Chereads / The System User / Chapter 6 - Menyelesaikan Masalah

Chapter 6 - Menyelesaikan Masalah

Selasa, 2 September, 2020. Pukul 19:06 dini hari.

Kursus dengan Bu Rina telah selesai. Saat ini, Adam sedang berjalan pulang bersama Sely. Adam berniat mengantarkan Sely pulang ke rumahnya karena rumah Sely berada dekat dengan Distrik Satu.

"Terima kasih, Adam, sudah mau mengantarku. Aku menghargainya," kata Sely dengan senyuman manis.

"Sama-sama, Sely. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu pulang dengan aman, terutama di malam hari seperti ini," jawab Adam tanpa ragu.

Adam dan Sely terus berjalan dengan suasana yang tenang, tetapi terasa ada sedikit kecanggungan di antara mereka. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengikuti dan mengawasi mereka dari belakang. Kelompok yang mengikuti Adam dan Sely berjumlah lima orang, terlihat dari jarak yang agak jauh.

[ Ada beberapa orang yang mengikut Anda dan Sely, Master. ]

Adam langsung terkejut dan siap menghadapi situasi dengan kewaspadaan. Sely, yang melihat reaksi Adam, menjadi penasaran dan bertanya, "Ada apa, Adam?"

Tanpa menjawab pertanyaan Sely, Adam bertanya, "Sely, apakah kamu memiliki masalah dengan seseorang?"

Sely bingung dengan pertanyaan itu dan menggelengkan kepalanya. Dia menjawab, "Apa maksudmu? Aku tidak punya masalah dengan siapapun."

Adam hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dalam hati, dia bertanya pada Sistem, "Sistem, berapa banyak orang yang mengikuti kita dan apa tujuan mereka?"

[ Mereka berjumlah tujuh orang, ada dua orang di dalam mobil van hitam di seberang jalan, dan lima orang lainnya sedang mengikuti kita. Sepertinya mereka berencana menculik Sely. ]

Adam mengerutkan kening mendengar informasi dari Sistem. "Menculik Sely? Tapi apa tujuannya?" pikir Adam dengan kebingungan.

[ Saya juga tidak mengetahuinya, Master. ]

Sely, yang masih bingung, bertanya dengan suara yang cukup keras dan sedikit kesal, "Kau kenapa sih, Adam?!"

Adam tidak menjawab. Karena para penculik itu masih belum membuat gerakan, Adam mencoba menenangkan dirinya dan kemudian menarik tangan Sely. "Mari kita pergi dari sini dulu," bisik Adam pada Sely.

Meskipun Sely masih bingung dan heran dengan Adam, dia tetap mengangguk dan menuruti perkataan Adam. Namun, sebelum mereka berdua pergi dari jalanan yang sepi itu, tiba-tiba seseorang muncul dari belakang mereka dengan kedua tangan memegang sehelai kain dan langsung menutup mulut mereka.

[ Dari belakang Anda ...

Sistem tidak sempat memberikan peringatan lebih lanjut pada Adam karena Adam sudah mulai kehilangan kesadaran.

Adam tidak sempat bereaksi, "Sial! Aku lengah..." batinnya, dan kemudian pandangannya menjadi gelap.

Setelah Adam dan Sely ambruk, bisa terlihat orang yang membius mereka berdiri dengan mengenakan setelan serba hitam dengan topeng khas perampok.

Orang tersebut kemudian mengangkat kedua tangannya, memberi isyarat kepada anggota lainnya bahwa dia telah berhasil. Merespons tanda tersebut, empat orang yang masih bersembunyi mulai keluar satu per satu.

Mereka mendekati orang yang telah membius Adam dan Sely, dan salah satu dari kelima orang itu berkata, "Bos memerintahkan kita untuk melapor kepadanya setelah kita selesai."

Orang itu mengangguk mengerti dan mengambil ponselnya untuk menelepon Bosnya. "Bos, kami telah menangkap mereka," kata orang yang membius Adam dan Sely setelah panggilan terhubung.

Bos mereka, yang berbicara dari seberang telepon, menjawab, "Suruh kedua orang kita yang membawa mobil untuk mengantarkan mereka ke lokasi yang sudah aku persiapkan."

"Baik, Bos!" jawab orang yang membius itu.

"Kalian juga ikut," lanjut Bos mereka.

Panggilan itu akhirnya berakhir. Mereka segera memanggil mobil van yang berada di seberang jalan untuk datang ke lokasi tersebut. Setelah mobil van itu tiba, mereka segera memasukkan Adam dan Sely yang pingsan ke dalamnya.

Semua orang ikut masuk ke dalam mobil van, dan dengan persetujuan dari orang yang membius, mereka bergerak menuju lokasi yang telah diperintahkan.

Beberapa saat kemudian, mobil tersebut tiba di sebuah bangunan pabrik terbengkalai yang terletak di pinggiran kota. Mereka semua turun dari mobil dan segera menyeret Adam dan Sely ke dalam.

Dalam keadaan terikat seperti itu, Adam dan Sely terlihat benar-benar tidak berdaya. Ketika melihat Sely yang tampak lemah, mereka yang lain merasa tergoda untuk melakukan sesuatu terhadapnya.

Namun, mereka menahan diri. Mereka takut jika mereka bertindak seenaknya, Bos mereka akan menghukum mereka.

Tiba-tiba, dari dalam kegelapan, muncul seseorang dengan senyum jahat di wajahnya. Ekspresi wajahnya mencerminkan kegembiraan yang penuh kepuasan.

