Chereads / Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 61 - Chapter 61

Chapter 61 - Chapter 61

Syr membawa mereka ke sebuah toko pakaian besar bernama Vespertine's Wardrobe, sebuah tempat yang populer di kalangan petualang dan warga Orario. Toko itu memiliki dua lantai dengan jendela besar yang memajang beberapa pakaian paling menarik untuk laki-laki dan perempuan. Di dalamnya terdapat rak-rak yang tertata rapi, masing-masing penuh dengan katalog pakaian dari pakaian kasual hingga yang bergaya elegan, serta aksesori pelengkap.

Saat mereka masuk, Syr, Anya, Chloe, dan Ryuu mulai membicarakan pakaian yang mereka rencanakan untuk dibeli. Ryuu, yang menawarkan untuk mentraktir, mendengarkan usulan mereka dengan sabar, sementara Shirou hanya terdiam di samping, merasa canggung dengan pembicaraan yang didominasi oleh pakaian wanita.

Setelah berbincang sejenak, mereka berpencar untuk memilih pakaian masing-masing. Shirou menuju ke bagian pakaian pria, memilih pakaian yang sederhana dan terjangkau, agar tidak membebani Ryuu. Pilihannya jatuh pada sebuah kemeja polos berwarna abu-abu lembut. Tidak terlalu mencolok, namun cukup nyaman dipakai.

Di dalam ruang ganti, Shirou mencoba kemeja itu dan melihat ke cermin. Ukurannya pas, dan ia merasa puas dengan kesederhanaan pakaiannya. Setelah memutuskan, ia memasukkan kemeja itu ke dalam kantong belanjaannya.

Ketika Shirou keluar dari ruang ganti, ia melihat Syr yang juga baru saja keluar dari bilik lain. Syr mengenakan gaun selutut berwarna hijau lembut, dengan lengan panjang transparan yang memberikan sentuhan anggun dan feminin. Gaun itu terkesan sederhana namun indah, sangat cocok untuk kepribadian Syr yang lembut.

Syr memperlihatkan gaunnya kepada Shirou dengan senyum penuh harap. "Bagaimana menurutmu? Cocok untukku, kan?"

Shirou tersenyum dan mengangguk. "Cocok sekali, Syr. Kau terlihat sangat cantik," pujinya dengan tulus, membuat senyum di wajah Syr semakin lebar.

Namun, senyum Syr berubah ketika ia melirik kantong belanja Shirou dan melihat kemeja polos di dalamnya. "Shirou," ucapnya dengan nada protes, "kau benar-benar hanya memilih pakaian polos lagi? Seperti tunik yang kau pakai setiap hari. Kau harus mencoba yang lebih menarik!"

Syr dengan teliti memilihkan beberapa pakaian yang cocok untuk Shirou, menyesuaikan pilihan dengan warna rambut merahnya yang mencolok serta postur tubuhnya yang ramping namun atletis.

Shirou mencoba salah satu setelan yang dipilihkan Syr. Ia mengenakan kemeja biru tua dengan kerah terbuka dan celana hitam pas yang menonjolkan postur tubuhnya. Kemeja itu pas di tubuhnya, menampilkan garis bahu dan lengannya yang kuat, sementara warnanya memberikan kesan elegan namun tetap sederhana.

Ketika Shirou keluar dari ruang ganti, ia tampak gagah dan lebih berkesan daripada biasanya. Syr tersenyum puas melihatnya. "Wow, Shirou, kau terlihat hebat! Sepertinya kau memang perlu pakaian seperti ini, agar koleksi bajumu tidak hanya polos," ujarnya dengan nada senang.

Shirou tersenyum berterima kasih dan, sambil meraba sedikit pakaian di bahunya, berkata, "Mungkin aku perlu cari ukuran yang lebih besar. Yang ini agak sempit."

Syr mengerutkan alis, merasa sudah memilihkan ukuran yang tepat, lalu tanpa berpikir panjang ia meraba lengan Shirou, mengamati kemeja yang terlihat pas di lengannya. Tangannya langsung merasakan bicep Shirou yang keras dan sedikit menonjol di balik kain. Terkejut, Syr menyadari bahwa Shirou yang biasanya mengenakan pakaian longgar ternyata memiliki postur yang jauh lebih berotot dari perkiraannya.

Shirou, yang merasa canggung dengan sentuhan Syr, menyebut namanya pelan. "Syr…?"

Syr, tampak masih terkesima, mengabaikan kecanggungan Shirou dan malah perlahan meraba dada serta perutnya. Ia dapat merasakan otot-ototnya yang juga keras dan terlatih dengan baik, sesuai dugaannya.

