Chereads / Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 63 - Chapter 63

Chapter 63 - Chapter 63

Pagi-pagi sekali, bahkan sebelum cahaya matahari sepenuhnya terbit, Riveria membuka matanya. Udara pagi yang dingin terasa segar, dan ia langsung teringat pada jadwal istimewanya hari ini—'kencan' ke Dungeon bersama Shirou untuk menguji sihirnya yang akan dipadukan dengan Reinforcement Magecraft. Pikirannya melayang membayangkan wajah Shirou, dan ia merasa sedikit senang sekaligus bersemangat.

Dengan hati-hati, Riveria bangkit dari tempat tidurnya. Sebagai seorang High Elf yang anggun dan selalu menjaga kerapian, ia memulai pagi dengan rutinitas yang sangat teliti. Ia melangkah dengan anggun menuju kamar mandinya, dan di bawah aliran air hangat, ia memejamkan mata sejenak, membiarkan rasa dingin pagi perlahan menghangat dalam keharuman aroma khas elf. Ia membersihkan tubuhnya dengan teliti, memperhatikan setiap detail seperti kebiasaannya. Setiap gerakannya tenang dan elegan, mencerminkan keanggunan alami yang hanya dimiliki oleh royalti dari Hutan Alf.

Selesai mandi, Riveria membalut dirinya dalam jubah lembut, berjalan kembali ke kamar. Di sana, ia mengambil kotak perhiasan kecil yang berisi riasan tipis berkelas, hanya untuk sentuhan sederhana namun elegan. Dengan tangan ringan, ia mengenakan sedikit bedak yang membuat kulitnya tampak cerah alami, dan sedikit sentuhan perona pipi yang halus. Alisnya yang rapi diperjelas sedikit, dan ia mengoleskan pewarna bibir yang hanya memberikan kilau tipis, cukup untuk menonjolkan kesan anggun tanpa berlebihan.

Setelah memastikan setiap detail tampak sempurna, Riveria mengenakan pakaian khas elf berwarna hijau tua yang ia ikatkan di pinggang dengan ikat pinggang kulit sederhana namun indah. Dengan langkah ringan namun penuh kepercayaan diri, ia mempersiapkan diri untuk bertemu Shirou, memantapkan hati untuk 'kencan' ke Dungeon yang sudah lama ia nantikan.

Riveria melangkah keluar dari kamarnya dengan tenang, berencana menunggu Shirou seperti biasa di gudang kecil di sudut taman. Tempat itu telah menjadi lokasi rutin mereka untuk sesi latihan Magecraft pagi. Matahari belum sepenuhnya terbit, dan udara pagi yang sejuk membuat semangatnya meningkat, memikirkan waktu berdua yang akan mereka habiskan hari ini.

Saat menuruni tangga dari lantai dua, ia tiba-tiba mendengar suara gemericik minyak panas dari dapur yang berada di dekat ruang makan. Perhatiannya teralihkan, dan dengan rasa penasaran, ia melangkah masuk ke dapur.

Di sana, Shirou tampak sibuk memasak dengan teliti, tangannya bergerak lincah saat menggoreng makanan di atas penggorengan. Menyadari kehadirannya, Shirou menoleh dan menyapa dengan senyum hangat. "Ah, Riveria, pagi! Maaf membuatmu menunggu sebentar. Aku akan segera selesai," katanya sambil mengangguk sedikit.

Riveria tersenyum lembut dan mengangguk. "Tak apa, Shirou. Aku tak keberatan menunggu," jawabnya, lalu duduk di meja makan yang ada di dapur. Melihat persiapannya, ia bertanya, "Kau sedang menyiapkan bekal untuk perjalanan kita ke Dungeon?"

Shirou mengangguk sambil membalikkan makanan di penggorengan. "Benar, sekaligus sarapan untuk semua anggota Loki Familia nanti. Aku ingin memastikan mereka juga mendapat makanan pagi."