"Kerja yang bagus, kalian semua," kata orang itu dengan suara yang bergema di dalam bangunan.

"Ya, Bos Kule!" jawab mereka dengan serempak.

Bos mereka ternyata adalah Kule Santoso, orang yang sering menyiksa Adam.

Kule tersenyum dengan kepuasan, mendekati Adam dan Sely yang terikat di tiang besi, lalu menarik rambut Sely. "Siapa yang ingin mencicipi jalang ini terlebih dahulu?" kata Kule dengan senyum jahatnya.

Para anak buahnya menelan ludah setelah mendengar pernyataan Bos mereka. Meskipun mereka ingin menjawab iya, mereka tidak berani dan memilih untuk diam.

Ekspresi Kule berubah menjadi kecewa, lalu dia berkata, "Sayang sekali..." sambil menggelengkan kepala.

"Baiklah! Aku akan menjadi yang pertama mencicipinya jika kalian tidak berani!" lanjutnya dengan kekejaman, lalu melepaskan ikatan Sely.

Namun, sebelum Kule bisa melakukan sesuatu, efek obat biusnya pada Sely telah hilang dan dia pun kembali sadar. "Di mana kita berada?" gumam Sely setelah menyadarkan diri, sambil memperhatikan sekeliling.

Pandangannya kemudian tertuju pada Kule yang berdiri di depannya, dengan ekspresi yang mengancam. "K-kau... Kule, mengapa kau melakukan ini padaku?" Sely berkata dengan ketakutan yang jelas terlihat.

Kule mendekati Sely sambil berkata, "Kau bertanya mengapa aku melakukan ini padamu?" Setelah berjalan menuju Sely, Kule berjongkok di depannya dan melanjutkan, "Kau pikir aku akan memberikan jawabannya? Hahahaha!"

Kule tertawa terbahak-bahak di hadapan Sely yang semakin takut, wajahnya semakin pucat.

Sely merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia hanyalah seorang gadis biasa, dan jika dia melawan, dia akan menderita lebih parah dengan kehadiran banyak anak buah Kule di sekitarnya.

Namun, di dalam hatinya, harapan tumbuh ketika dia melihat Adam. Meskipun dia tahu bahwa Adam sendiri tidak dapat mengubah situasi yang mereka hadapi, tetapi Sely masih berharap kepada Adam.

Kule, melihat Sely menangis, tersenyum dan memandang Adam dengan ekspresi penuh harap. "Apakah kau pikir dia akan menyelamatkanmu, huh?! Itu tidak akan pernah terjadi! Begitu si sungut itu sadar, dia akan menyaksikanmu bermain dengan anak buahku! Hahahaha!" Kule berkata dengan gila.

Sely semakin ketakutan, tubuhnya gemetar, air matanya mengalir deras, bibirnya terkatup tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun. Satu-satunya harapannya kini ada pada Adam.

Setelah mengeluarkan kegilaannya, Kule bangkit berdiri dan melepas pakaiannya. Melihat ini, Sely merasa gelisah, cemas, dan panik, tak tahu harus berbuat apa.

Sely berusaha menjauh dari Kule dengan melemparkan apa pun yang ada di dekatnya, "J-jangan mendekat!" teriak Sely dengan suara histeris, sambil terus menangis.

Pakk

Bukk

Trangg

Tringg

Namun, barang-barang yang dilemparkan oleh Sely tidak berdampak pada Kule yang memiliki tubuh yang besar. Kule bahkan hanya terkekeh dan menjilati bibirnya setelah terkena barang-barang tersebut.

Kule melanjutkan dengan menghapus pakaian yang tersisa sambil tersenyum jahat, semakin mendekati Sely yang tergeletak di lantai. Ia benar-benar telah kehilangan kewarasannya.

Para anak buahnya hanya bisa diam memperhatikan tingkah laku gila Bos mereka, dan mereka sendiri tak sabar untuk menikmati tubuh Sely yang tak berdaya.

______________________________________________

[ Master, tolong sadarlah. Sely sedang dalam bahaya dan membutuhkan bantuan Anda. ]

[ Master. ]

[ Mast...

Panel pemberitahuan Sistem terus muncul di depan Adam yang dalam kondisi setengah sadar. Setelah beberapa saat, Adam akhirnya sadar sepenuhnya dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Bajingan itu! Jadi rupanya dia dalang dari masalah yang akan menimpa Sely ini!" batin Adam sembari mencoba melepaskan ikatannya.

Sembari terus melepas ikatan yang mengikat Adam dengan kuat itu, dia melihat Kule yang sudah di atas tubuh Sely dan mencoba merobek bajunya. Adam harus benar-benar bertindak sekarang, jika tidak, kesucian Sely bisa ternoda.

Disisi lain, Kule terus mencoba memaksa Sely untuk menurutinya. Namun, karena Sely terus melawan, Kule langsung merobek pakaian Sely dengan kuat.

"Kyaaa" teriak Sely setelah bajunya di robek dam menampakkan pakaian dalam dan belahan dadanya.

"Hiks ... hiks ... Kau benar-benar bajingan ..." Sely hanya bisa menutupi bagian yang robek itu dengan kedua tangannya dan terus menangis.

Kule yang melihat pemandangan itu malah semakin gila dan langsung menerjang Sely. Sely berteriak sangat keras dan mencoba melawan. Namun, karena Sely hanya seorang gadis yang lemah, dia tidak berdaya melawan kekuatan Kule yang besar itu.