Tanpa bisa menahan rasa penasaran, Syr bertanya, "Apa kau berlatih keras setelah bergabung dengan Loki Familia sehingga bisa memiliki tubuh seperti ini?"

Shirou menjawab dengan tenang, meski masih merasa sedikit canggung, "Sebenarnya aku sudah terbiasa berolahraga dan berlatih sebelum datang ke Orario."

Ryuu tiba-tiba muncul dari arah belakang, membawa kantong belanjaan pakaian yang baru saja ia beli. Ia memperhatikan dengan alis terangkat saat melihat Syr yang tampak sibuk meraba-raba pakaian yang dikenakan Shirou. "Syr, apa yang kau lakukan pada Shirou?" tanyanya dengan nada heran.

Syr hanya tertawa kecil menanggapi pertanyaan Ryuu. "Oh, Ryuu, ternyata Shirou ini punya otot yang tersembunyi di balik pakaiannya yang longgar. Kau juga boleh mencoba merabanya kalau penasaran," ujarnya sambil menggoda.

Shirou dan Ryuu langsung protes bersama. "Syr!" panggil mereka dengan nada kesal namun malu.

Syr hanya tertawa lebih keras, merasa sangat terhibur dengan reaksi keduanya. "Baiklah, baiklah," katanya, akhirnya melangkah pergi sambil terkekeh. "Aku akan mencarikan pakaian yang lebih pas, agar tubuh Shirou bisa dipamerkan dengan pantas," ujarnya sambil berlalu untuk mencari pakaian yang lebih ketat untuk Shirou.

Begitu Syr pergi untuk mencari pakaian lain, Ryuu menoleh ke Shirou dengan senyum simpul. "Kau sepertinya tak pernah bisa menolak apa pun yang diminta Syr, ya?" ujarnya, nada suaranya menyiratkan keakraban yang tenang.

Shirou tersenyum, mengangguk sedikit. "Syr selalu memiliki alasan di balik perbuatannya, dan aku tahu dia melakukannya demi kebaikanku," jawabnya dengan nada penuh pengertian. Ia lalu mengambil kemeja serupa dengan ukuran lebih besar, memastikan pakaian itu lebih nyaman dikenakan.

Ryuu mendengarkan dengan anggukan setuju. "Itu benar," katanya dengan senyum lembut. "Aku juga, entah kenapa selalu saja sulit menolak jika Syr meminta sesuatu dariku," tambahnya, merasakan bahwa ia dan Shirou punya pemahaman serupa tentang sosok Syr.

Di bagian lain toko, Syr menemukan sebuah tank top yang menurutnya akan cocok dengan ukuran tubuh Shirou. Ia mengamati pakaian itu dengan senyum puas, membayangkan Shirou mengenakannya.

Namun, saat itu Chloe lewat dan melihat tank top di tangan Syr. "Wah, Syr! Kau sekarang sudah cukup berani memilih pakaian terbuka?" godanya dengan nada geli.

Syr, yang tidak mengharapkan godaan seperti itu, langsung tersipu. "Eh, bukan untukku, kok! Ini untuk Shirou," jawabnya buru-buru, pipinya sedikit merona.

Lunoire, yang mendengar percakapan mereka, melirik ke arah Syr dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. "Memangnya Shirou butuh baju dalam sampai-sampai kau mencarikannya sendiri?" tanyanya dengan nada penasaran.

Syr hanya tersenyum nakal, lalu mendekat ke arah mereka berdua dan berbisik, "Sebenarnya, aku hanya ingin… cuci mata sedikit."

Chloe dan Lunoire bertukar pandang, tampak kebingungan, tetapi rasa penasaran mereka membuat mereka memutuskan untuk mengikuti Syr, menantikan kejutan apa yang sedang ia rencanakan.

Shirou dan Ryuu berdiri di depan bilik ganti pakaian, mengobrol ringan sambil menunggu Syr kembali dari memilih pakaian. Mereka membahas sedikit tentang hari-hari mereka bekerja di Hostess of Fertility dan apa saja yang mereka rencanakan untuk latihan berikutnya.

Tak lama kemudian, Syr muncul bersama Lunoire dan Chloe yang mengikutinya dari belakang, masing-masing dengan senyum geli dan penuh rasa ingin tahu. Tak lama kemudian, Syr muncul bersama Lunoire dan Chloe yang mengikutinya dari belakang, masing-masing dengan senyum geli dan penuh rasa ingin tahu.

