Selasa, 12 September, 2020. Pukul 08:13 dini hari. Sekolah Elit Meykarta, Kelas 12-B.
Seorang guru dengan wajah tegas sedang menjelaskan kepada murid-murid di kelas ini dengan serius. Namun, dia melihat ada satu murid yang tidak memperhatikan dan hanya sedang tidur di tempat duduknya.
Guru itu mengerutkan keningnya sebelum akhirnya berjalan ke arah tempat duduk murid yang sedang tidur dengan santai itu. Dalam hatinya, guru itu berpikir, "Apakah dia pikir dia sangat pintar sehingga tidak peduli pada pelajaran ini?!" Raut wajahnya mulai berubah menjadi marah.
Di sisi lain, para murid yang melihat guru itu menghampiri murid yang sedang tidur itu, berbisik dalam hati mereka, "Dia pasti akan kena tegur!"
Kemudian, dengan langkah yang terhenti tepat di depan meja yang digunakan pemuda ini untuk tidur, guru itu langsung berkata dengan nada yang sedikit kasar, "Adam Kirana! Kau kira kita ini sedang berada di tempat apa?! Kalau kau ingin tidur, tidurlah di rumah nenekmu!" Guru itu menggebrak meja itu.
Murid itu, yang tidak lain adalah Adam, mengangkat wajahnya dan dengan santai, menguap sedikit dan kemudian membalas, "Bisakah Anda tenang sedikit, Pak?" Dalam posisi duduknya, dia melanjutkan, "Saya tahu bahwa kita sedang berada di kelas untuk belajar, tapi cara Anda mengajar membuat saya merasa ngantuk. Jadi, jangan salahkan saya dan tolong jangan mengungkit nenek saya seperti itu. Dia sudah meninggal" Ekspresi Adam langsung berubah menjadi serius.
Guru tersebut, mendengar alasan Adam, semakin marah dan urat di dahinya mulai terlihat. Tanpa meminta maaf atas perkataannya yang menyinggung nenek Adam, ia berkata dengan nada yang lebih kasar, "Kau merasa bosan, huh?! Kau benar-benar jadi sombong hanya karena mendapatkan peringkat satu, ya, bocah sialan!" Tanpa memperhatikan sikapnya sebagai seorang guru.
Kemarahan mulai timbul di dalam diri Adam, karena guru tersebut tidak meminta maaf dan tampaknya tidak peduli dengan komentarnya yang menyinggung neneknya. Meskipun begitu, Adam tetap mampu mengendalikan emosinya dan tidak melakukan apapun, namun ia berniat untuk membalas guru yang menyinggung neneknya ini dengan cara yang berbeda.
Dengan sikap percaya diri, Adam tersenyum sambil membalas perkataan guru tersebut, "Benar, itulah yang seharusnya saya lakukan, karena saya meraih peringkat tersebut dengan kecerdasan saya" sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah kepala.
Guru tersebut tertawa mendengar perkataan Adam dan kemudian berkata, "Jika kau benar-benar secerdas itu, coba maju ke depan dan kerjakan soal di papan tulis itu. Jika kau berhasil... Aku akan membiarkanmu, tetapi jika kau tidak bisa menyelesaikan soal tersebut, kau tidak akan bisa mengikuti pelajaranku lagi!" Sambil mengarahkan pandangannya ke papan tulis yang berisi soal yang rumit.
Adam menjawab dengan santai, "Baiklah, tapi jika saya bisa menyelesaikan soal ini, maka bapak harus meninggalkan sekolah ini." Tanpa ragu, Adam maju ke depan papan tulis dan mulai mengerjakan soal tersebut.
Soal di papan tulis tersebut adalah rumus fisika yang rumit, bahkan guru tersebut sendiri sedikit bingung dengan bagian akhir rumus tersebut. Dengan senyuman terseringai di wajahnya, guru itu memperhatikan Adam yang fokus mengerjakan rumus tersebut, sambil berpikir, "Hmph! Kau hanya beruntung saja saat meraih peringkat satu itu, bocah sialan!"
Namun, hanya beberapa menit setelah Adam mulai mengerjakan soal yang dikatakan sulit tersebut, dia sudah selesai dan kembali ke tempat duduknya.