Riveria tersenyum kecil, merasakan rasa kagum yang hangat di hatinya. Dalam hati, ia berpikir betapa menyenangkannya sifat Shirou yang penuh tanggung jawab dan selalu siap membantu tanpa diminta. Ia tahu bahwa Shirou bisa saja menyerahkan tugas memasak kepada anggota Loki Familia yang lain, namun dia justru memilih bangun lebih pagi untuk menyiapkan semuanya sendiri. Riveria semakin mengagumi dedikasi dan sifat rendah hati Shirou, yang tidak pernah mengeluh dalam pekerjaannya.

Duduk di meja, Riveria mengamati Shirou yang tetap fokus pada masakannya, setiap gerakan tangan dan ekspresi penuh konsentrasi tampak jelas. Hatinya terasa hangat melihat kesungguhannya. Dalam hatinya, ia membatin sambil tersenyum, Betapa aku menyukai sifatmu yang penuh perhatian ini, Shirou. Tanpa disadari, aku semakin tenggelam dalam perasaan ini...

Setelah menyelesaikan masakannya, Shirou menyiapkan beberapa pilihan makanan di depan Riveria sambil menyebutkan satu per satu. "Ada roti lapis isi daging dan sayuran, omurice dengan saus khusus, dan ayam panggang dengan bumbu sederhana. Juga, ada onigiri untuk pilihan yang lebih mudah dibawa," jelasnya dengan antusias, memperlihatkan setiap hidangan yang telah ia siapkan dengan rapi.

Riveria tersenyum dan memilih makanan yang praktis untuk dibawa. "Roti lapis dan onigiri akan cukup. Makanan itu mudah disimpan dan dinikmati kapan saja di Dungeon," katanya, menghargai setiap hidangan yang telah disiapkan Shirou.

Shirou dengan cekatan memasukkan roti lapis dan onigiri yang dipilih Riveria serta beberapa potong daging panggang ke dalam kotak bekal, merapikannya agar tak terguncang di perjalanan. Ia kemudian mengambil secarik kertas dan mulai menulis beberapa baris di atasnya.

Melihat Shirou sibuk menulis, Riveria merasa penasaran dan bertanya, "Shirou, apa yang sedang kau tulis?"

Shirou mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil. "Oh, ini hanya pesan singkat untuk Lefiya. Aku meminta agar dia membantu memanaskan sarapan untuk anggota yang lain nanti."

Mendengar nama Lefiya, Riveria merasa sedikit perasaan pahit menyelinap di hatinya. Ah, bukan aku satu-satunya yang dekat dengannya… pikirnya dengan sedikit getir. Namun, ia cepat-cepat menyembunyikan perasaannya di balik wajah tenang, menjaga senyumnya agar tetap tulus.

"Lefiya pasti senang mendapat tugas kecil darimu," ujar Riveria sambil tersenyum lembut, menjaga nada suaranya tetap tenang.

Selesai menyiapkan semuanya di dapur, Shirou menoleh ke arah Riveria. "Riveria, bisakah kau menungguku di tempat biasa? Aku perlu mengambil perlengkapan di kamarku sebentar," pintanya sambil tersenyum, nada suaranya tenang namun penuh kepercayaan.

Riveria hanya tersenyum mengerti, tanpa perlu dijelaskan, ia tahu bahwa yang dimaksud Shirou adalah gudang kecil di sudut taman, tempat mereka biasanya berlatih magecraft. "Baiklah," jawabnya dengan lembut. "Aku akan membawa kotak bekal ini ke sana."

"Terima kasih banyak," kata Shirou, menganggukkan kepalanya penuh rasa terima kasih sebelum berbalik menuju kamarnya.

Melihat kotak bekal yang ia pegang, Riveria terdiam sejenak, menghirup aroma lezat yang keluar dari sela-sela tutupnya. Wangi nasi kepal dan daging panggang yang hangat membuatnya tak bisa menahan rasa penasaran.

Dengan langkah perlahan, Riveria memutuskan untuk mencicipi sedikit isinya. Ia mengambil sepotong kecil daging panggang, lalu memasukkannya ke mulutnya. Rasanya lembut, berpadu dengan bumbu sederhana namun pas. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil saat ia menikmati gigitan itu, membayangkan betapa menyenangkannya berangkat ke Dungeon dengan bekal dari Shirou.