Chloe, yang penasaran dengan rencana Syr, mendekati Ryuu dan berbisik, "Apa sih sebenarnya tujuan Syr memberikan pakaian itu pada Shirou?"

Ryuu hanya tersenyum kecil, tampak santai. "Tunggu saja dan lihat sendiri," jawabnya singkat, tidak ingin merusak kejutan.

Beberapa saat kemudian, Shirou keluar dari bilik ganti, kini mengenakan tank top ketat yang menunjukkan bentuk tubuhnya. Bahu, lengan, dan dada berototnya yang biasanya tersembunyi kini terlihat jelas di balik pakaian yang pas di tubuhnya.

Lunoire dan Chloe segera mengerti alasan Syr memilihkan pakaian tersebut. Kata-kata Syr sebelumnya soal "cuci mata" langsung masuk akal melihat Shirou dalam tank top yang menonjolkan fisiknya.

Merasa agak canggung dengan tatapan takjub dari teman-temannya, Shirou menggaruk lehernya dengan senyum malu-malu. "Apa… ini terlalu ketat?" tanyanya pelan, meskipun sebenarnya tahu jawabannya.

Chloe melangkah mendekat dan mengamati Shirou dari dekat. "Ini cocok sekali," komentarnya dengan antusias. "Kau harus mempertimbangkan memakai pakaian seperti ini lebih sering," tambahnya, tersenyum penuh persetujuan.

Lunoire menimpali dengan pandangan yang berbeda. "Justru karena kau jarang mengenakan pakaian yang menonjolkan badan seperti ini, itu yang membuat penampilanmu lebih menarik, Shirou," ujarnya. "Tidak seperti beberapa petualang lain yang terlalu suka pamer," katanya sambil tertawa kecil.

Ryuu tersenyum kecil, memperhatikan saran kedua temannya. "Kalau begitu, mungkin memang lebih baik Shirou hanya sesekali mengenakan pakaian yang ketat seperti ini. Tidak usah terlalu sering," komentarnya, membuat Chloe dan Lunoire mengangguk setuju.

Shirou hanya menyengir malu mendengar pujian mereka. Ia kemudian menoleh ke arah Syr dan bertanya, "Bagaimana menurutmu, Syr? Apa ini benar-benar cocok?"

Syr hanya memperhatikan Shirou dengan mata menyipit, seolah menimbang sesuatu. Ekspresinya sedikit serius, seakan ia masih belum puas.

Melihat tatapan itu, Shirou merasa agak khawatir. "Syr?" panggilnya lagi, sedikit gugup. "Apa menurutmu ini tidak cocok?"

Syr tersentak dari lamunannya dan cepat-cepat menggeleng. "Oh, tidak, tidak! Itu cocok sekali," jawabnya sambil tersenyum.

Namun, Shirou memperhatikan bahwa tatapan Syr berubah, dan senyum di wajahnya perlahan berubah menjadi senyum licik, seolah-olah sebuah ide baru muncul di kepalanya. Shirou mulai merasa sedikit khawatir akan apa yang mungkin direncanakannya. Ia tahu bahwa senyum itu sering kali berarti kejahilan kecil dari Syr.

Dengan penuh semangat, Syr menepuk kedua tangannya. "Baiklah! Pakaian kasual sudah selesai. Sekarang, ayo kita pindah ke toko lain untuk mencari pakaian formal!" serunya dengan antusias.

Lunoire dan Ryuu, yang memang senang dengan rencana belanja ini, mengangguk setuju mendengar saran Syr. "Ide yang bagus," kata Lunoire, sementara Ryuu mengiyakan dengan anggukan.

"Ya, aku juga sudah selesai memilih semua pakaian yang kubutuhkan di sini," tambah Chloe sambil memegang kantong belanjaannya.

Shirou dan Syr kembali ke bilik ganti masing-masing untuk mengganti pakaian yang mereka coba. Setelah selesai, mereka memasukkan pakaian yang dipilih ke dalam kantong belanjaan mereka.

Keduanya keluar dari bilik secara bersamaan, bertemu tatap dan saling tersenyum, merasa lucu dengan kebetulan itu.

Mereka lalu berjalan bersama, bergabung dengan teman-teman yang lain yang sudah mengantre di kasir untuk membayar pilihan pakaian mereka. Dengan pakaian kasual di tangan, mereka bersiap menuju toko berikutnya, menantikan keseruan baru dalam sesi belanja mereka.

Setelah Ryuu menyelesaikan pembayaran di kasir, Syr memimpin mereka menuju toko lain. "Sekarang, ayo kita pergi ke toko pakaian Elf untuk mencari pakaian formal!" katanya dengan antusias.