Para murid dan guru tidak bisa mempercayai bahwa Adam telah menyelesaikan soal yang rumit itu begitu cepat. Mereka memutar mata mereka dengan tidak percaya, sambil batin mereka berseru, "Tidak mungkin! Tapi..." Mereka semua menatap guru dengan pandangan tajam.
Guru tersebut menggertakkan giginya, terlihat bahwa dia sulit menerima kenyataan yang ada di hadapannya. Dengan suara keras, dia berkata, "Kau... Kau curang, bocah sialan!"
Adam, yang ingin kembali duduk di tempatnya, mengerutkan kening dan membalas, "Bapak sendiri melihat dengan mata kepala bapak bahwa saya berdiri di depan dan menyelesaikan soal itu. Sekarang bapak mengatakan bahwa saya curang? Apakah bapak saat melihat saya menutup mata? Dan bagaimana juga saya bisa curang dengan para murid dan bapak yang memperhatikan? Aku benarkan, para teman sekelasku?" Adam kemudian menoleh dan menatap para murid.
Para murid yang ditatap dengan mata tajam oleh Adam mengangguk setuju, kecuali Rini Utami yang terlihat diam dan tidak terlalu memperdulikan situasi tersebut. Deril tetap sibuk membaca bukunya dengan serius, seolah-olah tidak memperhatikan situasi temannya.
Meskipun Adam dan para murid telah memberikan kebenaran, guru tersebut tetap enggan mengakui kekalahan dan terus bersikeras bahwa Adam curang. "Tidak, kau curang! Bagaimana mungkin seorang murid seperti kau mampu menyelesaikan soal yang bahkan aku, sebagai seorang guru, tidak bisa selesaikan!" Guru tersebut mencari alasan untuk menghindar, sambil berkeringat dingin.
Adam terdiam sejenak, kemudian dia tertawa kecil dan berkata, "Jika begitu menurut Anda, maka ini hanyalah masalah perbedaan kecerdasan antara Anda dan saya. Apakah Anda yang bodoh ataukah saya yang terlalu cerdas?" Dia menatap guru dengan penuh percaya diri.
Para murid di kelas menganggukkan kepala setuju setelah mendengar penjelasan Adam. Mereka setuju bahwa Adam memang lebih cerdas daripada guru ini.
Guru tersebut menjadi marah mendengar penjelasan Adam, lalu dengan ganas berlari menuju Adam, mengangkat kedua tangannya siap untuk memukul. "Aghhh! Rasakan ini, bocah sialan!" teriak guru itu.
Para murid terkejut dengan tindakan tak terduga ini. Beberapa murid laki-laki bangkit dari tempat duduk mereka dan berniat untuk menghentikan guru yang mulai kehilangan ketenangan karena tidak terima dengan penghinaan dari Adam.
Sementara itu, Adam tetap mempertahankan wajah tenang, karena dari sudut pandangnya, guru tersebut terlihat sangat lamban. "Haruskah aku membalasnya dengan kekerasan? Tidak, jangan lakukan itu, Adam. Kau akan diusir dari sekolah jika melakukannya. Tetapi... Apa yang sebaiknya aku lakukan?" pikir Adam dalam momen yang tegang ini.
...
Rini Utami, melihat Adam tetap diam tanpa melakukan gerakan apapun, menjadi khawatir. Meskipun Rini terlihat tidak peduli di luar, namun di dalam hatinya dia merasa panik. "Apa yang dipikirkannya dalam situasi seperti ini?!" batin Rini.
Namun, tiba-tiba Adam mulai bergerak. Dia berjongkok dan itulah satu-satunya gerakan yang dilakukannya. Rini bingung melihat aksi Adam tersebut. "Dia sedang melakukan apa?" batin Rini.
Ketika guru yang berlari dengan tangan terkepal menuju Adam, tiba-tiba dia terlihat guru itu terbang di atas kepala Adam yang sedng berjongkok dan kepala guru itu membentur dinding.
Bukkk!
Setelah terdengar suara benturan keras itu, guru tersebut langsung jatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri. Keheningan menyelimuti kelas setelah semua orang melihat apa yang terjadi. "Apa yang baru saja terjadi?" batin mereka, bingung dan penuh tanda tanya.