Pandangan Sely memudar dan pikirannya kosong. Dia benar-benar sudah putus asa, dan hanya memberikan perlawanan terakhir dengan meludahi wajah Kule. Kule benar-benar marah dengan itu dan menampar wajah Sely. "Jalang sialan!" kata Kule sembari menampar wajah Sely.

Sely benar-benar sangat putus asa sekarang dan ingin mati saja dari pada harus di perkosa oleh si brengsek ini. Namun, dia masih berharap bahwa ada seseorang akan menyelamatkannya, siapapun itu.

"Hentikan itu, brengsek," dengan kata-kata itu, Kule merasakan rasa sakit yang mengerikan di kepalanya, tubuhnya terlempar ke samping sejauh 4 meter.

Para bawahan Kule yang melihat itu, menyadari bahwa Adam sudah tidak ada di tiang besi tempatnya diikat. "Kau, bagaimana kau bisa bebas?!" tanya mereka heran pada orang yang menendang Kule.

Dan orang itu, yang tidak lain adalah Adam, menjawab dengan suara yang mengintimidasi, "Kalian tidak perlu tahu itu, yang perlu kalian tahu adalah, bahwa kalian semua akan mati disini!"

Adam tidak benar-benar akan membunuh mereka, kata-kata itu hanya untuk menjatuhkan mental mereka saja.

Setelah Adam berkata seperti itu, para bawahan Kule merasakan tekanan aneh dari Adam, mereka jadi susah bernafas, kaki mereka gemetar tidak karuan, dan rasa takut yang tidak bisa di jelaskan muncul dalam diri mereka. Mereka seperti melihat monster yang membuka mulutnya dan siap menelan mereka hidup-hidup di depan mereka.

Mereka semua ingin lari dari tempat itu, tapi mereka tidak bisa menggerakkan kaki mereka sama sekali dan hanya bisa berlutut atas rasa takut yang mereka rasakan. "A-apa-apaan dia ini?! Apa dia benar-benar manusia?!" keluh mereka dalam hati.

Melihat bawahan Kule yang tidak berdaya di depannya, Adam memperingatkan dengan berkata, "Kalian tidak boleh bergerak satu incipun dari situ, atau aku akan langsung membunuh kalian," dengan dingin dan kemudian berbalik menghampiri Sely yang sedang menangis.

"Adam ... Hiks .... Aku ... Aku .... Benar-benar ... Takut ... Hiks" kata Sely yang sedang terduduk di lantai dan menutupi bagian dadanya.

Adam yang melihat keadaan Sely yang seperti itu benar-benar sangat marah, namun dia tidak menunjukkannya dan tetap tersenyum pada Sely.

Adam kemudian memeluknya, mencoba menenangkan Sely sambil berkata, "Sudah tidak apa-apa ... Kau akan baik-baik saja sekarang, aku akan melindungimu, oke?" dan mengusap kepala Sely dengan lembut.

Sely hanya mengangguk dan terus menangis di dalam pelukan Adam. Dia benar-benar bersyukur Adam tepat waktu menolongnya, jika tidak, Sely benar-benar akan hancur.

Disisi lain, Kule tersadar dan memegang kepalanya yang berdarah. "Siapa yang memukulku tadi?!" katanya sambil mencoba bangkit.

Kule terhuyung-huyung dan terus mencari orang yang memukulnya tadi, kemudian dia melihat Adam, yang sedang memeluk Sely. Ekspresi Kule berubah jelek dan dia benar-benar sangat marah.

"Itu kau! Adam sungut!" teriak Kule mencoba mendekati Adam dan Sely dengan terhuyung-huyung.

Mendengar teriakkan itu, Adam bangkit berdiri dengan Sely yang sudah tenang tapi masih ketakutan di belakangnya, Sely juga memakai seragam sekolah Adam untuk menutupi tubuhnya. Adam, yang dengan menggunakan kemeja putih panjang, tanpa mengucap sepatah katapun, langsung menampar Kule yang sudah berada di depannya.

"Ini untuk tamparanmu padanya tadi" kata Adam dengan dingin dan kemudian melanjutkan, "Dan ini untuk kau yang mencoba menodainya," dengan menendang selangkangan Kule.

Kule yang merasakan itu, tersungkur di tanah dengan kedua tangannya memegang selangkangannya. "Akhhhh!!" teriak Kule kesakitan karena biji kemaluannya yang pecah.

Sely yang melihat itu, hanya bisa menutup matanya dan tidak merasa kasihan ataupun peduli sama sekali. Malahan dia ingin bajingan ini mati saja.

Adam kemudian menjambak rambut Kule dan menyeret tubuhnya ke depan para bawahannya. Bawahan Kule benar-benar dibuat ternganga dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Bos mereka itu babak belur dengan kepala yang berdarah, gigi yang hampir rontok semua dan gusi yang berdarah, pipinya yang bengkak, dan sambil memegang selangkangannya.

Mereka semua berkeringat dingin dan sangat ketakutan setelah melihat pemandangan yang mengerikan itu. "Dia monster!" batin mereka yang semakin ketakutan

"Lepahan ahu, hialan ... " kata Kule dengan susah payah. Dia benar-benar akan mati jika terus seperti ini.