"Masakannya benar-benar enak…" gumamnya pelan, masih merasakan rasa lezatnya sambil berjalan keluar menuju gudang di sudut taman, tempat mereka biasa berlatih dan di mana ia akan menunggu Shirou untuk perjalanan yang akan mereka jalani bersama hari ini.

Setelah tiba di gudang, Riveria meletakkan kotak bekal di atas meja yang telah mereka gunakan sebagai tempat latihan magecraft. Udara di dalam ruangan terasa tenang, dan ia memutuskan untuk mengisi waktu sambil menunggu Shirou dengan melatih teknik Reinforcement magecraft yang tengah ia pelajari.

Riveria memusatkan konsentrasi, lalu mulai mengubah od dalam tubuhnya menjadi prana dengan menggunakan magic circuit-nya yang unik berbentuk rune kuno. Ia mengalirkan prana tersebut secara bertahap ke beberapa benda di sekitar, mulai dari kursi kayu, piring logam, hingga peti di sudut ruangan. Tiap benda yang teraliri prana tampak seakan lebih kuat, terlihat dari getaran ringan dan kilauan halus di permukaannya—tanda bahwa Reinforcement berhasil diterapkan.

Ketika Riveria sedang asyik mengalirkan prana ke benda lain, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar di pintu gudang, membuatnya terkejut. Ia berbalik, namun yang lebih mengejutkannya adalah sosok Shirou yang berdiri di ambang pintu.

Di hadapannya, Shirou berdiri mengenakan jubah hitam elegan bergaya Elf, dengan tudung yang menutupi sebagian wajahnya. Di balik jubah itu, tampak armor hitam pekat yang pas di tubuhnya, menambah kesan misterius namun kuat. Yang lebih mengejutkan adalah dua telinga panjang seperti Elf yang menyembul rapi dari dua lubang di tudung jubahnya, membuatnya terlihat benar-benar seperti seorang Elf yang anggun dan mempesona.

Riveria menatapnya terpana, dan nyaris tak bisa berkata-kata. "Shirou... kamu...?" ucapnya terbata.

Shirou tersenyum kecil, menyadari kebingungannya. "Ah, ya. Aku memutuskan untuk sedikit menyamar," jawabnya sambil menurunkan tudung jubahnya. "Kupikir, menyembunyikan identitasku dengan sedikit gaya Elf akan lebih membantu."

Riveria tertawa kecil, terkesan oleh penampilan Shirou yang tampak begitu berbeda namun tetap tampan. "Aku hampir saja mengira kau benar-benar seorang Elf, Shirou. Telingamu... terlihat begitu alami."

Shirou menggaruk kepala dengan sedikit canggung. "Hanya sedikit alterasi magecraft... walau ini pertama kalinya aku melakukannya, senang ternyata bisa berhasil," balasnya sambil tersenyum.

Riveria mengangguk kagum, lalu berkata, "Kau tampak siap untuk Dungeon dengan penampilan ini. Aku hampir merasa kita berangkat ke tempat lain… ke negeri para Elf."

Shirou tersenyum sambil melirik ke arah Riveria. "Jika aku sampai pergi ke negeri Elf bersamamu, walaupun menyamar sebagai Elf, aku pasti akan membuat banyak dari mereka cemburu. Berduaan dengan putri kerajaan mereka—aku tak bisa membayangkan betapa banyak yang akan iri," candanya sambil tertawa pelan.

Riveria tersenyum, tetapi di balik senyuman itu ada rasa penasaran. "Jadi, kau tahu aku adalah royalti?" tanyanya, dengan nada yang bercampur heran dan hati-hati.

Shirou mengangguk, sedikit canggung. "Iya, baru-baru ini aku tahu. Teman kerjaku, Ryuu, memberitahuku bahwa Lady Riveria adalah seorang putri High Elf yang dihormati."

