama di Hostess of Fertility selalu membuatnya merasa hangat dan diterima.

Saat malam semakin larut dan pelanggan di Hostess of Fertility mulai berkurang, Shirou akhirnya mendapat kesempatan untuk mengobrol dengan Ryuu yang sedang berjaga di kasir. Dengan suasana yang lebih tenang, Shirou merasa ini saat yang tepat untuk bertanya. Dia mendekati Ryuu dan bertanya dengan nada penasaran, "Ryuu, menurutmu Hestia Familia akan datang ke sini untuk merayakan kemenangan mereka?"

Ryuu menatap Shirou sejenak sebelum menjawab, ragu-ragu. "Aku tidak begitu yakin. Bell cukup terluka setelah War Game tadi, jadi mungkin dia lebih memilih beristirahat dan memulihkan diri daripada merayakan kemenangan," jawabnya dengan tenang. Meski Ryuu tahu bahwa Bell kuat, dia juga tahu betapa keras pertarungan tadi bagi Bell.

Mendengar itu, Shirou mengangguk, menunjukkan rasa prihatin. "Aku harap Bell cepat pulih," katanya lembut, berharap temannya itu bisa kembali sehat dengan cepat.

Namun, tak lama setelah mereka membicarakan hal itu, pintu Hostess of Fertility terbuka, dan Hestia Familia muncul. Hestia, dengan senyum lebar yang memenuhi wajahnya, memimpin kelompok itu. Di belakangnya, Welf, Mikoto, Bell, dan Lily mengikuti dengan langkah santai. Meski Bell tampak sedikit lelah, semangat kelompok itu tetap terasa kuat. Mereka datang dengan penuh kegembiraan, jelas-jelas berniat untuk merayakan kemenangan besar mereka.

Shirou memperhatikan pemandangan itu, namun dari sudut matanya, dia menyadari sesuatu yang aneh. Syr, yang sebelumnya terlihat biasa saja, tiba-tiba bergerak cepat menuju tangga. Seolah ingin menghindari perhatian, Syr diam-diam naik ke lantai atas, meninggalkan suasana di lantai bawah.

Shirou merasa ada sesuatu yang tidak biasa dan memutuskan untuk mengejar Syr. Saat dia mencapai tangga, dia memanggil, "Syr, kenapa kau tiba-tiba ke atas?" Syr, yang terlihat agak panik, berhenti sejenak dan berbalik dengan ekspresi bingung. "Aku... aku akan bersih-bersih di atas," jawabnya tergagap, seolah mencari alasan yang tepat.

Shirou, yang tahu betul bahwa itu hanya alasan, tersenyum sambil menatap Syr dengan pandangan sarkastis. "Oh, jadi sekarang kau tiba-tiba rajin, ya?" godanya sambil menahan tawa.

Syr mendengus kesal dan mencoba mempertahankan martabatnya. "Tentu saja aku rajin!" balasnya sambil berpura-pura tersinggung, meskipun jelas dia sedang menghindari sesuatu. Tanpa menunggu lebih lama, dia bergegas naik ke lantai atas.

Shirou hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah Syr yang aneh. Pikirannya mulai berputar, bertanya-tanya apa alasan sebenarnya Syr menghindari Hestia Familia, terutama Bell. Shirou tahu bahwa Syr telah diam-diam membantu Bell dengan memberinya kalung berbatu hijau yang melindunginya di War Game. Tapi anehnya, sekarang Syr tampak seperti ingin menjauh dari mereka.

Shirou menatap ke arah Hestia, yang dengan semangat besar memesan makanan dalam jumlah banyak pada Lunoire. Ekspresi Hestia penuh kegembiraan, tak ada tanda-tanda masalah. Namun, pikiran Shirou beralih pada kemungkinan bahwa hubungan antara Hestia dan Syr mungkin lebih rumit dari yang terlihat.

"Apakah Hestia mungkin penyebab Syr menghindar?" pikir Shirou dalam hati. Ada sesuatu tentang Syr yang selalu misterius, dan sekarang dia mulai bertanya-tanya apakah identitas asli Syr mungkin terkait dengan masa lalunya sebagai dewi. Mungkin Syr adalah seorang dewi yang mengenal Hestia dengan baik di masa lalu, dan kehadiran Hestia bisa membahayakan penyamaran Syr.

Shirou tetap diam dengan pikiran itu, menatap ke lantai atas di mana Syr menghilang, mencoba menyusun potongan-potongan teka-teki yang mulai terlihat di hadapannya.

Di tengah pikirannya yang berputar tentang Syr dan Hestia, Shirou tiba-tiba tersadar ketika mendengar suara ceria yang memanggilnya. Hestia, dengan senyum lebar di wajahnya, menyapanya dari kejauhan. "Hei, Shirou! Kau sudah seperti pelayan resmi di sini dengan seragam hijau itu. Cocok sekali untukmu!" serunya sambil tertawa kecil.

Shirou menoleh dan menyapa balik, merasa sedikit terharu mendengar pujian dari Hestia. Ketika pertama kali mengenakan seragam pelayan hijau itu, teman-temannya di Hostess of Fertility tak henti-hentinya menggoda dan menertawakan betapa lucunya Shirou dalam pakaian itu. Namun, pujian tulus dari Hestia membuatnya merasa lebih nyaman. "Terima kasih, Hestia," jawabnya dengan senyum tipis.

Setelah menyapanya, Hestia mulai berbicara tentang masa lalu. "Kau sekarang tampak sibuk di Loki Familia," ucapnya sedikit mengeluh. "Dulu, kau sering membantuku menjual Jagamaru-kun. Sekarang, sepertinya kau jarang punya waktu untuk itu." Ada nada rindu dalam suaranya, mengenang hari-hari ketika Shirou sering membantu Hestia di gerobak kecilnya.