Adam menatap Kule yang sedang di jambaknya, kemudian berkata, "Kau ingin di lepaskan? Baiklah, aku akan melepaskanmu" sambil melepaskan cengkramannya pada rambut Kule dan melanjutkan, "Sebagai gantinya, bawahanmu akan ku patahkan kaki dan tangan mereka satu persatu."

Kule yang sudah senang di lepaskan kembali, murung dengan pernyataan Adam itu, tapi dia tidak peduli dan berkata, "Ya, Ya, hau hisa henyisa hereka sesuhamu," dengan menganggukan kepalanya dengan cepat.

Walaupun tidak mengerti dengan perkataan bos mereka, para bawahan Kule ini tahu bahwa mereka sedang di korbankan untuk Bos mereka sendiri. Karena mereka semua tidak ingin jadi cacat, mereka mulai memohon pada Adam.

"Tolong lepaskan kami!"

"Kami hanya di suruh oleh orang itu untuk menculik kalian!"

"Kami mohon, ampuni kami!"

Namun, Adam tidak peduli dengan mereka semua, dia benar-benar tidak bisa memaafkan mereka semua, terutama Kule. "Melepaskan kalian? Tidak akan! Aku sudah bersumpah pada diriku sendiri bahwa akan membuat kalian tidak bisa bergerak selama hidup kalian!" batin Adam, yang benar-benar marah.

Kemudian Adam menatap Sely dan berkata sambil tersenyum, "Tolong tutup matamu, Sely, ini tidak akan enak dilihat," dengan Sely yang mengangguk sebagai tanggapan.

Dan dengan aura dingin dan tekanan yang keluar dari dirinya, Adam mulai mematahkan satu persatu kaki dan tangan para bawahan Kule itu.

"Tolong jang-"

Krakkk

"Aghhh!!!"

Satu kaki di patahkan.

"Kumoh-"

Krekkk

"Gahhh!!"

Satu tangan di patahkan.

Dengan suara tulang yang patah dan teriakan yang bergema di dalam bangunan itu, Adam terus melanjutkan kegiatannya itu sampai mereka semua tidak berdaya dan hanya bisa menangis histeris.

Setelah selesai mematahkan kaki dan tangan bawahan Kule, Adam menghampiri Sely, mengelus kepalanya dan berkata, "Maaf, gara-gara aku, kau jadi mengalami hal yang tidak menyenangkan," dengan nada menyesal.

Dengan bekas air mata yang sudah kering dan pipi yang merah, Sely menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak apa-apa, Adam," dan tersenyum pada Adam.

Hati Adam serasa tercabik-cabik melihat Sely, temannya itu, masih bisa tersenyum dengan kondisi seperti itu. Emosi Adam meluap-luap dan dia sangat marah, walaupun semua yang dia rasakan ini tidak tampak dari luar.

Adam kemudian berkata lagi, "Aku akan membalasnya untukmu," dan berjalan ke arah Kule.

Sely hanya tersenyum sambil bersyukur dalam hatinya karena Adam mau berbuat sampai seperti ini untuknya, yang baru saja menjadi teman Adam. Menatap punggung Adam, Sely benar-benar menganggap Adam sebagai pahlawannya dan membuat Adam menjadi nomor satu di hatinya mulai sekarang.

______________________________________________

Kule sekarang sedang berusaha kabur dengan merangkak di tanah, dia benar-benar sangat dibuat marah akibat Adam yang membuatnya seperti ini dan berniat akan membalasnya suatu hari nanti.

Dengan kalimat yang tidak jelas, Kuke berkata, "Hunggu haja hau, Aham hungut! Ahu ahan memha-"

Namun, perkataan Kule terhenti setelah seseorang menjambak rambutnya dari belakang. Kule merasa sangat kesal dan menoleh pada orang itu, setelah melihat wajah orang yang menjambak rambutnya itu, Kule menjadi sangat ketakutan dan berkeringat dingin.

Orang itu Adam dan sekarang dia terlihat seperti sangat marah. "Hoyong amhuni ahu ..." kata Kule sambil bersujud memohon.

Adam tidak menanggapinya sama sekali dan langsung menendang wajah Kule dengan kuat. Kule terlempar ke belakang sejauh 3 meter dan merasakan rasa sakit yang mengerikan.

"Howong ... ahuni ... ahu ..." kata-kata yang keluar dari mulut Kule menjadi semakin tidak jelas, dia kemudian tidak sadarkan diri.

Adam yang melihat itu, langsung menampar Kule dan menyuruhnya untuk bangun, "Hei, bangun bajingan, ini masih belum selesai"

Kule tersadar kembali, bahkan untuk kehilangan kesadaran saja Adam tidak memperbolehkannya.

"Ahu ... mehahu ... halah, hahi howong maahan ahu" kata Kule kembali memohon dengan mulut yang berdarah dan gigi yang rontok. Dia mulai menangis dan kencing di celana akibat terlalu ketakutan.

"Tidak, aku tidak akan pernah memaafkanmu dan ini semua terjadi akibat perbuatanmu sendiri," jawab Adam dengan dingin dan kemudian melanjutkan sambil berjongkok di depan Kule, "Sekarang, dimana orang tuamu yang sering kau jadikan senjata itu? Tentu saja tidak ada, mereka mana tahu kau akan berbuat sampai sejauh ini, bahkan jika kau meminta tolong sekarangpun, mereka akan lama menemukanmu karena bangunan pabrik ini yang lumayan tersembunyi."

Mendengar semua perkataan dan penjelasan Adam, Kule semakin ngeri, takut, gemetar, gelisah, seperti apa yang di rasakan Sely sebelumnya. Dia benar-benar putus asa dengan situasinya saat ini.