Mendengar itu, Riveria terdiam sejenak. Sejujurnya, ada perasaan khawatir menyelinap di hatinya. "Kalau begitu, Shirou..." ia melanjutkan, nadanya agak lembut, "apakah sekarang kau akan memperlakukanku berbeda? Karena aku adalah royalti?"

Mendengar pertanyaan itu, Shirou tertawa kecil tanpa menyadari makna tersembunyi di balik kekhawatiran Riveria. Ia melipat tangannya di dada dan membungkuk sedikit, seolah-olah seorang pelayan yang tengah melayani bangsawan. "Yang Mulia Putri Riveria Ljos Alf, aku adalah butler yang siap melayanimu dengan segala hormat," ucapnya sambil bercanda.

Riveria tertawa kecil, dan perasaan lega mengalir dalam hatinya. Dia tetap Shirou yang sama... pikirnya dalam hati. Sambil tersenyum lembut, ia berbisik dalam hati, Walau mungkin... aku lebih berharap kau jadi pangeranku, seperti kisah Romeo di mimpiku.

Shirou dengan teliti mulai memasukkan semua perlengkapan yang mereka perlukan ke dalam tas besar supporternya, mulai dari bekal makanan yang sudah ia siapkan hingga beberapa potion yang ada di gudang untuk jaga-jaga. Tangannya bergerak cepat, memeriksa setiap barang untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.

Di sisi lain, Riveria mengamati Shirou yang sibuk bekerja, tetapi perhatiannya justru tertuju pada telinga Elf palsu yang disulap Shirou dengan Alteration Magecraft. Detail dan bentuk telinga itu benar-benar mirip dengan milik Elf asli, membuatnya penasaran bagaimana rasanya.

Saat Shirou menutup tasnya dan berbalik, tanpa pikir panjang, Riveria mengulurkan tangan dan dengan lembut meraba telinga Shirou. Shirou terlonjak kaget, dan wajahnya berubah geli. "Riveria... berhenti, itu geli!" ujarnya sambil tersenyum, mencoba menghindar.

Namun, Riveria tertawa kecil, tak mau melewatkan kesempatan langka ini. "Oh, Shirou, kau harus bersabar. Aku hanya membalas karena kau pernah meraba telingaku tanpa izin waktu itu."

Shirou hanya bisa tersenyum pasrah sambil menahan rasa geli yang terus menyerangnya saat tangan Riveria dengan lembut menyentuh telinganya. Ia berusaha tetap tenang, tapi senyumnya makin lebar. "Baiklah, tapi jangan lama-lama... aku hampir tidak tahan."

Riveria akhirnya puas dan melepas tangannya, tertawa lembut melihat ekspresi malu Shirou. "Aku sudah selesai," katanya, sedikit tersenyum penuh kemenangan.

Riveria memandang Shirou dengan kagum. "Magecraft-mu benar-benar luar biasa, Shirou. Bahkan, kau mampu menggunakan Alteration pada tubuhmu sendiri. Sementara aku…," ujarnya sambil tersenyum kecil, "aku masih mencoba membiasakan diri dengan Reinforcement pada benda saja dan belum cukup percaya diri mencobanya pada tubuhku sendiri."

Shirou tersenyum penuh pengertian dan menepuk bahu Riveria dengan lembut. "Jangan terburu-buru, Riveria. Kau sudah berkembang sangat cepat. Butuh bertahun-tahun bagiku untuk menguasai Reinforcement pada benda biasa, sementara kau sudah berhasil dalam beberapa minggu saja," kata Shirou, memberinya dorongan.

Mendengar kata-kata itu, Riveria merasa hangat dan sedikit malu. "Mungkin karena aku beruntung memiliki guru sehebat dirimu," ucapnya pelan, wajahnya sedikit memerah.

Shirou tertawa kecil, menggeleng. "Aku rasa kau memiliki potensi yang jauh melampaui apa yang kupelajari," balasnya. "Potensimu dalam Magecraft sangat luas, sementara aku hanya bisa fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pedang."