Shirou tersenyum mendengar keluhan itu. "Kalau ada waktu luang, aku pasti akan membantumu lagi," ucap Shirou dengan tulus. Namun, di tengah percakapan itu, dia merasa bingung dan penasaran. "Tapi, kenapa kau masih perlu bekerja menjual Jagamaru-kun? Bukankah setelah memenangkan War Game, kau sudah mengambil seluruh harta Apollo Familia?" tanyanya polos.

Wajah Hestia yang tadinya senang mendengar Shirou bersedia membantunya lagi, tiba-tiba berubah. Keringat dingin mulai muncul di dahinya saat pertanyaan itu muncul. Dia tersenyum canggung, jelas terlihat bahwa pertanyaan Shirou telah membuatnya tak nyaman.

Sebelum Hestia bisa menjawab, Lily yang berdiri di belakang Hestia langsung menimpali. "Itu karena Hestia punya hutang ratusan juta Valis pada Hephaestus," jelas Lily tanpa ragu, membuat suasana seketika berubah. "Dia ingin membayar hutang itu dengan kerja kerasnya sendiri."

Wajah Hestia langsung memerah, dan dia menoleh cepat ke arah Lily. "Lily! Kenapa kau bilang begitu?!" serunya marah, merasa malu karena rahasianya dibocorkan begitu saja.

Sementara Hestia sibuk memarahi Lily karena mulutnya yang "ember", Shirou hanya bisa tersenyum kecil melihat interaksi mereka yang lucu. Namun, di balik senyumnya, pikirannya kembali teringat pada sesuatu yang pernah ia pelajari. Hestia Knife—pedang yang sering digunakan Bell dalam pertarungan. Shirou pernah melakukan Tracing pada senjata itu dan tahu bahwa Hestia Knife adalah salah satu karya Hephaestus, ditempa dengan kekuatan khusus yang membuatnya semakin kuat seiring dengan peningkatan status Bell.

Dalam hati, Shirou kagum. Hestia memang mungkin sederhana dalam hal keuangan, tetapi rasa tanggung jawabnya untuk mendukung Bell bahkan melunasi hutangnya sendiri menunjukkan kemuliaannya sebagai dewi. "Hestia benar-benar luar biasa," pikir Shirou dalam diam, semakin mengagumi dewi kecil itu.

Bell, yang melihat Hestia dan Lily mulai berdebat dan saling mencubit pipi satu sama lain, segera melangkah maju untuk melerai. Dengan ekspresi tenang dan lembut, dia memisahkan keduanya, membuat mereka berhenti dari perkelahian kecil yang sebenarnya lebih menghibur daripada serius. Hestia dan Lily akhirnya berhenti, meskipun keduanya masih tampak saling melirik satu sama lain dengan kesal.

Setelah suasana sedikit tenang, Bell beralih pada Shirou, yang diam-diam menyaksikan kejadian itu. Dengan wajah serius namun penuh rasa terima kasih, Bell berkata, "Shirou, aku ingin berterima kasih padamu. Kau selalu membantuku, di saat-saat aku paling membutuhkannya."

Shirou, seperti biasa, tersenyum dengan rendah hati dan segera menolak pujian tersebut. "Ah, tak perlu, Bell. Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan," katanya sambil menggelengkan kepala, merasa bahwa tindakannya hanyalah hal kecil yang tidak perlu dipuji.

Namun, Bell tidak begitu saja menerima penolakan Shirou. Dia menggelengkan kepala dan dengan serius mulai menyebutkan satu per satu jasa Shirou kepadanya. "Kau mungkin lupa, Shirou, tapi aku tidak. Mulai dari waktu kau menggendongku keluar dari Dungeon saat aku mengalami Mind Down dan pingsan, hingga ketika kau menyelamatkanku setelah terluka parah melawan Minotaur. Lalu, saat kau membawaku, Lily, dan Welf yang tak sadarkan diri ke kemah Loki Familia di lantai 18... Kau selalu ada saat kami membutuhkan bantuan."

Shirou yang mendengarnya merasa semakin canggung dengan pujian itu. Baginya, semua yang dia lakukan hanyalah hal yang wajar, bukan sesuatu yang layak dibesar-besarkan. "Sudahlah, Bell," katanya sambil tersenyum kaku, berusaha mengalihkan topik. "Ini pesta kemenanganmu. Jadi biarkan aku memasak makanan enak untukmu sebagai ucapan selamat."

Namun, Bell hanya tersenyum tipis, tampak memahami Shirou dengan baik. "Bahkan sekarang, kau masih mendukungku," bisiknya pelan, penuh rasa syukur.

Tak lama setelah itu, suara Mama Mia memanggil dari dapur. "Shirou, cepat ke sini! Ada banyak yang perlu dimasak!" panggilnya dengan nada khasnya yang tegas. Shirou segera berpamitan pada Bell dan bergegas menuju dapur untuk membantu.

Bell menatap punggung Shirou yang semakin jauh, memperhatikan bagaimana sosok temannya itu bergerak dengan penuh tanggung jawab. Shirou memang selalu berada di sana saat dibutuhkan, meski tak pernah meminta apa pun sebagai balasan.

Tepat di saat itu, Hestia menepuk pundak Bell dengan lembut. "Shirou itu benar-benar sulit menerima pujian, ya?" tanyanya dengan nada penuh pengertian.

Bell hanya bisa mengangguk, setuju dengan pernyataan dewinya. Shirou adalah sosok yang luar biasa, tapi sangat rendah hati hingga sulit baginya untuk menerima penghargaan yang pantas ia dapatkan.