Shirou yang berjalan di sampingnya merasa sedikit bingung dan bertanya, "Kenapa kita mencari pakaian formal di sana?"

Syr menoleh dan tersenyum sambil melirik Ryuu yang berjalan tak jauh di belakang mereka. "Karena Elf dikenal dengan gaya yang anggun dan mewah," jawabnya, menyiratkan keanggunan alami yang dimiliki oleh Ryuu dan para Elf.

Tak lama kemudian, mereka tiba di depan sebuah toko eksklusif yang berfokus pada pakaian Elf, yang bernama The Sylvan Silks. Pintu masuknya dihiasi ukiran rumit dari kayu mahoni, dengan ukiran daun dan bunga yang melingkar elegan. Di dalam, toko itu terlihat begitu luas, diatur dengan tampilan yang bersih dan rapi. Mannequin-manekin berdiri mengenakan berbagai pakaian formal Elf, masing-masing tampak indah dan elegan.

Di sudut-sudut toko, terdapat jubah dan gaun panjang yang terbuat dari kain lembut dan berkilauan, dengan desain rumit seperti gaun anggun yang sering Shirou lihat dikenakan oleh Riveria atau Lefiya. Gaun-gaun ini memiliki warna-warna lembut seperti hijau zamrud, biru safir, dan putih bersih, dengan sentuhan bordir emas yang halus di bagian leher dan pergelangan. Bahkan jubah untuk pria pun dihias dengan sulaman detail, memberikan kesan formal yang tetap tegas dan terhormat.

Shirou terkesima dengan atmosfer mewah toko itu, menyadari bahwa pakaian di sini memang mencerminkan keanggunan kaum Elf, sebagaimana sering terlihat pada sosok Riveria dan Lefiya.

Anya menatap dengan mata berbinar ke arah salah satu gaun panjang berwarna ungu dengan detail renda emas di bagian lengan dan kerah. "Wah, seperti gaun putri dalam cerita dongeng!" katanya sambil mengagumi gaun tersebut.

Ryuu tersenyum mendengar komentar Anya dan dengan anggukan lembut berkata, "Kalau kau tertarik, silakan saja. Aku akan membelikannya untukmu."

Melihat Anya begitu bersemangat, Shirou melirik price tag yang menggantung di gaun tersebut. Harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan pakaian di toko sebelumnya. Shirou menyadari bahwa, dengan lima temannya masing-masing memilih pakaian formal, jumlahnya akan cukup besar, dan ia merasa Ryuu bisa terbebani dengan total biaya tersebut.

Merasa tak enak, Shirou mendekat ke arah Ryuu dan berbisik lembut di telinga Elf tersebut, menawarkan untuk membantu membayar belanjaan mereka kali ini.

Sentuhan angin ringan di telinga Ryuu yang sensitif membuatnya tersentak geli, namun ia segera menangkap maksud Shirou dan tersenyum, menghargai perhatian Shirou. Dengan nada pelan namun mantap, Ryuu menjawab Shirou. "Jangan khawatir, Shirou. Aku mendapat bagian yang cukup besar dari kemenangan di War Game kemarin, bahkan setelah membelikan kalian semua pakaian. Lebih baik kau simpan uangmu untuk kebutuhan penting, seperti membeli perlengkapan dungeon, senjata, atau armor baru," balasnya, menyarankan agar Shirou berinvestasi untuk keperluannya sendiri.

Shirou terdiam sejenak, merasa sedikit bersalah mendengar saran Ryuu. Ia tahu bahwa, berbeda dengan petualang lain, ia jarang mengeluarkan uang untuk perlengkapan tempur, karena dengan magecraft-nya, ia bisa menciptakan armor dan senjata yang ia butuhkan. Bahkan uang yang ia peroleh dari ekspedisi Loki Familia sejauh ini masih tersimpan utuh.

Saat Shirou dan Ryuu sedang asyik berbisik satu sama lain, teman-teman yang lain tampak sibuk memilih-milih gaun formal yang ingin mereka beli.

Tiba-tiba, Syr datang membawa dua setelan jas dan menatap mereka dengan senyum penuh godaan. "Wah, kalian kelihatannya mesra sekali, berbisik-bisik berdua," ujarnya sambil tertawa kecil.

Ryuu dan Shirou langsung tertegun, wajah mereka memerah. "Bukan begitu, Syr!" bantah mereka berdua dengan serempak, merasa sedikit canggung dengan candaan itu.