Mendengar itu, Riveria mengepalkan tangannya dengan penuh tekad. "Baiklah, Shirou. Aku akan berusaha memenuhi kepercayaan yang kau berikan," katanya, suaranya mengandung semangat dan tekad yang tinggi.

Mereka berdua berjalan keluar dari Twilight Manor menuju gerbang masuk, di bawah sinar lembut mentari pagi yang baru saja menyentuh puncak pepohonan. Suasana di sekitar masih sepi dan tenang, hanya ada suara langkah mereka yang terdengar di sepanjang jalan setapak.

Saat berjalan, Riveria memandang Shirou yang tampak rapi dalam jubah Elf dan bertanya dengan nada penasaran, "Kapan kau membeli jubah Elf itu, Shirou?"

Shirou menoleh dan tersenyum. "Kemarin, saat aku belanja bersama para pelayan dari Hostess of Fertility. Aku ingat hari ini akan berangkat bersamamu," ujarnya, lalu menyelipkan candaan, "dan mengingat aku akan pergi dengan seorang putri Elf, aku ingin tampil menyesuaikan."

Riveria tersenyum, tak mampu menahan perasaan senangnya meski ia digoda oleh Shirou, "Oh, cukup, Shirou. Tak perlu terus menggodaku dengan panggilan 'putri'."

Shirou mengangguk dan melanjutkan dengan nada serius, "Sebenarnya, alasan lain aku memakai ini karena aku sedikit khawatir. Seorang Human berjalan berdua denganmu mungkin saja jadi bahan gosip. Jadi, aku putuskan untuk menyamar sedikit, agar tak menimbulkan perhatian. Setidaknya, dengan tudung ini, aku bisa berpura-pura jadi Elf untuk sementara waktu."

Perasaan hangat menjalar di hati Riveria. Mendengar betapa Shirou memikirkannya, bahkan di saat bersama teman-teman perempuan dari Hostess of Fertility, membuatnya tanpa sadar terbuai oleh perasaan cinta. Ia tersenyum kecil, matanya berbinar, sambil dalam hati berbisik, Jadi, di tengah semua orang, kau masih memikirkan aku?

Namun, ia hanya berkomentar singkat, "Kau benar-benar penuh perhatian, Shirou."

Tiba-tiba, ide terlintas di benak Riveria. Ia berhenti sejenak, menatap Shirou sambil tersenyum, "Bagaimana kalau aku juga memakai tudung seperti ini? Supaya kita berdua menyamar, bukan hanya kau saja."

Shirou tampak setuju dengan cepat dan mengangguk. "Ide bagus. Dengan begitu kita bisa menjaga penyamaran bersama-sama."

Riveria memandangnya dengan penuh harap. "Kalau begitu, Shirou, bisakah kau menggunakan projection untuk membuatkan jubah yang serupa?"

Tanpa ragu, Shirou menganggukkan kepala dan mengangkat tangannya, merapalkan "Trace on". Dalam sekejap, jubah hijau bertudung—persis seperti yang pernah dikenakan Ryuu kemarin—muncul di tangannya. Warna hijau gelapnya selaras dengan warna rambut Riveria, memberi sentuhan elegan.

Riveria tersenyum senang dan menerima jubah tersebut. "Kau bahkan memilih warna yang cocok dengan rambutku," ujarnya, mengenakan jubah itu dengan gerakan anggun dan menutup kepalanya dengan tudung jubah sementara telinga lancipnya tersempil indah di kedua lubang tudungnya, lalu menatap Shirou. "Bagaimana, menurutmu?"

Shirou menatapnya terpukau sejenak, membandingkan bayangan ini dengan Ryuu yang menggunakan jubah serupa. Di dalam benaknya, perbedaan itu jelas—Ryuu tampak seperti peri kecil misterius yang melompat lincah di tengah hutan, sementara Riveria tampak lebih dewasa, memancarkan aura elegan yang hanya bisa didapatkan dari seorang Ratu Elf yang berwibawa dan agung.