______________________________________________
Selasa, 12 September, 2020. Pukul 08:45 dini hari. Lorong Lantai Dua Sekolah.
Sely saat ini sedang berjalan dengan terburu-buru menuju kelas 12-B, mengikuti seorang murid yang memberitahunya tentang masalah yang terjadi di kelas tersebut. Sely merasa sangat khawatir sekarang, karena murid itu menyebutkan bahwa Adam dan guru fisika mereka terlibat dalam masalah.
"Apa yang di pikirkan si bodoh itu sih?!" batin Sely sambil terus mengikuti murid tersebut menuju kelas 12-B.
Setelah beberapa saat, Sely dan murid dari kelas 12-B tiba di kelas tersebut. Tanpa ragu, Sely langsung masuk dan terkejut dengan pemandangan yang ada di dalam kelas.
Sely melihat guru fisika mereka tergeletak di lantai tepat di depan kelas, sementara Adam berjongkok dengan punggung menghadap guru tersebut, dan para murid di kelas tampak heran dengan apa yang terjadi.
"Apa yang sedang terjadi di sini?!" seru Sely dalam hati, matanya terbelalak melihat pemandangan tersebut.
Sementara itu, Adam yang telah pulih dari keheningan pikirannya, mulai berdiri dari posisi jongkoknya. Kalian mungkin bertanya apa yang ada dalam pikirannya saat itu? Ternyata, tidak ada yang melintas dalam pikirannya!
Ketika para murid melihat Adam berdiri, mereka yang sebelumnya bingung mulai sadar dan menoleh ke arah pintu kelas, melihat Sely berdiri di sana. "Itu ketua OSIS!" seru salah satu murid dengan terkejut.
Sely yang mendengar itu, segera bangkit dari kebingungannya dan mengambil peran sebagai Ketua OSIS. Dengan sikap anggun namun tegas, Sely mendekati Adam dan menanyakan, "Apa yang telah kau lakukan pada guru ini?" seraya menunjuk ke arah guru yang tergeletak di lantai.
Adam menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tenang, "Aku tidak melakukan apapun."
Mendengar itu, Sely memicingkan matanya dan melihat Adam dengan keraguan. Namun sebelum Sely sempat mengatakan apapun, Adam melanjutkan, "Jika kau tidak percaya, tanyakan saja kepada teman-teman di sini," sambil menatap para 'teman sekelasnya' di ruangan itu.
'Teman sekelas' Adam, yang di tatap dengan tajam namun memikat oleh Adam, segera memberikan pernyataan mereka.
"Itu benar, Ketua. Adam tidak melakukan apapun. Guru itu menjadi seperti itu karena kesalahannya sendiri," kata murid pertama.
"Ya, betul. Bahkan guru itu mencoba menyerang Adam," tambah murid kedua.
"Dan yang lucunya, guru itu sendiri yang akhirnya terjatuh karena Adam berhasil menghindarinya dengan berjongkok," lanjut murid lain sambil tertawa terbahak-bahak.
Sely menghela nafas ringan setelah mendengar semua itu. Entah dia menghela nafas karena merasa lega atau tidak dapat memahami kejadian ini, tidak ada yang tahu.
"Walaupun begitu, kamu tetap harus ikut bersamaku untuk menjelaskan kepada guru yang lain," ucap Sely tegas sambil menatap Adam.
Adam mengangguk ringan sebagai tanggapan dan kemudian berkata, "Baiklah, tapi... Siapa yang akan membawa orang ini ke Gedung Dewan Guru?" sambil menunjuk guru yang terbaring di lantai dan air liur mengalir dari mulutnya.
Sely merasa jijik setelah melihat bahwa mulut guru tersebut benar-benar mengeluarkan air liur. "Apakah guru ini tertidur?!" seru Sely dalam hati yang kini merasa mual.
Sambil menutup mulutnya dengan satu tangan, Sely berkata pada Adam, "Kamu dan kedua orang di sana akan membawanya..." dengan wajahnya mulai memucat sambil menunjuk dua murid yang ada di kelas tersebut.
Kedua murid yang ditunjuk oleh Sely, sang ketua OSIS, tidak bisa membantah dan hanya bisa patuh dengan saran Sely itu. Mereka berdua mendekati guru yang terbaring tersebut dan berencana untuk mengangkatnya, namun setelah melihat air liur yang keluar dari mulut guru tersebut, mereka berubah pikiran.
