Minggu, 10 September, 2020. Pukul 15:06 dini hari.
Tujuh hari telah berlalu sejak Adam dirawat di Rumah Sakit Indah Meykarta. Dia sudah diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit tepat pada hari kelima. Ujian Tengah Semester juga sudah berakhir, tapi Adam masih belum bisa merasa senang, karena dia masih harus mengikuti Olimpiade Matematika Nasional.
Dan mengenai Misi Khususnya, Adam sudah menyelesaikan dua tugas dari misi tersebut dan yang tersisa hanya satu tugas lagi, yaitu Memenangkan Latihan Tanding Antar Sekolah.
Namun, Adam tidak terlalu ingin memikirkan hal itu karena Olimpiade dimulai tepat pada hari Rabu, jadi dia masih memiliki waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugas yang tersisa ini. Bahkan waktunya juga pas, karena latihan tanding akan diadakan pada hari Senin, tepatnya besok.
...
Sekarang Adam sedang bersantai dengan Shadow di ruang tamu sambil menikmati camilan dan menonton National Geographic. Entah mengapa, Adam mulai menyukai acara tersebut.
Setelah mengunyah dan menelan satu popcorn, Adam tiba-tiba bergumam, "Status Window."
Dan dengan cepat, jendela informasi muncul.
[Status Window]
[Nama: Adam Kirana]
[Profesi: Siswa kelas 12-B di Sekolah Menengah Atas Meykarta, Pengguna Sistem]
[Kekuatan: 99
Kelincahan: 98
Ketahanan: 99
Kecerdasan: 22
Karisma: 11]
Skill: Gamer Lvl.MAX, Memasak Lvl.3, Belajar Lvl.3, Merawat Hewan Lvl.2, Olahragawan Lvl.1, Beladiri Tinju Lvl.2, Mengemudi Lvl.1, Pengendalian Senjata Lvl.1]
"Pada akhirnya, aku tidak menggunakan skill apapun saat melawan si brengsek itu," gumam Adam setelah melihat statusnya.
Sambil terus mengunyah camilan popcorn, dia melanjutkan, "Ya, semua ini berkat statusku yang mendekati level monster ini," dan tersenyum.
Adam melanjutkan waktu santainya sampai malam hari. Dia mandi bersama Shadow, kucing kecil yang sudah terbiasa dimandikan oleh Adam.
Kemudian, mereka berdua pergi ke lantai dua, ke kamar Adam. Setelah meletakkan Shadow di atas kasur untuk beristirahat, Adam mulai sesi belajar sendirian.
Namun, dia hanya belajar selama satu jam. Setelah itu, dia beralih bermain game di komputernya. Adam memainkan game Moba yang bernama Hero Champion League.
Setelah memasukkan username dan passwordnya, Adam masuk ke dalam game dengan sambutan "Welcome to the Arena" dari suara wanita yang sedikit robotik.
Adam menggunakan hero favoritnya, yaitu seorang pahlawan yang menggunakan dua pedang pendek di kedua tangannya dan satu pedang panjang di punggungnya.
Dengan menggunakan skill retribution, Adam membawa heronya ke hutan (jungle) dan mulai membunuh monster-monster kecil di sana.
Sementara itu, keempat pemain lain yang dipasangkan dengan Adam menggunakan hero sesuai dengan peran yang tersedia.
Ada pemain yang menggunakan hero dengan serangan jarak jauh atau yang dikenal sebagai marksman, bertugas menjaga jalur emas (gold lane). Lalu jalur bawah (exp lane), pemain tersebut menggunakan hero yang memiliki HP tinggi dan damage yang cukup kuat di awal pertandingan, biasanya dikategorikan sebagai hero bertipe Fighter.
Untuk dua pemain lainnya, satu menggunakan hero dengan peran Tank yang bertugas memeriksa semak-semak (bush) dan bergerak naik-turun untuk membantu pemain lain di jalur emas, tengah, dan exp. Sementara pemain lainnya menggunakan hero dengan peran Mage yang menjaga jalur tengah (mid lane).
4 menit telah berlalu, dengan kedua tim yang belum terlibat dalam perang atau pertempuran, dan selisih Gold yang tidak terlalu signifikan. Namun, setelah mencapai menit kelima, kedua tim bersiap di daerah Singa/Leon yang akan muncul di tengah arena.
Tanpa ragu, Adam langsung menyerang Leon yang baru saja muncul. Sementara itu, Tank di timnya berusaha mencari dan mencegah Jungler musuh mencuri Leon yang sedang diserang oleh Adam.