Adam kembali bangkit dan berkata, "Tenang saja, aku cuman akan membuatmu terbaring di rumah sakit kok!" dengan tersenyum.

"Dia iblis!!" batin Kule berteriak sambil menangis ketakutan.

Dan kemudian, Adam mulai memegang tangan kanan Kule, memijatnya dan langsung mematahkannya. Adam melanjutkan 'pijatan' di kedua kaki kule, tapi kini dia memegang kedua kaki itu dengan tangannya dan langsung menginjaknya, tanpa merasakan apapun.

"AGHHHHH!!!!"

Setelah tangan kanan dan kedua kaki Kule menjadi bentuk V, Adam mulai lagi dengan mematahkan jari-jari di kedua tangan Kule dan terakhir memukul wajahnya tepat mengenai hidungnya. Setelah itu, Kule pun pingsan.

Bukkk

Adam menatapnya tanpa merasakan rasa bersalah sama sekali, Kule benar-benar pantas disiksa seperti ini. Kemudian, dia mengambil ponselnya dari dalam sakunya dan menelpon polisi. Dia sedang merencanakan sesuatu.

Di kantor polisi, terlihat seorang polisi muda yang sedang duduk sambil memakan donat. Tiba-tiba, telpon di mejanya berdering, dia sedikit kaget dan hampir tersedak, tapi untung saja dia langsung meminum kopinya.

Polisi itu kemudian mengangkat telpon tersebut dan berkata, "Satu satu kosong disini, ada yang bisa saya bantu?"

"Ada perkelahian remaja dan penculikan, Pak, tolong segera datang dan amankan mereka!" balas suara dari seberang telfon yang terdengar panik.

Polisi ini mencoba menenangkan si pelapor itu, "Tolong tenanglah, Nak, dan beritahukan lokasi tempat kejadian tersebut"

"Baik, pak, lokasinya ... bangunan pabrik terbengkalai di Distrik 5 jalan Buaya" jawab si pelapor itu yang sudah terdengar tenang.

"Apa nama pabrik itu, nak?" tanya si polisi lagi.

"Nama pabriknya PT Lestari, pak" jawab si pelapor itu lagi.

"Baik, nak, dalam beberapa menit, kami akan tiba di lokasi itu dan tolong untuk tetap jaga jarak dari mereka" kata polisi itu mencoba memperingatkan.

"Baik, pak"

Tut ... Tut ...

Panggilan itu pun berakhir. Polisi muda itu langsung menginformasikan pada atasannya tentang hal ini dan atasannya langsung mengumpulkan para polisi yang siap, kemudian langsung menuju lokasi.

Kembali ke Adam, sekarang dia tengah menjelaskan pada Sely bahwa polisi akan segera datang ke tempat ini untuk mengamankan Kule dan bawahannya, jadi Adam menyuruh Sely untuk berpura-pura menjadi korban dengannya, padahal mereka memang korban secara harfiah.

Adam menjelaskan, bahwa Sely harus bersandiwara bahwa dia dan Adam di culik kemudian Kule beserta para bawahannya, mencoba memperkosa Sely. Namun, karena saling memperebutkan Sely, mereka jadi bertengkar dan baku hantam, dengan Kule sendiri melawan bawahannya yang berjumlah tujuh orang.

Sely sebenarnya ingin menolak usulan Adam itu, namun jika dia menolak, dia akan disibukkan dengan wawancara dan introgasi dirinya yang menjadi korban. Akhirnya, Sely hanya bisa mengikuti rencana Adam itu dengan tenang.

Adam sekarang tengah memperhatikan para bawahan Kule yang sedang pingsan dan memikirkan, "Bagaimana jika bawahan Kule mengatakan yang sebenarnya pada polisi? Itu akan benar-benar gawat!" batinnya sedikit panik.

[ Anda hanya tinggal menghapus ingatan mereka dan mengubahnya menjadi sesuai yang Anda inginkan itu, Master. ]

Pemberitahuan Sistem itu membuat Adam sedikit terkejut, "Jika aku bisa melakukannya, sudah kulakukan dari tadi!" keluh Adam dalam hatinya.

[ Saya bisa melakukannya, Master. ]

Adam terkejut lagi dengan pernyataan Sistemnya itu, "Kalau begitu, langsung saja kita mulai."

[ Baik, Master. Tolong sentuh kepala mereka satu persatu dan katakan ingatan apa yang akan menjadi pengganti. ]

"Oke, kalau begitu, ganti ingatan mereka menjadi Memperebutkan Sely dan Berujung Baku Hantam." Adam menjawab dan langsung menyentuh kepala para bawahan Kule itu. Kemudian, hal yang mengejutkan terjadi, kelima jari Adam mulai mengeluarkan percikan listrik yang merayap masuk kedalam kepala para bawahan Kule dan Kule itu sendiri yang di sentuhnya.

Dan kemudian, setelah semua orang sudah berhasil di sentuh oleh Adam, dia berdiri dan bertanya dalam hatinya dengan penasaran, "Apa yang kau lakukan tadi, Sistem?"

Dan sistemnya menjawab.