"Ehm... Ketua, tidak bisakah orang lain yang melakukannya?" tanya salah satu murid dengan enggan. Ia benar-benar merasa jijik setelah melihat apa yang baru saja terjadi.
Sely, masih menutup mulutnya karena rasa mual, berkata dengan tegas, "Ya, kalian berdua harus melakukannya."
Kedua murid itu langsung memperlihatkan ekspresi sedih, tetapi karena ini adalah perintah dari ketua OSIS yang cantik, mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa patuh, meskipun merasa jijik.
Adam dan kedua murid itu kemudian mengangkat tubuh guru itu. Masing-masing murid memegang punggung guru dari sisi kiri dan kanan, sementara Adam memegang kaki guru dengan erat.
Dengan hati-hati, mereka mulai membawa guru tersebut menuju Gedung Dewan Guru yang berjarak sekitar 10 meter dari Gedung Utama ini. Sely mengikuti mereka bertiga dari belakang, sambil merasa mual.
...
"Gila! Adam benar-benar gila sekarang!"
"Ya, kamu benar! Aku pikir dia hanya berbicara omong kosong saat bilang dia akan menyelesaikan soal di depan itu!"
"Yang lebih gila lagi, dia mempermalukan guru itu!"
"Guru itu pasti akan dipecat karena masalah ini, hahaha!"
Para murid di kelas 12-B awalnya hanya diam, tetapi sekarang mereka mulai berseru satu per satu setelah Adam dan Sely keluar dari kelas. Mereka mulai memberikan perhatian pada Adam dan sedikit mengaguminya karena dia telah mempermalukan guru yang menyinggung tentang neneknya itu.
Bahkan Rini, yang sebelumnya menganggap Adam hanya sebagai murid biasa yang sedikit lebih cerdas darinya, mulai memberikan perhatian pada Adam. Deril juga merasa bahwa keputusannya untuk menjadi teman Adam tidak terlalu buruk.
Pandangan mereka semua berubah hanya karena Adam menunjukkan sedikit kemampuannya. Bagaimana jika Adam menunjukkan semua yang dia bisa kepada mereka? Hanya author yang tahu apa yang akan terjadi.
...
Adam, Sely, dan kedua orang yang menemani mereka telah tiba di Gedung Ruang Guru. Sely menoleh ke arah dua orang tersebut dan berkata, "Sampai di sini saja, kalian boleh pergi sekarang. Adam akan membawa guru ini sendiri, dia kuat kok," sambil tersenyum melihat Adam.
Kedua orang tersebut langsung merasa senang, senang karena tidak perlu membawa guru yang tidak menyenangkan itu dan senang karena melihat senyuman dari Sely. Mereka berdua merasa bersyukur karena mereka memutuskan untuk ikut, jika tidak, mereka tidak akan melihat senyuman yang begitu mempesona ini.
Kemudian mereka berdua berbalik dan pergi dari depan Adam dan Sely, sementara Adam yang melihat senyuman Sely, memahami bahwa gadis itu meminta dia untuk menggendong guru tersebut sendirian. "Dia merasa jijik ya..." pikir Adam sambil mulai menggendong tubuh guru itu di punggungnya.
Karena Adam memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata manusia biasa, dia terlihat tidak mengalami kesulitan sama sekali dalam mengangkat tubuh guru yang agak besar tersebut. Bahkan Sely bertanya apa yang Adam makan untuk mendapatkan kekuatan seperti itu.
Adam tahu bahwa Sely bercanda, jadi dia hanya diam sambil terus berjalan menuju ruangan tempat para guru biasanya berkumpul. Setelah beberapa saat, mereka tiba di ruangan tersebut, dan Adam melihat hanya ada beberapa guru di sana.
"Mungkin yang lain masih mengajar di kelas karena masih jam pelajaran," gumam Adam dalam hati.
Beberapa guru yang berada di ruangan mulai mendekati mereka dan bertanya apa yang terjadi pada guru yang sedang digendong oleh Adam. Keduanya kemudian menjelaskan dengan rinci semua kejadian yang terjadi di kelas.
______________________________________________
Selasa, 12 September, 2020. Pukul 17:07 dini hari. Apartemen Bu Rina.