Namun, musuh Jungler dengan kelas Assassin, dengan keahliannya yang bernama Skill Blink, mulai menggunakan kemampuan tersebut untuk menghindari Crowd Control dari Ultimate milik Tank. Ia bergegas menuju Leon tanpa ragu, karena dia tahu bahwa rekan-rekannya sudah bersiap di belakangnya.
Adam menerima sedikit kerusakan dari Skill tersebut, dan kemudian Fighter di tim Adam mengubah targetnya dari Marksman musuh menjadi Jungle musuh. Mage di tim Adam juga melakukan hal yang sama, menggunakan kemampuan Area of Effect (AOE) pada Jungle musuh.
Namun, sekali lagi, Jungler tim lawan berhasil menghindar dengan menggunakan Ultimate-nya ke arah yang berlawanan. Tiba-tiba, keempat hero musuh lainnya mulai bergerak dan langsung menargetkan Adam.
Di sebuah apartemen yang agak luas, seorang wanita menggunakan headset gaming di kedua telinganya, terlihat sedang bermain game yang sama dengan Adam di komputernya. Dia juga sesekali berbicara ke kamera yang terpasang di monitor. Ya, wanita ini adalah seorang streamer.
"Lihat-lihat! Seperti yang kukatakan sebelumnya, rencanaku sempurna!" teriak wanita itu dengan gembira.
Tiba-tiba, kolom komentar langsung dipenuhi dengan banyak peringatan.
Gacor35: "Jangan berlebihan, woi! Harus tetap fokus dan membantu anggota timmu yang lain!"
ZeusKali500: "Hati-hati!"
Robinhut: "Dia benar-benar tak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya..."
KudaLumping: "Strateginya sebenarnya bagus. Tapi dia terlalu egois!"
Melihat semua komentar tersebut, sang streamer wanita langsung berkata, "Diam, kalian noob! Sekarang aku akan kembali fokus."
Wanita tersebut segera menggerakkan heronya untuk bergabung kembali dengan empat hero timnya yang sedang menyerang. Namun, ketika mereka semua menyerang Jungle musuh, mereka terkejut dan bingung.
Jungler musuh langsung menggunakan Skill Blink-nya untuk menghindari serangan dari Mage mereka, dan dengan cepat membunuh Mage tersebut.
Kemudian, ia bergerak ke samping, menuju Marksman mereka, dan segera menggunakan Ultimate yang menghasilkan damage besar. Setelah terkena serangan tersebut, Marksman mereka mati tanpa sempat bereaksi.
Tank mereka segera melepaskan Ultimate Surprise mereka pada Jungler musuh, tetapi sayangnya serangan itu dibatalkan oleh Tank dari tim musuh di Jungle.
Streamer wanita itu menggertakkan giginya dan segera menggerakkan heronya menuju Marksman tim lawan dan membunuhnya.
Melihat Mage tim lawan yang berusaha melarikan diri, dia mengejar dan segera membunuhnya juga. Sekarang, yang tersisa hanyalah Jungler dengan kelas Assassin, Fighter, dan Tank di tim lawan.
Tanpa mempedulikan komentar-komentar yang mengalir seperti air, dia langsung menuju Fighter lawan dengan menggunakan Skill Blink-nya. Namun, damage yang dihasilkan oleh heronya hanya mengurangi setengah dari HP Fighter tersebut.
Fighter tersebut panik dan segera bertukar posisi dengan Tank untuk menjaga Leon dan Jungle mereka.
Sementara itu, Adam melihat statistik Gold dari tim mereka dan tim lawan. "Hanya ada selisih dua ribu," gumamnya sambil mulai menggerakkan heronya yang sedang bersembunyi di dalam semak-semak.
Sebelumnya, Adam sedikit terkejut dengan strategi tipuan dari tim lawan. Namun, dia telah menduganya dan menyimpan Skill Blink dan Ultimate-nya sebagai tindakan pencegahan.
"Aku akan menunjukkan padamu, keahlian Gamer level maksimumku," lanjutnya, dan segera membantai dua hero lawan yang tersisa.
Waktu terus berjalan, dan Adam terus membantai para hero lawan dengan mudah karena adanya selisih skor dan Gold yang besar di antara mereka.
...
Crraak!
Luna, streamer wanita itu, marah dan membanting headset gaming-nya ke meja. Ia lalu mulai mengetik sesuatu di monitor komputernya.
LunaUwU: "Kau cheater ya!"
Melihat pesan itu muncul di sisi kiri layarnya, Adam langsung membalas.
OnlyOne: "Maksudmu apa?"
Luna, sesuai dengan nama panggilannya, memberi balasan lagi.
LunaUwU: "Tadi, saat kau diserang oleh empat anggota timku, kau menggunakan cheat untuk menghindarinya kan?!"
Adam mengerutkan keningnya dan langsung membalas.