[ Saya melakukan Penekanan Memori dengan masuk ke otak mereka untuk menghilangkan semua hal buruk di ingatan mereka dan saya juga merusak bagian sistem limbik di otak mereka agar mereka semua amnesia dan memggantinya dengan ingatan yang Anda sarankan. Namun, efek dari ini, mereka semua mungkin akan gila. ]

"Jadi begitu, ya," gumam Adam setelah melihat penjelasan Sistem sambil berjalan ke arah Sely, dia melanjutkan, "Tapi, metode ini cukup mengerikan!"

Dia benar-benar tidak akan menggunakan metode ini pada manusia kecuali dalam keadaan yang gawat seperti sekarang ini. Membuat orang gila hanya dalam beberapa detik itu, benar-benar di luar nalar coy.

Tiba-tiba, dari arah luar, tersengar suara sirine polisi, kemudian Sely dan Adam mulai bersiap dengan sandiwara mereka. Sely dengan kata-katanya dan Adam dengan luka-lukanya yang di buat oleh Sistem.

______________________________________________

Selasa, 2 September, 2020. Pukul 20:11 dini hari. Bangunan Pabrik Terbengkalai.

Para polisi yang sudah tiba di lokasi yang sebelumnya telah di informasikan pada mereka, mulai menyelidiki bangunan terbengkalai itu mulai dari area luar.

Namun, karena tidak menemukan apapun, mereka masuk ke dalam bangunan itu sambil memegang senjata di tangan mereka. Dengan tenang dan pelan, para polisi itu masuk ke dalam bangunan terbengkalai itu.

Sesampainya di aula bangunan itu, para polisi ini terkejut, mereka semua melihat ada tujuh orang yang terkapar di lantai dengan kondisi kaki dan tangan mereka tidak karuan.

"Astaga! Sebenarnya, apa yang terjadi disini?!" tanya para polisi itu dengan heran. Mereka memang tahu bahwa ada perkelahian di lokasi ini, tapi mereka tidak menyangka akan melihat sesuatu yang mengerikan seperti ini.

Namun, bukan hanya ketujuh orang yang terkapar itu yang mereka lihat terluka. Ada satu orang lagi yang terlihat lebih mengenaskan, dengan wajah yang bengkak, mulut dan kepala yang berdarah, dengan tangan kanan dan kedua kaki yang bengkok ke arah berlawanan, bahkan jari-jarinya juga patah.

Mata mereka terbuka lebar dengan tidak percaya dan terkejut melihat semua pemandangan ini. Namun, semua keterkejutan mereka itu teralihkan dengan rasa penasaran setelah melihat seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah sedang menggendong seorang pemuda dengan kemeja putih di bahunya.

Melihat kondisi si pemuda yang di gendong gadis itu sangat parah, mereka langsung berteriak dengan panik, "Para korban disini! Mereka ada dua orang, dan satu orang terluka!

Para polisi lain yang sedang berjaga di luar, langsung masuk terburu-buru setelah mendengar teriakkan itu. Setibanya di dalam, mereka langsung mengevakuasi gadis dan pemuda itu, ke mobil ambulans yang ikut dengan mereka, untuk mendapat perawatan.

...

Adam sekarang terbaring di dalam ambulans dan sedang di infus, dia sudah membuat dirinya terluka parah luar dan dalam dengan bantuan Sistemnya sebelum parah polisi ini tiba. Sedangkan Sely, sedang menjelaskan pada para polisi sesuai dengan apa yang Adam katakan padanya sebelumnya.

Para polisi itu, yang mendengar penjelasan Sely, sedikit tidak percaya. Karena tidak mungkin satu seorang Kule dapat membuat tujuh orang bawahannya dalam kondisi mengerikan seperti itu. Namun, karena mereka melihat Kule juga terluka, jadi masih ada kemungkinan bahwa yang di jelaskan Sely ini adalah kebenaran.

"Baiklah, kami akan menanyai satu dari ketujuh orang itu untuk penyelidikan lebih lanjut," kata para polisi itu dan mulai menuju ketujuh orang itu yang terbaring di tandu.

Sely panik mendengar itu. "Bagaimana ini?! Jika para bawahan si brengsek itu mengatakan yang sebenarnya, Adam akan dalam masalah!" batin Sely, sambil terus memikirkan apa yang haru dia lakukan.

Namun, Sely tidak dapat memikirkan bagaimana harus mengatasi ini, dia ingin bertanya pada Adam, tapi Adam masih belum sadarkan diri.

Sely juga sebenarnya bingung dan bertanya-tanya, bagaimana Adam mendapat luka-lukanya itu dan menjadi tidak sadarkan diri, padahal saat Adam melawan Kule dan bawahannya, dia tidak terluka sedikitpun.

Sely kemudian mengikuti para polisi itu, yang sedang menuju para bawahan Kule. Setelah mereka tiba, perawat yang menangani bawahan Kule itu mengangguk dan mempersilahkan para polisi itu untuk melakukan tugas mereka dengan di ikuti Sely di belakang mereka.

Beberapa saat kemudian, satu dari ketujuh orang itu mulai sadar, salah satu petugas polisi yang bertugas mencatat setiap detail kejadian di tempat itu, mulai menanyakan pada orang itu apa yang sebenarnya terjadi.

Orang itu kemudian menjawab dengan sangat ketakutan, "Bos kami! Dia sudah gila! Dan menyiksa kami hanya untuk si jalang itu!" sambil menunjuk Sely dan kemudian orang itu melanjutkan, "Tapi kami tidak hanya diam saja dan membalas Bos kami bersama-sama! Kami benar-benar tidak punya pilihan saat itu, jadi saya mohon jangan tahan kami, Pak!" orang itu meminta mereka semua untuk di bebaskan.