Bu Rina saat ini sedang menunggu kedatangan Adam dan Sely di apartemennya, seperti yang mereka lakukan setiap hari untuk belajar materi yang akan muncul dalam Olimpiade Matematika Nasional yang akan diadakan besok.
Ketika mereka berada di sekolah tadi, Bu Rina terkejut melihat Adam dan Sely pergi ke Dewan Guru dengan Adam yang menggendong guru fisika di punggungnya.
Keduanya menjelaskan bahwa guru fisika tersebut mencoba menyerang Adam karena tidak menerima kekalahan setelah bertaruh dengan Adam. Mereka berdua telah bertaruh bahwa jika Adam bisa menyelesaikan soal yang dibuat oleh guru tersebut, guru itu akan mengakui bahwa pengajaran yang dia berikan "membosankan".
Adam juga menambahkan suatu syarat dalam taruhan itu, yaitu jika dia berhasil menyelesaikan soal tersebut, guru fisika tersebut harus meninggalkan sekolah dan tidak akan muncul lagi di sana. Guru tersebut setuju dengan usulan Adam. Namun, setelah kalah dalam taruhan, dia menuduh Adam curang dan bahkan menyerangnya.
Namun, Adam berhasil menghindari serangan guru tersebut, dan akibatnya guru itu tidak sadarkan diri setelah kepalanya terbentur keras pada papan tulis di kelas. Semua ini dijelaskan oleh Adam dan Sely.
Bu Rina dan para guru lainnya setuju untuk mengeluarkan guru fisika tersebut berdasarkan penjelasan dari Adam, Sely, dan murid-murid lainnya. Mereka akan mencari pengganti guru fisika baru, mengingat sekolah mereka adalah sekolah elit.
Tok, tok!
Bu Rina terkejut dari lamunannya oleh suara ketukan pintu itu. Dia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu apartemennya.
...
Adam dan Sely sekarang berdiri di depan pintu apartemen Bu Rina, menunggu untuk di bukakan pintu. Setelah beberapa saat, akhirnya pintu itu terbuka dan menampilkan Bu Rina yang sedang mengenakan singlet putih dan celana pendek pink, penampilannya saat ini tidak seperti guru malah seperti wanita cantik pada umumnya.
Adam tertegun sejenak melihat pemandangan indah ini, apalagi melihat payudara Bu Rina yang F cup di tutupi oleh hanya singlet putih. Jika hanya ada Adam sendiri mungkin dia akan menyerang- Maksudnya, jika itu orang lain, mungkin Bu Rina akan di serang dengan melihat penampilannya saat ini.
Sely yang melihat Adam seperti itu, langsung mencubit perutnya untuk menyadarkan pemuda ini yang sedang terpana dengan keseksian gurunya sendiri. "Hei, mesum, sadarlah! Dia itu gurumu!" ucap Sely pelan.
Adam langsung tersadar dan kemudian dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Itu sakit, sialan!" balas Adam sambil mengusap bagian yang di cubit Sely.
"Hmph! Itu salahmu sendiri, siapa suruh kau menatap gurumu dengan nafsu seperti itu" ucap Sely memelototi Adam.
Adam mengangkat kedua tangannya ke depan dan berkata, "Baik, baik, aku minta maaf, oke?"
Sely hanya mendengus kesal, entah mengapa dia merasa cemburu jika Adam melihat perempuan lain dengan tatapan seperti itu, mungkin karena Sely menaruh perasaan pada pahlawannya ini.
Bu Rina yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua, mulai merasa kesal dan langsung menyuruh mereka berdua untik segera masuk. "Apa aku salah memakai pakaian ini?" gumam Bu Rina dalam hati sambil memperhatikan pakaian yang di kenakannya.
Adam dan Sely mengangguk dan langsung masuk mengikuti Bu Rina. Sesampainya di ruang tamu apartemen Bu Rina, mereka berdua duduk di sofa, karena sofa itu sedikit kecil, mereka berdua duduk berdekatan dan Sely tersipu dengan situaai ini.
"Baunya harum," gumam Adam dalam hati setelah mencium aroma parfum dari Sely.