OnlyOne: "Apa kau buta? Saat itu, HPku berkurang setelah Marskmanmu menyerangku."
Luna menganggap itu omong kosong dan memilih untuk melaporkan Adam pada GM untuk membuktikan bahwa Adam itu cheater.
Para penonton yang melihat tingkah Luna, mulai memberikan komentar lagi.
Fiesta: "Hahaha, kalau cupu ya cupu aja dek."
Chiken: "Iya tuh, malah nuduh orang cheat, trus report segala."
Naget: "Sudah kukatakan, orang-orang dengan tagline UwU di game ini, cuma sok imut doang dan nggak bisa main."
DemonKing: "Wakakaka, dibombardir fakta."
Luna semakin kesal dengan komentar-komentar ini dan memilih untuk mengacungkan jari tengahnya ke kamera sebagai balasan untuk para penontonnya. Ia kemudian langsung menutup siaran streamingnya.
'Akun ini tidak terdeteksi menggunakan cheat'
Melihat pesan dari GM itu di layarnya, Luna merasa murung. "Jadi, aku yang salah di sini? Tapi kan..." gumamnya, namun ia tidak melanjutkan karena ia tidak tahu harus mengatakan apa
______________________________________________
Senin, 11 September, 2020. Pukul 07:09 dini hari.
Adam melangkah dengan santai menuju sekolahnya, tanpa menyadari bahwa permainannya semalam telah menjadi perbincangan di dunia maya.
Setelah sampai di sekolah, Adam masuk ke dalam gedung dan naik tangga menuju kelasnya. Saat berjalan di lorong, ia tak sengaja mendengar percakapan antara beberapa murid yang sedang membicarakan Hero Champion League.
"Malam tadi, ada pemain yang luar biasa di tim yang melawan Luna. Dia menggunakan hero Assasin Jungler dan skillnya sungguh mengagumkan!"
"Iya, aku melihat rekaman pertandingannya di saluran Yutube E-Sport Indesia. Sungguh menakjubkan!"
"Pemain itu benar-benar hebat, bahkan Luna sendiri sampai menyebutnya cheater!"
"Mungkin Luna hanya kesal karena dia kalah, hahaha."
Mendengar pembicaraan ini, Adam merasa sedikit heran, "Apakah mereka sedang membicarakan permainanku semalam?" pikirnya dalam hati.
Namun, Adam mengusir pikiran tersebut dan memilih untuk tidak memperdulikan, "Mustahil itu aku," gumamnya lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan mengesampingkan pembicaraan tersebut.
Sesampainya di kelas, Adam masih mendengar percakapan yang sama seperti sebelumnya. "Aku benar-benar penasaran siapa pemain yang sangat hebat ini," pikirnya sambil melangkah ke tempat duduknya.
Adam duduk dengan tenang dan santai. Ketika dia melihat ada satu tempat duduk kosong di sebelahnya, dia menyadari itu adalah tempat duduk Kule.
"Tanpa dia, kelas ini menjadi lebih damai," gumamnya sambil tersenyum, yang menonjolkan ketampanannya.
Para murid perempuan di kelas melihat Adam tersenyum dan sedikit terpesona dengan wajahnya. Namun, mereka menggelengkan kepala mereka dan berpikir, "Operasi plastik memang menakutkan!"
Tanpa mengetahui apa yang dipikirkan oleh para murid perempuan itu, Adam bangkit dari kursinya dan mendekati salah satu tempat duduk yang berada tiga baris dari belakang.
Di tempat duduk itu, ada seorang pemuda berkacamata dengan rambut potongan mangkuk yang sedang serius membaca buku berjudul 'Matematika itu Sangat Mudah'.
Adam kemudian menghampiri pemuda itu dan menyapanya dengan santai, "Hei, Deril."
Pemuda itu, Deril Wirawan, menoleh ke arah suara dan melihat Adam berdiri di sampingnya. Dia sedikit bingung dan bertanya, "Ada apa, Adam?"
Adam tersenyum dan menjawab, "Maukah kau menjadi temanku?"
Deril merasa terkejut dengan pertanyaan Adam itu dan menjawab sopan, "Maaf, tapi aku masih normal dan suka dengan lawan jenis."
Adam mengernyitkan keningnya dan menjelaskan, "Aku pikir kau salah paham. Aku juga normal dan suka dengan lawan jenis. Aku hanya ingin berteman denganmu."
Deril berpikir sejenak, "Apakah dia serius ingin berteman denganku? Tapi kenapa? Aku hanya seorang anak culun yang suka belajar... Apa dia ingin memanfaatkanku?"