Polisi itu mencatat semua perkataan orang itu dan menghubungkannya dengan penjelasan Sely, kemudian polisi itu mengangguk mengerti. "Begitu, ya... Ini semua benar-benar seperti penjelasan gadis itu," kata polisi itu sambil menutup buku kecil yang di pegangnnya kemudian melanjutkan, "Dan kalian akan ikut bersama kami ke kantor."

Sely, disisi lain, terkejut dan kebingungan dengan penjelasan salah satu bawahan Kule itu. "Hah? Apa aku salah dengar? Kenapa penjelasannya sesuai dengan apa yang kukatakan?! Jelas-jelas mereka menjadi seperti itu karena Adam, bukan karena si brengsek itu!" batin Sely tidak percaya.

Namun, berkat itu, masalah terselesaikan dan Sely tidak perlu melakukan apapun lagi. Dia juga tidak ingin terlalu memikirkan soal itu. "Mungkin mereka amnesia... Ya, ya, pasti karena itu," pikir Sely, tidak mau terlalu memikirkan soal itu.

Dan dengan ini, rencana Adam berhasil dan mengelabui para polisi dengan membuat Adam dan Sely tampak seperti korban dan tidak bersalah sedikitpun.

Sely kemudian berjalan ke arah ambulans dengan terburu-buru, dimana Adam sedang di rawat dan tidak sadarkan diri. Dia benar-benar khawatir dengan pahlawannya itu.

______________________________________________

"Ugh ..." Adam tersadar dari tidurnya dengan masih merasakan sakit di sekitar tubuhnya. Dengan posisi duduk dan kaki terlentang di atas kasur itu, dia bergumam, "Dimana aku?" dengan bingung.

Namun, setelah melihat pakaian pasien yang di pakainya, Adam menyadari bahwa dia sekarang berada di rumah sakit, entah di rumah sakit mana.

[ Ini RS Indah Meykarta, Master. ]

Dengan pemberitahuan Sistem yang tiba-tiba muncul itu, Adam mengangguk, menjadi tahu dia sekarang berada di rumah sakit mana. "Hei, Sistem sialan! Kenapa kau membuatku sampai tidak sadarkan diri, hah?!" gumam Adam dengan tiba-tiba sambil mengerutkan keningnya.

Sistem langsung memberikan responnya.

[ Anda yang menyuruh saya, Master. ]

Melihat ini, mata Adam melolot ke panel Sistem di depannya dan dengan cepat dia membalas, "Aku memang menyuruhmu! Tapi, itu untuk membuatku terluka, bukan untuk membuatku tidak sadarkan diri seperti ini!" dan berdiri di atas kasur rumah sakit itu.

[ Anda benar. Ini memang salah saya. Jadi saya meminta maaf atas kesalahan yang saya buat, Master. ]

Adam sedikit terkejut dengan permintaan maaf dari Sistemnya itu, dia kemudian kembali duduk dan menenangkan dirinya seraya berkata, "Haah... Baiklah, aku memaafkanmu kali ini dan jangan mengulangi kesalahan yang sama lagi mulai sekarang, paham?" dengan tegas.

[ Saya mengerti, Master. ]

Menanggapi itu, Adam mengangguk dan kemudian kembali berbaring dan tersenyum. Karena dia masih merasakan sedikit sakit pada tubuh dan kepalanya, Adam akhirnya memilih untuk tidur dan beristirahat untuk memulihkan tubuhnya.

Dan untuk masalah yang Adam buat sebelumnya, Adam tidak terlalu memikirkannya. Rencananya dan Sely pasti berhasil, jadi apa yang harus di pusingkan.

Namun, karena memikirkan tentang Sely itu, Adam jadi ingat padanya dan bertanya, "Hei, Sistem, apa kau tahu dimana Sely sekarang? Dan apakah dia baik-baik saja?" dengan penasaran.

[ Sely sudah pulang duluan, Master. Dan untuk kondisinya, dia baik-baik saja, tidak ada tanda kerusakan apapun, mau itu mental atau fisik. ]

Setelah melihat jawaban Sistem itu, Adam tersenyum lega dan bergumam, "Syukurlah kalau begitu." Dan dengan senyum cerah di wajahnya, Adam tertidur pulas tanpa mengkhawatirkan apapun.

______________________________________________

Rabu, 3 September, 2020. Pukul 09:23 dini hari. Rumah Sakit Indah Meykarta.

Kedua orang tua Kule sekarang sedang berada di rumah sakit tempat korban dan anak mereka di rawat. Dan untuk kenapa mereka bisa tahu bahwa anak mereka di rawat disini, ini semua berkat para petugas polisi yang menelpon mereka tepat jam sembilan malam di saat mereka sedang berurusan dengan klien perusahaan mereka.

Sebenarnya, mereka sudah tahu bahwa anak mereka ini memang brengsek. Namun, karena kebrengsekkan anak mereka ini masih di batas wajar, mereka hanya membiarkannya saja, yang penting anak mereka bahagia dengan itu.

Tapi, mereka benar-benar tidak terpikir bahwa anak mereka yang brengsek ini akan melakukan sesuatu yang melewati batas seperti pada kasus ini, menculik dua orang teman sekolahnya dan bahkan menghajar bawahannya sendiri.

Namun, setelah melihat keadaan anak mereka sekarang yang terbaring di rumah sakit. Mereka benar-benar tidak peduli lagi dengan kasus ini, mereka sangat marah dan sangat ingin membunuh para bawahan anak mereka yang sudah membuatnya seperti ini.