Menyadari dirinya terlalu lama terdiam, Shirou buru-buru mengangguk. "Cocok sekali, Riveria. Kau terlihat sangat… anggun," katanya tulus, senyum menghiasi wajahnya.

Riveria tersenyum, merasa puas dengan reaksi Shirou. "Terima kasih, Shirou. Sekarang kita siap," balasnya, matanya berbinar antusias untuk petualangan mereka di Dungeon hari ini.

Saat mereka berjalan bersama menuju Dungeon, Shirou tiba-tiba teringat sesuatu dan memberi peringatan pada Riveria, "Oh, ngomong-ngomong, jubah ini hanya akan bertahan sekitar tiga hari. Setelah itu, projection ini akan lenyap dengan sendirinya."

Riveria terdiam sejenak, sedikit merasa kecewa. Jubah hijau ini benar-benar terasa istimewa karena Shirou yang membuatnya. "Sayang sekali...," gumamnya pelan, lalu menoleh pada Shirou dengan senyum kecil. "Kalau begitu, aku akan membelinya nanti di toko Elf dengan model yang sama. Lagipula, aku sudah suka dengan jubah ini."

Shirou tersentak sedikit, tidak menyangka Riveria akan begitu menyukai jubahnya. "Kau benar-benar menyukainya, ya?" tanyanya, tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Benar," balas Riveria lembut sambil tersenyum penuh arti, menunjukkan betapa bahagianya ia dengan jubah itu.

Melihat senyumnya, Shirou merasa campur aduk. Tak bisa ia pungkiri bahwa sebelumnya, Ryuu juga memilih membeli jubah Elf karena dirinya. Aku... ini seperti seorang bangsat yang memberikan 'hadiah' yang sama pada dua perempuan yang dekat denganku, pikir Shirou, merasa sedikit bersalah pada keduanya.

Namun, Riveria tampak tak memedulikan hal itu dan terus menatap ke depan dengan wajah bahagia, membuat Shirou semakin bingung bagaimana ia seharusnya menyikapi situasi ini.

Setibanya di tangga yang menurun menuju Dungeon, Shirou dan Riveria merasa bersyukur atas jubah bertudung yang mereka kenakan. Dengan tudung yang menutupi wajah mereka, identitas mereka terlindungi. Beberapa petualang tampak sibuk mempersiapkan peralatan dan senjata mereka di sekitar tangga, namun tak satu pun memperhatikan mereka berdua yang melangkah dengan tenang.

Di balik tudung hijaunya, Riveria tersenyum, merasakan kebebasan yang langka. Meskipun ia tak pernah merasa terbebani dengan statusnya sebagai royalti, di saat seperti ini, di antara banyaknya tatapan hormat dan segan yang biasa ia terima dari sesama Elf, menjadi bagian yang anonim adalah sesuatu yang menyenangkan.

Sementara itu, Shirou yang berada di belakang, membawa tas supporternya, masih memikirkan kejadian sebelumnya. Baik Riveria maupun Ryuu membeli jubah yang sama karena diriku... Tapi bukankah ini hanya kebetulan? Lagipula, tidak berarti aku berpacaran dengan salah satu dari mereka, pikirnya, berusaha menghibur diri sendiri.

Ia bergumam lirih, "Jika mereka tahu, mungkin akan dianggap lucu saja," ucapnya pelan pada dirinya sendiri.

Riveria menoleh mendengar gumamannya. "Kau mengatakan sesuatu, Shirou?"

Shirou tersenyum canggung dan menggeleng cepat. "Ah, tidak, tidak. Hanya bicara sendiri... tentang persiapan untuk perjalanan ke Dungeon ini," balasnya sambil tersenyum kikuk.

Riveria mengangguk kecil, memutuskan untuk tak terlalu mempermasalahkannya. "Baiklah, Shirou. Lagi pula, kita perlu menjaga fokus."

Shirou mengangguk setuju, mencoba mengabaikan kekhawatiran dalam pikirannya dan mempersiapkan diri sepenuhnya untuk ekspedisi mereka ke dalam Dungeon.

Related Books

Popular novel hashtag