Seolah-olah Adam tahu apa yang dipikirkan Deril, dia menggelengkan tangan dan berkata, "Aku tidak tertarik dengan hartamu. Aku sungguh-serius ingin berteman denganmu. Tapi jika kau tidak mau, tidak apa-apa. Maaf sudah mengganggu."
Deril menggigit bibir bawahnya dan berkata, "Maaf, aku pikir kau hanya mencoba memanfaatkanku. Jika kau benar-benar serius ingin berteman dengan orang sepertiku, aku mau, asalkan kau tidak melakukan hal aneh-aneh."
Adam berhenti, berbalik, dan mendekati Deril lagi dengan ekspresi ceria. "Aku tidak akan melakukan hal aneh. Aku juga suka perempuan dan uang tidak masalah bagiku, karena aku punya banyak uang. Jadi, salam kenal ya, Deril."
"Iya, salam kenal juga, Adam," Deril merasa sedikit tersentuh dengan perkenalan aneh dan ambigu ini.
...
Rini Utami, yang duduk tepat di depan Adam dan Deril, mendengar dengan jelas percakapan mereka. Dia salah paham bahwa Adam tertarik pada Deril yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan dirinya.
Namun, Rini sebenarnya hanya memiliki kesalahpahaman. Adam adalah orang yang benar-benar normal dan tidak tertarik pada sesama jenis.
"Dengan wajahnya yang tampan seperti itu, Adam benar-benar menjadi aneh!" gumam Rini Utami dalam hatinya.
Rini merasa tak nyaman hanya dengan membayangkan mereka berdua terlibat dalam hubungan romantis. "Aku akan gila jika terus berada di kelas ini dan mendengarkan mereka berdua! Lebih baik aku keluar dan mencari udara segar di kantin." pikir Rini Utami dalam hati sambil berjalan keluar dari kelas.
...
Adam melihat Rini tiba-tiba berdiri dan bergegas keluar dari kelas dengan cepat. Dia sedikit bingung, tetapi tidak terlalu memikirkannya. Adam meminta maaf kepada Deril, teman barunya, bahwa ia harus pergi untuk urusan tertentu.
Deril hanya menganggukkan kepala sebagai tanggapan dan melanjutkan membaca bukunya yang terhenti karena kehadiran Adam.
Di lorong sekolah lantai satu, Adam melewati kantin sekolah dan melihat Rini sedang minum cola dengan suasana yang terasa aneh di sekitarnya. Dia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya menuju Gedung Olahraga untuk menyelesaikan urusannya, tanpa menyadari bahwa kejadian sebelumnya telah menyebabkan kesalahpahaman besar bagi Rini Utami.
Sesampainya di Gedung Olahraga, Adam masuk sambil mengucapkan salam. Namun, dia tidak melihat siapa pun di dalam gedung. "Apakah latihan tandingnya dibatalkan?" gumam Adam sambil mengamati sekeliling.
Tiba-tiba, dari arah pintu masuk gedung, sepuluh orang muncul dengan seragam sekolah yang berbeda dengan Adam, dan tinggi mereka sekitar 175-180 cm. Salah satu dari mereka mengenakan pakaian olahraga dan terlihat sedikit lebih tua.
"Hei, kau murid di sekolah ini, kan?" tanya salah satu dari mereka yang tingginya sekitar 178 cm.
Adam menoleh dan dengan santai menjawab, "Ya, ada apa?" dengan ekspresi wajahnya datar.
Orang tersebut sedikit kesal melihat ekspresi Adam, tetapi dia tetap tenang dan bertanya lagi, "Apakah latihan tanding voli dibatalkan?"
"Aku juga tidak tahu," jawab Adam langsung, karena memang dia tidak memiliki informasi tentang hal itu.
Kesepuluh orang itu langsung mengeluh dalam hati setelah mendengar jawaban Adam. "Tadi dia bilang dia murid sekolah ini, tapi sekarang dia bilang tidak tahu apakah latihan tanding di sekolahnya dibatalkan!"
Sementara mereka sedang berpikir, tiba-tiba terdengar suara berat dari arah pintu masuk, "Kami masih bersiap-siap untuk menyambut kalian sebenarnya, tapi karena kalian sudah berada di sini, mari langsung kita mulai latihan tandangnya."
Di belakang pria paruh baya yang kuat dengan suara berat tersebut, terlihat tujuh orang mengenakan seragam voli mengikutinya.
______________________________________________
Senin, 11 September, 2020. Pukul 09:11 dini hari. Gedung Olahraga Sekolah.
Di dalam Gedung Olahraga Sekolah Menengah Atas Meykarta, banyak murid dari berbagai tingkatan, termasuk kelas 10, 11, dan 12, berkumpul untuk menyaksikan pertandingan antara sekolah mereka dan SMA Negeri 04 Nandung, sebuah sekolah elit dari kota tetangga.