Sedangkan Bu Rina pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih tertutup. "Sebenarnya, baru kali ini seorang pria melihatku mengenakan pakaian terbuka seperti tadi" gumam Bu Rina yang sedang mengenakan pakaian yang adalah piyama.
Selesai mengganti pakaiannya, Bu Rina kembali ke ruang tamu dan berkata, "Baiklah, kita akan langsung mulai pelajarannya"
Adam dan Sely mengangguk dan menjawab, "Baik, Bu" dengan serentak.
Bu Rina kemudian mulai memberikan soal-soal yang sudah di buatnya, semua soal ini berisi materi dan berbagai rumus dari Matematika. Setelah kedua muridnya itu mengambil dan mulai mengerjakan soal-soal itu, Bu Rina kembali duduk dan terus memperhatikan mereka berdua, dia bersiap jika ada dari kedua muridnya ini yang bertanya padanya.
Waktu pun terus berlalu sampai jam 7 malam. Merasa pelajarannya sudah cukup, Bu Rina menyuruh Adam dan Sely untuk pulang, mereka menyetujuinya dan berpamitan pada Bu Rina, kemudian pergi dari apartemen itu.
...
Saat ini, Adam dan Sely sedang berjalan bersama seperti biasanya. Adam akan mengantarkan Sely pulang ke rumahnya karena rumah Sely memang dekat dari sini.
Selama perjalanan itu, mereka berdua bercakap-cakap tentang Olimpiade dan topik lainnya. Kadang-kadang, mereka juga saling bercanda. Jika ada orang yang melihat mereka saat ini, mungkin orang tersebut akan berpikir bahwa mereka adalah pasangan. Memang, mereka terlihat cocok bersama.
Meskipun Adam tahu bahwa mereka cocok bersama, dia tidak ingin mengambil inisiatif untuk menjalin hubungan romantis dengan Sely. Sebagai seorang pelajar, Adam ingin fokus memperbaiki hidupnya, dan dia merasa tidak ingin terlibat dalam masalah percintaan saat ini.
Adam masih dalam lamunannya ketika dia tiba-tiba terkejut oleh pertanyaan Sely. "Hei, Adam, apakah kau... P-Punya pacar? A-Atau ada wanita yang kau sukai?" tanya Sely dengan ragu dan malu.
Sely sadar bahwa pertanyaan ini dapat menimbulkan kebingungan, tetapi dia benar-benar ingin tahu apakah pahlawannya yang luar biasa dan tampan ini memiliki pacar atau tidak.
Adam menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku tidak punya, mau itu pacar atau wanita yang ku sukai. Aku juga tidak terlalu peduli dengan hubungan romantis seper-"
Sebelum Adam sempat menyelesaikan ucapannya, Sely memotong dengan berkata, "Benarkah?!" dengan mata yang berbinar.
Adam menatap Sely sambil tersenyum pahit dan menjawab, "Y-Ya, seperti itulah... Dan kau terlalu dekat" sambil memegang wajah Sely dan menjauhkannya.
Sely yang sadar dengan kelakuannya langsung tersipu malu, menjauhkan wajahnya dan bergumam dalam hati, "Ah! Aku terlalu senang, sampai-sampai lupa diri"
Ya, Sely benar-benar senang setelah mendengar jawaban Adam itu, dia memang sudah jatuh cinta pada Adam sejak dia di selamatkan dari penculikan Kule di hari-hari sebelumnya, bahkan Adam adalah pria nomor 1 di hatinya setelah ayahnya. Dia benar-benar masih punya kesempatan untuk menjadi pasangan Adam.
"Oi, Sely, apa kau baik-baik saja?" tanya Adam yang dari tadi memperhatikan Sely terdiam di depannya.
Tersadar dengan ucapan Adam itu, Sely kemudian membalas, "A-Aku tidak apa-apa, kok, kalau begitu, ayo kita lanjutkan perjalannya."
Sely mulai berjalan duluan, sedangkan Adam masih kebingungan dengan tingkah gadis ini. "Apa maksudnya, coba?" gumam Adam dan kemudian mulai mengikuti Sely.
Mereka terus berjalan di jalanan ibu kota itu dan akhirnya tiba di rumah Sely beberapa menit kemudian. Karena Sely sudah sampai di rumah dengan aman, Adam buru-buru pamit dengan alasan bahwa kucing peliharaannya pasti sudah lapar.