Melihat reaksi mereka, Syr tertawa puas, senang karena berhasil menggoda mereka. "Baiklah, baiklah," katanya sambil menyodorkan jas yang dibawanya. "Kalau begitu, kenapa kalian tidak coba jas ini?"

Saat Shirou dan Ryuu menerima setelan jas masing-masing, Syr tersenyum sambil melihat mereka, ia tampak sejenak teringat pada kenangan lama. "Ah, dulu Ryuu pernah mengenakan tuxedo ini. Aku sendiri memakai gaun ungu, dan kami berpura-pura menjadi pasangan saat menyusup ke kasino," ujar Syr, senyum nostalgia terlukis di wajahnya.

Ryuu tersenyum kecil, tampak ikut mengingat momen tersebut. "Ya, kejadian itu belum terlalu lama berlalu," katanya sambil memandang jas di tangannya.

Sementara itu, Shirou menatap Ryuu yang sedang mengamati jasnya. Ia terbayang bahwa Ryuu akan tampak sangat gagah mengenakan jas itu. Namun, Shirou juga teringat percakapan mereka sebelumnya, saat Ryuu menyebutkan bahwa ia lebih suka disebut "cantik" daripada "tampan."

Sambil tersenyum, Shirou beralih pada Syr dan Ryuu. "Kalau begitu, kenapa tidak biarkan Ryuu mencoba gaun kali ini?" candanya, mengambil salah satu gaun dari rak dan menyodorkannya pada Ryuu dengan senyum lebar.

Gaun yang tanpa sengaja Shirou ambil ternyata cukup berani, dengan lengan pendek transparan dan potongan leher rendah yang memperlihatkan area dada dengan anggun.

Syr langsung menangkap momen ini, tersenyum penuh arti sambil menggoda Shirou, "Wah, ternyata seleramu seperti ini ya, Shirou." Sementara itu, Ryuu hanya terdiam, wajahnya mulai memerah saat melihat gaun tersebut.

Merasa canggung, Shirou tergagap mencari alasan. "A-aku cuma asal ambil saja! Pasti ada gaun lain yang lebih cocok untuk Ryuu," jawabnya, sedikit kikuk, mencoba membela diri.

Namun, tanpa diduga, Ryuu dengan cepat meraih gaun itu dari tangan Shirou. Ia berbisik pelan, "Terima kasih, Shirou," sambil memberi Shirou senyum simpul yang menandakan bahwa ia tahu Shirou sebenarnya ingin membantunya tampil berbeda.

Syr tak bisa menahan tawanya melihat Ryuu yang buru-buru membawa gaun itu ke ruang ganti. "Jadi, Ryuu sekarang sudah cukup berani memakai pakaian yang lebih feminin, ya?" candanya dengan nada menggoda.

Di dalam ruang ganti, Ryuu berdiri sejenak, menatap gaun di tangannya. Dengan suara pelan ia berbisik pada dirinya sendiri, "Ini... hanya karena Shirou yang memilihkannya untukku."

Setelah Ryuu selesai mengenakan gaun yang Shirou pilihkan, ia membuka tirai ruang ganti dengan wajah penuh rasa malu. Telinga Elf-nya yang runcing tampak sedikit memerah, menandakan perasaan canggungnya.

Ia menyilangkan tangan di depan dadanya untuk menutupi bagian depan gaun yang sedikit terbuka. Dengan nada ragu, Ryuu bertanya pada Syr dan Shirou, "A-apakah ini cocok?"

Syr yang melihat kesempatan untuk menggoda, dengan lembut meraih tangan Ryuu yang menyilang di dada dan berkata, "Jangan disembunyikan! Shirou sudah memilihkan gaun ini untukmu, jadi perlihatkan saja."

Shirou memandang Ryuu, yang biasanya terlihat tenang dan serius, kini tampil dengan penampilan feminin dan sedikit malu. Ia terpesona, dan dengan senyum tulus ia berkata, "Cantik." Ia ingat bahwa Ryuu pernah berkata lebih suka dipuji sebagai "cantik."

Ryuu tersenyum tipis mendengar pujian Shirou. Dengan wajah merah, ia mengucapkan terima kasih dengan suara kecil sebelum mendorong Syr keluar dari ruang ganti sambil menahan rasa malunya. Setelah itu, ia mulai mengganti pakaiannya kembali.

Syr tertawa kecil melihat reaksi Ryuu, dan saat ia berjalan keluar, ia berbisik pada Shirou, "Ryuu benar-benar manis, ya?" katanya penuh tawa.

Shirou mengangguk setuju, masih terpesona oleh penampilan dan sisi berbeda yang baru ia lihat dari Ryuu.