Pengeras suara di setiap sudut bangunan mengeluarkan suara pembawa acara yang terdengar jelas. "Hadirin yang terhormat, pada kesempatan ini, saya sebagai pembawa acara, dengan bangga mempersembahkan sebuah pertandingan yang telah dinantikan oleh kita semua. Ini adalah pertandingan latihan antara sekolah kita dan sekolah elit dari kota tetangga!"
Pembawa acara tersebut penuh semangat, meskipun terkadang terganggu oleh batuk ringan. Kemudian dia melanjutkan, "Baiklah, sekarang saatnya kita sambut para peserta!"
Setelah pemberitahuan dari pembawa acara, sembilan pemain dari SMA Negeri 04 Nandung memasuki lapangan, didampingi oleh pelatih mereka. Tepuk tangan meriah dari penonton mengiringi kedatangan mereka, dan pelatih merespon dengan melambaikan tangan ke arah penonton sambil tersenyum cerah.
Namun, para murid dari sekolah tersebut terlihat agak murung. "Kenapa harus ada begitu banyak penonton? Ini kan hanya pertandingan latihan!" keluh mereka dalam hati.
...
Saat ini, Adam berada di ruang ganti bersama dengan anggota ekskul voli lainnya. Dia telah direncanakan untuk berpartisipasi dalam pertandingan ini oleh pembimbing mereka.
Seorang senior kelas 12 yang juga anggota ekskul voli, menghampiri Adam yang duduk termenung. "Hei, apakah kamu gugup, adik kelas?" tanya senior tersebut.
Adam menjawab tanpa ragu, "Tidak, Kak."
"Hm... Bagus kalau begitu," balas senior tersebut yang lebih tinggi dari Adam. Ia kemudian berdiri dan memasuki lapangan diikuti oleh anggota lainnya.
Adam dengan tenang mengikuti mereka dengan ekspresi datar. Dalam hatinya, dia bergumam, "Baiklah, mari kita tunjukkan kepada mereka kehebatan kita."
Setelah tim Adam, yang terdiri dari delapan orang, memasuki lapangan, tepuk tangan meriah kembali mengiringi mereka. Dalam tanggapan, mereka semua melambaikan tangan mereka ke arah penonton yang bersorak dari tribun sambil tersenyum. Kemudian, mereka mulai berbaris menghadap anggota tim lawan yang akan menjadi lawan mereka pada hari ini.
Dengan perintah dari wasit pertandingan, kedua tim mulai bersiap di posisi mereka dengan ekspresi serius di wajah mereka.
Tim Meykarta berada di sisi kiri, sedangkan Tim Nandung berada di sisi kanan. Setiap tim terdiri dari 6 anggota, sementara anggota dan pembimbing lainnya duduk di bangku cadangan.
"Dengan kedua tim yang siap, maka... Pertandingan latih tanding antara SMA Meykarta melawan SMA Nandung akan dimulai!"
Dengan pengumuman dari pembawa acara, diikuti aba-aba dari wasit, pertandingan pun dimulai.
...
Kedua tim dengan cepat meluncurkan serangan mereka. Bola voli terus berpindah dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya dengan cepat dan gesit. Pemain-pemain dari kedua tim menunjukkan keterampilan dan keahlian mereka dalam mengumpan, menerima, dan memukul bola.
Penonton yang berkumpul di gedung olahraga itu tak henti-hentinya memberikan sorakan dan tepuk tangan, memberikan semangat kepada para pemain. Mereka terhipnotis oleh kegigihan dan semangat yang ditunjukkan oleh kedua tim.
Adam, dengan ekspresi serius, berada di tengah lapangan sebagai pemain inti tim Meykarta. Dia menggerakkan tubuhnya dengan lincah dan sigap, mengantisipasi setiap pukulan dari tim lawan. Setiap kali dia berhasil memukul bola dengan keras dan akurat, penonton memberikan tepuk tangan yang menggema di seluruh gedung.
Pertandingan terus berlanjut dengan ketegangan yang meningkat. Kedua tim saling berhadapan dengan tekad kuat untuk memenangkan pertandingan ini. Setiap poin yang didapatkan oleh tim satu akan langsung dibalas oleh tim lawan dengan serangan balik yang kuat.
Tak lama kemudian, kedua tim telah mencapai poin yang sama, menjadikan pertandingan semakin sengit. Setiap bola menjadi krusial dan setiap gerakan menjadi penting dalam menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Adam dan rekan-rekannya terus berjuang dengan gigih, saling bekerja sama dalam strategi dan komunikasi yang baik. Mereka saling memberikan dorongan dan dukungan untuk mempertahankan performa terbaik mereka.