Kedua kaki anak mereka itu patah, bukan cuman kakinya saja bahkan satu tangan dan kesepuluh jarinya juga patah, kepalanya juga terluka. Yang lebih mengerikannya lagi, setelah anaknya di X-Ray, mereka mendapati bahwa anak mereka itu sudah tidak memiliki 'biji', itu pecah dan sudah tidak bisa sembuhkan.

Sekarang mereka tengah menangis sambil meratapi putra mereka yang sedang terbaring dan masih tidak sadarkan diri di atas kasur rumah sakit itu. Tiba-tiba, ayah Kule, yang sering di panggil Pak Burhan ini, berkata, "Tenang saja, Nak, ayah akan membalaskan perbuatan mereka ini seratus kali lipat!" sambil menghapus air matanya dan mengepalkan tinjunya.

Ibu Kule, Nining Suryati, yang mendengar itu langsung menghampiri anaknya dan membelai kepala anaknya itu. "Hiks... Itu benar, Nak, Ayah dan Ibu akan membalas mereka bagaimanapun caranya... Hiks" kata Ibu Kule sambil terus menangis.

Mereka tidak perlu di kasihani sebenarnya, karena kepribadian dan sifat mereka sama seperti anaknya, ini fakta jika melihat dari kelakuan anaknya.

...

Di lorong Rumah Sakit ini, terlihat ada seorang wanita yang mengenakan dinas guru sedang berjalan dengan seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah elit Meykarta. Mereka berdua sedang menuju ruangan seseorang.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua tiba di depan pintu ruangan orang yang mereka cari. "Ini kamarnya kan, Sely?" tanya wanita yang berseragam guru itu yang tidak lain adalah Bu Rina.

"Iya, Bu, ini ruangannya," jawab gadis berseragam sekolah yang tidak lain adalah Sely.

Bu Rina mengangguk dan langsung membuka pintu yang bernomor '156' itu, tiba di dalam ruangan yang adalah kamar rumah sakit itu, Sely, tanpa di perintah, langsung membuka gorden berwarna hijau yang menutupi tempat tidur pasien dan menyapa, "Hai, Adam, Bu Rina dan aku datang menjengukmu nih."

Namun, pasien yang tidak lain adalah Adam sendiri, tidak menjawab sama sekali. " Dia sepertinya sedang tertidur" ucap Bu Rina yang berdiri berlawanan dengan Sely dan bisa melihat wajah Adam.

Ekspresi Sely berubah kecewa, namun karena dia tidak ingin mengganggu istirahat Adam, Sely menyarankan, "Bagaimana kalau kita menjenguk dia besok saja, Bu?"

Bu Rina menggelengkan kepalanya dan membalas, "Tidak, kita tunggu saja dulu, dia pasti akan segera bangun, soalnya dia sudah tidak sadarkan diri dari kemarin."

Sely mengangguk sebagai tanda mengerti dan berkata, "Baik, Bu, kalau begitu, saya akan mengupas apel ini dulu," sambil mengeluarkan apel dari buah-buahan yang di bawahnya.

"Ibu juga akan membantu" balas Bu Rina dan langsung memindahkan tempat duduknya di samping Sely.

Mereka kemudian mulai mengupas masing-masing satu Apel dengan pisau yang memang sudah berada di atas meja pasien dikamar itu. Mungkin pihak rumah sakit yang menyediakannya.

Di tengah asiknya Bu Rina dan Sely yang mengupas kulit apel itu, Adam terbangun dari tidurnya. Dengan masih setengah sadar, dia langsung mengambil posisi duduk dan menguap sambil bergumam, "Hoaamm, jam berapa sekarang?"

Adam benar-benar tidak sadar dengan dua wanita cantik yang sedang di samping kasurnya. Kemudian, dengan tersenyum, Bu Rina menjawab, "Sekarang sudah jam sepuluh pagi."

Mendengar jawaban dari samping kirinya, Adam menoleh dan sedikit terkejut melihat dua wanita cantik yang dikenalnya sedang mengupas kulit apel dengan pisau.

Adam kemudian menyapa dan bertanya pada mereka berdua, "Selamat pagi, Bu. Selamat pagi, Sely. Apa kalian datang kesini untuk menjengukku?" dengan senyumnya yang polos.

Bu Rina dan Sely hanya menjawab singkat, "Iya, kami datang untuk menjengukmu," kemudian meletakkan apel yang sudah mereka iris dengan rapi di piring setelah itu melanjutkan, "Makanlah apel ini, ini bagus untuk pencernaan."

"Terimakasih, Bu!" ucap Adam dan langsung memakan apel itu.

Setelah Adam selesai makan, mereka bertiga mulai membahas tentang kejadian yang Adam dan Sely hadapi. Bu Rina terlihat marah mendengar penjelasan mereka berdua dan tidak habis pikir dengan perbuatan Kule pada mereka Sely.

Menurutnya, Kule dan para bawahannya harus menerima hukuman yang setimpal atas perbuatan mereka. Bila perlu, mereka harus di hukum mati.

Waktu terus berlalu sampai siang hari dengan Adam, Sely, dan Bu Rina yang membahas tentang Adam yang di beri libur beberapa hari, namun masih harus mengikuti UTS dari rumah sakit. Bu Rina juga membahas tentang Olimpiade Matematika dan lain sebagainya.