Melihat kepergian Adam itu, Sely melambaikan tangannya dan tersenyum, dalam hatinya dia berpikir bahwa dia benar-benar menyukai pahlawannya ini.
______________________________________________
Selasa, 12 September, 2020. Pukul 21:09 dini hari. Gedung Perusahaan Ayah Kule.
Terlihat Ayah Kule, Burhan Santoso, sedang duduk di kursi di dalam kantornya sambil menelepon seseorang. "Jadi, bagaimana? Apakah kau bisa mengurus masalah ini?" kata Pak Burhan kepada lawan bicaranya di telepon.
"Jangan khawatir, Pak. Hanya mengurus seorang pemuda yang bahkan belum berbulu, tidaklah sulit," jawab suara di seberang telepon tersebut. Suara itu terdengar serius, tanpa menyadari bahwa pemuda yang mereka bicarakan sudah berbulu.
Pak Burhan menghela nafas sejenak dan berkata, "Aku tahu kau seorang gangster, tetapi jangan lengah. Anak itu membuat anak ku dan rekan-rekannya terbaring di rumah sakit dan belum sadar sampai sekarang," dengan wajah serius.
Orang di seberang telepon tertawa dan menjawab, "Pak Burhan, jangan khawatir. Saya dan anggota saya sering menangani masalah seperti ini, jadi kami tidak akan lengah."
Pak Burhan terdiam sejenak. Memang benar bahwa gengster yang akan dia sewa sering menghadapi situasi serupa dan selalu berhasil mengatasinya, tetapi dia masih khawatir para gengster ini akan berakhir seperti anaknya dan rekan-rekannya.
"Baiklah, jika kau benar-benar ahli dalam masalah seperti ini, aku akan mempercayaimu," ucap Pak Burhan setelah meredakan kekhawatirannya yang dianggapnya tidak berguna.
Orang di seberang telepon itu berkata dengan penuh keyakinan, "Hahaha, jangan khawatir, Pak! Kami pasti akan menghancurkannya dan membawanya kepada Anda!"
"Ya, begitulah seharusnya," balas Pak Burhan sambil menggertakkan giginya, lalu menutup telepon.
Tuuut... (suara panggilan berakhir)
Dengan ekspresi serius di wajahnya dan tekad balas dendam di hatinya, Pak Burhan bergumam, "Jangan khawatir, Nak. Ayah akan membuatnya membayar seribu kali lipat untukmu," sambil menatap keluar jendela.
...
"Hachuu!" suara orang bersin terdengar.
Adam yang sedang belajar di meja belajarnya tiba-tiba bersin. Sambil menggosok hidungnya, dia bertanya, "Apakah ada orang yang sedang membicarakanku?" dengan satu kening terangkat.
Adam menggelengkan kepalanya setelah mengucapkan kata-kata tersebut, lalu melanjutkan belajarnya. Namun, tiba-tiba, pemberitahuan dari Sistem muncul di depannya.
[Misi Khusus: Memukul pantat para gengster.]
[Hadiah: +10 Kecerdasan, +10 Karisma.]
Adam mengerutkan kening dan tersenyum pahit melihat itu. "Hadiahnya terlalu kecil untuk misi yang berbahaya seperti ini..."
Suara Sistem langsung terdengar di dalam kepalanya setelah Adam mengucapkan hal tersebut. 'Tolong jangan mengeluh seperti itu, Master. Semua ini demi menjaga keseimbangan status Anda.'
Adam menghela nafas dan melambaikan tangannya. Dia tidak terkejut karena Sistem bisa menjawab dengan suara seperti itu. Kemudian dia berkata, "Baiklah, baiklah. Tolong jangan mengganggu ku sekarang, oke?" sambil melanjutkan belajar.
Sistem menjawab, 'Baik, Master. Jika begitu, saya akan masuk ke dalam: Sleep Mode. Selamat malam, Master.'
"Ya, selamat malam," Adam menjawab singkat dan terus melanjutkan belajarnya.
Singkat cerita, Adam selesai belajar tepat pada pukul 11 malam. Meskipun belum mengantuk, dia berbaring di kasurnya sambil memainkan smartphone barunya, X-Phone yang diberikan oleh Sistem.