Akhirnya, setelah pertandingan yang penuh perjuangan dan semangat, tim Meykarta berhasil memenangkan pertandingan dengan selisih poin yang tipis. Sorakan dan tepuk tangan penonton meledak di seluruh gedung. Pemain-pemain Meykarta berpelukan dan saling berjabatan tangan dengan gembira, sementara tim Nandung menerima kekalahan dengan sportivitas yang tinggi.
Pertandingan ini menjadi bukti akan kekompakan dan semangat juang yang dimiliki oleh tim Meykarta. Mereka merasa bangga dan puas dengan pencapaian mereka, sementara penonton merasa terhibur dan terinspirasi oleh aksi yang mereka saksikan.
Di akhir pertandingan, mereka semua menyadari bahwa semangat olahraga bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi juga tentang perjuangan, kerja sama, dan semangat yang tak kenal lelah.
...
Adam, yang sedang duduk istirahat di ruang ganti, melihat pemberitahuan dari Sistem yang muncul di depannya. Ia merasa gembira namun tetap menunjukkan wajah datar seperti biasa.
"Saya izin ke toilet dulu ya, para senior," ujar Adam pada rekan-rekan senior yang sedang istirahat.
Para senior mengangguk dan memberikan pujian, "Ya, terima kasih atas kerja kerasmu, kau benar-benar hebat dalam pertandingan tadi."
Mendengar pujian dari para senior, Adam menggaruk kepalanya dengan malu dan berkata, "Ahaha, saya hanya beruntung saja," kemudian ia melangkah keluar sambil melanjutkan, "Kalau begitu, saya permisi dulu."
Para senior menganggap perkataan Adam sebagai bentuk sederhana alasan, namun mereka berpikir dalam hati, "Jika Adam mengatakan bahwa ia hanya beruntung, maka apa artinya bagi kami?! Kami yang hanya mencetak dua persen dari semua skor!"
Sebenarnya, para senior merasa sedikit kesal dengan penampilan Adam dalam pertandingan tersebut. Namun, mereka menghargai kemampuan Adam dalam bekerja sama dan sikapnya yang tidak egois, sehingga mereka memilih untuk tidak mempermasalahkannya.
Mereka sadar bahwa tanpa kehadiran Adam, mereka mungkin akan kalah dalam pertandingan tersebut. Melihat Adam meninggalkan ruangan, para senior bersumpah untuk terus mendukung dan mempertahankan Adam dalam tim mereka, bahkan berencana untuk memberikan kesempatan lebih besar pada Adam di masa mendatang.
______________________________________________
Senin, 11 September, 2020. Pukul 13:02 dini hari. Toilet Pria.
Adam duduk di toilet dengan serius, memperhatikan panel Sistem di depannya yang menampilkan Misi Khusus yang telah diselesaikannya.
Setelah beberapa detik memperhatikan, Adam mengangguk dan berkata dengan antusias, "Baiklah, Sistem, aku akan menerima hadiahnya sekarang."
[ Selamat, Anda telah memperoleh X-Phone 14 dari Tugas: Memperoleh peringkat 1 dalam UTS. ]
[ Selamat, Anda telah memperoleh X-Watch 8 dari Tugas: Memenangkan pertandingan latihan antar sekolah. ]
[ Selamat, Anda telah memperoleh Skill: Pesona dari Tugas: Membantu Sely yang mengalami masalah. ]
Setelah menerima semua pemberitahuan hadiah tersebut, Adam tidak merasakan perubahan apa pun, baik secara fisik maupun mental. Bahkan, X-Phone dan X-Watch yang diberikan tidak muncul di manapun.
Adam mengerutkan keningnya dan mengatakan dengan sedikit kesal, "Di mana hadiahnya, Sistem?"
[ Hadiah Anda sudah diberikan, Master. Jika Anda tidak percaya, silakan periksa di Jendela Status Anda. ]
Melihat jawaban dari Sistem, Adam langsung mengacak-acak rambutnya dan berkata dengan kesal, "Bukan Skill yang aku tanyakan! Tapi, X-Phone dan X-Watch-nya!"
Sistem kemudian memberikan tanggapan melalui panel pemberitahuan.
[ Kedua hadiah itu ada di dalam Inventaris Anda, Master. ]
Mata Adam terbuka lebar saat melihat jawaban dari Sistem ini, kemudian dia berkata dengan heran, "Apakah kau memiliki fitur seperti itu?"
[ Ya, Master. Apakah Anda lupa? ]
Dengan jawaban dari Sistem tersebut, Adam menggerutu kesal, "Aku tidak lupa! Karena kau tidak pernah memberitahu ku tentang fitur Inventaris ini!"
[ ... Anda benar, Master. ]
[ Saya minta maaf atas kesalahan saya karena tidak memberitahu Anda tentang fitur Inventaris ini. ]
Melihat itu, Adam segera menenangkan dirinya dan dengan lambaian tangan, dia berkata, "Sudahlah, aku memaafkanmu. Sekarang, bagaimana cara membuka Inventaris ini?"
[ Anda tinggal menekan ikon yang berbentuk tas di sebelah ikon Misi, atau Anda juga dapat mengucapkan "Inventaris". ]
Adam mengangguk sebagai tanggapan dan langsung berkata, "Inventaris."
Dengan perintah dari Adam, sebuah panel transparan dengan gambar kotak-kotak kecil yang tersusun rapi dari kanan ke kiri dan atas ke bawah muncul dengan cepat di hadapannya.
Mata Adam langsung berbinar melihat munculnya panel transparan tersebut. "Berapa kapasitas Inventaris ini, Sistem?" tanya Adam dengan mata yang masih berbinar.
[ Kapasitas dari Inventaris ini tidak terbatas, Master. ]
Adam langsung terkejut dengan jawaban dari Sistem. Dia mengira bahwa Inventaris ini hanya mampu menyimpan beberapa barang dengan batasan tertentu seperti yang sering terdapat dalam novel-novel yang pernah dia baca.
Namun, ternyata Sistem ini mampu menyimpan barang-barang dengan jumlah yang tak terbatas. "Apakah Inventaris ini juga memiliki kemampuan untuk memperlambat kerusakan waktu suatu barang yang disimpan di dalamnya?" tanya Adam dengan antusias.
[ Inventaris ini tidak memiliki kemampuan seperti itu. Namun, karena ada perbedaan waktu yang sangat besar antara dunia nyata dan Inventaris ini, barang yang Anda simpan di dalamnya tidak akan rusak atau membusuk, Master. ]
Adam tidak sepenuhnya memahami penjelasan Sistem, tetapi dia tetap mengangguk sebagai tanggapan. "Begitu ya... Meskipun begitu, aku tetap senang dengan ini."
Adam kemudian mengulurkan tangannya ke panel Inventaris tersebut, dan tangan nya langsung masuk ke dalam layar transparan tersebut. Meskipun tidak masuk akal, Adam menganggapnya keren.
[ Tidak masuk akal?" Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan, Master. Inventaris saya ini sebenarnya lebih masuk akal dibandingkan dengan Inventaris yang ada dalam novel-novel yang pernah Anda baca. Inventaris ini menggunakan prinsip lubang cacing untuk menghubungkannya dengan ruang hampa yang sangat luas di galaksi ini, yang memungkinkan penyimpanan berbagai objek sesuai keinginan Anda, Master. ]
Adam benar-benar tidak memahami penjelasan Sistem dan hanya menganggukkan kepala sebagai tanggapan. Dia ingin segera mengambil hadiahnya, jadi dia berkata, "Ya, ya, aku mengerti. Cukup dengan penjelasan yang panjang, aku sedang sibuk mengambil hadiah ku di sini," dengan nada yang sedikit kesal.
Setelah beberapa saat mencari di dalam Inventaris, akhirnya Adam menemukan hadiahnya dan langsung mengeluarkannya dari dalam sana.
"Wow! Dari mana kau mendapatkan smartphone seperti ini, Sistem? Dan bahkan X-Watch ini adalah model terbaru!" kata Adam dengan kagum sambil memegang kedua hadiah yang ada di tangannya.
[ Semua barang itu berasal dari masa depan yang sangat jauh dari waktu sekarang, Master. Masa depan tersebut juga merupakan timeline yang berbeda dari dunia Anda saat ini dan saya berasal dari timeline ini. ]
Adam terkejut mendengar pernyataan Sistem ini. Dia tidak menyangka bahwa Sistem ini akan memberitahukan asal-usulnya. Biasanya, dalam novel-novel yang sering dia baca, Sistem seperti ini tidak pernah memberikan informasi tentang asal-usulnya dan hanya mengatakan, "Anda dipilih sebagai tuan rumah dan saya hadir di sini untuk membantu Anda menjadi yang terkuat dan terkaya."
Adam kemudian bertanya dengan rasa ingin tahu, "Jadi, siapa yang menciptakanmu? Dan mengapa kau memilihku?" Dia benar-benar ingin tahu siapa pencipta Sistem ini dan alasan mengapa Adam dipilih.