"Smartphone ini sungguh keren!" ucap Adam setelah mencoba beberapa fitur dari X-Phonenya.
Tiba-tiba, Adam terpikir sesuatu dan langsung mencobanya. Dia menekan ikon aplikasi kamera, dan wajahnya muncul di layar smartphone. Dengan mantap, dia menekan ikon untuk mengambil foto.
Dengan suara "cekrek," foto wajah tampan Adam dengan rambut hitam yang berantakan berhasil diambil. Kemudian, dia keluar dari aplikasi kamera dan membuka aplikasi sosial media Eyesbook. Adam memposting foto baru yang diambilnya di story akunnya.
Karena Adam menggunakan jaringan Wi-Fi, foto tersebut dengan cepat terunggah. Dia tersenyum melihatnya, lalu mematikan smartphone-nya dan menutup matanya untuk tidur.
...
Di suatu bangunan yang terlihat sudah di tinggalkan, ada seorang pria kekar tinggi mengenakan jaket jeans berwarna biru dan celana hitam panjang dengan wajah sangar dan banyak tato di tangannya sedang duduk merokok dengan santuy. Bisa terlihat juga di belakangnya ada kain biru yang bergambar harimau berwarna hitam dan bertuliskan 'Black Tiger'.
Black Tiger, gengster yang dikenal di seluruh ibu kota, merupakan kelompok yang menakutkan. Mereka memiliki reputasi kejam, brutal, dan tidak mengenal sopan santun. Kehadiran mereka selalu menjadi ancaman bagi warga kota.
Para anggota Black Tiger terkenal karena tindakan kekerasan mereka yang mengerikan. Mereka sering terlibat dalam pemerasan, perampokan, dan pemukulan terhadap siapa pun yang berani melawan mereka. Keberanian mereka dalam menghadapi musuh-musuh mereka menjadikan mereka sebagai sosok yang ditakuti oleh banyak orang.
Tiba-tiba salah satu anggota gengnya mendekatinya sambil memegang ponselnya. Anggota tersebut berkata, "Bos, tolong lihat ini, Bos. Apakah orang ini yang dikatakan Pak Burhan untuk kita hancurkan?"
Pria bertubuh kekar dan tinggi itu, Buser, langsung mengambil ponsel tersebut dan melihat foto seorang pria tampan dengan rambut hitam yang sedikit acak-acakan sedang berbaring. Setelah melihatnya, ia menganggukkan kepala dan berkata, "Ya, ciri-ciri wajahnya memang mirip dengan yang dikatakan Pak Burhan."
Buser menatap anak buahnya dan melanjutkan, "Jadi, mengapa kau menunjukkan foto orang ini padaku?"
Anak buahnya menggelengkan kepala sambil menggaruk belakang kepalanya, "Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin menunjukkannya pada Bos, hehehe."
Buser menghela nafas dan meminta anak buahnya untuk mendekat. Anak buahnya itu patuh dan langsung mendekat.
Tiba-tiba dengan keras, Buser menampar orang itu sampai tersungkur di lantai dan berkata, "Kau ingin bermain-main denganku, huh?!" wajahnya memerah.
"T-Tidak, Bos, t-tolong ampuni aku" Anak buahnya itu memohon sambil bersujud di hadapan Buser.
"Tcih! Kali ini saja kau ku ampuni, pergi sana!" Buser menyuruh anak buahnya itu untuk pergi sebelum dia menghajarnya.
"B-Baik, Bos!" Anak buahnya langsung buru-buru pergi sampai melupakan smartphonenya yang di pegang oleh Buser.
Setelah anak buahnya itu pergi, buser menatap layar smarphone yang menampilkan wajah tampan dengan rambut acak-acakan itu dan kemudian berkata, "Wajah tampannya ini akan kubuat hancur, tunggu saja!" sambil meremas smartphone itu dan melemparkannya ke lantai.
Bisa terlihat smartphone itu hancur hanya dengan tangan Buser yang besar itu. Kemudian buser duduk dan meminum seteguk alkohol dari botol minuman yang memang ada disana.
Buser ini adalah ketua dari gengster Black Tiger yang di maksud dalam Misi yang di berikan Sistem pada Adam. Dan Adam akan menendang pantat si Buser ini, entah kapan itu akan terjadi.