[ Saya diciptakan oleh Anda sendiri, yang datang dari timeline yang berbeda dan jauh di masa depan. Anda menciptakan sebuah Teknologi Kecerdasan Buatan yang mampu menyimpan dan menganalisis informasi dengan sangat cepat. AI tersebut juga memiliki kemampuan untuk memanipulasi atom dengan kontrol dan presisi yang luar biasa. Dan AI tersebut adalah saya. ]
[ Namun, alasan mengapa Anda dipilih, Anda yang menciptakan saya tidak memberikan informasi mengenai hal itu. ]
Adam benar-benar terkejut setelah melihat semua pemberitahuan ini. "Aku yang menciptakannya sendiri?! Dan kemampuan Sistem ini begitu luar biasa! Memanipulasi atom? Itu sebanding dengan kekuatan seorang dewa! Sistem ini mampu menciptakan apa pun, bahkan planet atau galaksi!" teriak Adam dalam keheranan yang tak terkira.
[ Anda benar, Master. ]
[ Apakah Anda ingin menciptakan planet sekarang? ]
Adam yang masih terkejut dengan tawaran tersebut langsung menggelengkan kepala dengan cepat. Dia benar-benar tidak tertarik dengan ide gila dari Sistem ini.
Napas Adam tidak teratur, dan detak jantungnya berdegup kencang setelah membaca semua informasi yang diberikan oleh Sistem ini. "Ini sungguh luar biasa!" teriak Adam, tanpa menyadari bahwa dia masih berada di dalam kamar mandi.
Para murid yang juga menggunakan kamar mandi terkejut mendengar teriakan itu, dan mereka buru-buru keluar karena takut orang di dalam kamar mandi itu mungkin sedang mengalami gangguan mental. "Apakah buang air besar bisa membuat seseorang seperti itu? Tidak, dia pasti gila!" pikir mereka dengan rasa jijik terhadap orang di dalam kamar mandi tersebut.
Adam sama sekali tidak menyadari pemikiran mereka. Setelah menenangkan dirinya, Adam keluar dari kamar mandi dan mencuci tangannya sambil bernyanyi dengan ceria.
"Menjadi yang terkuat? Menjadi yang terkaya? Menguasai dunia? Semua itu tak berarti di hadapan kekuatan Dewa dari Sistemku ini!" pikir Adam sambil menatap wajah tampannya di cermin.
______________________________________________
Adam sekarang sudah berganti pakaian dengan seragam sekolahnya lagi, dia sedang menuju kelas sambil terus ditatap kagum oleh murid-murid yang dilewatinya.
"Itu Adam! Dia yang mencetak skor paling banyak saat pertandingan tadi!"
"Dia benar-benar keren saat itu!"
"Hei, apa hebatnya dengan itu?"
"Apa kalian tidak tahu? Ada rumor yang mengatakan bahwa Adam itu melakukan operasi plastik, lho."
"Siapa yang mengatakan itu, huh?! Dia itu cuma iri saja!"
Mendengar semua pembicaraan murid-murid ini, Adam tidak memperdulikannya dan terus berjalan santai ke kelasnya dengan wajah datar.
Sesampainya di kelas, Adam langsung dikerumuni oleh para teman sekelasnya dan kemudian dipuji, bahkan ada yang meminta tanda tangannya.
Pandangan mereka pada Adam sekarang berubah drastis hanya karena satu pertandingan itu.
...
Setelah selesai dengan semua itu, Adam kemudian menghampiri Deril, teman barunya. Karena hari ini hanya ada jam kosong, Deril terlihat sedang membaca buku dengan serius di tempat duduknya.
"Hei, Deril," sapanya Adam dengan santai.
"Oh? Adam, ya, apa urusanmu sudah selesai?" tanya Deril setelah melihat Adam.
"Ya, apa kau tidak menonton latihan tanding tadi? Urusanku ada di situ, hehe," kata Adam dengan nada bangga.
Deril mengangguk dan membalas, "Tidak, aku tidak terlalu suka dengan voli."
Adam berpikir sejenak sebelum berkata, "Begitu, ya..." dengan singkat.
Deril menanggapi hanya dengan anggukan dan tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia baca. Namun, tiba-tiba, dia langsung menutup bukunya, berdiri, dan menggebrak meja. "Aku baru ingat... Bahwa hari ini adalah pengumuman nilai UTS kita!" gumam Deril.
Adam yang masih sedikit terkejut dengan tingkah Deril yang tiba-tiba, menjawab gumaman Deril itu, "Ah, iya juga, ya."
Setelah Adam mengatakan itu, Deril langsung melangkah keluar kelas tanpa memperdulikan atau mengajak Adam sama sekali. Deril benar-benar khawatir dan ingin tahu dengan hasil UTS-nya.
Adam hanya menggelengkan kepalanya melihat itu. Ketika dia hendak melangkah keluar kelas, tiba-tiba terdengar suara perempuan dengan nada dingin dari belakang Adam.
"Adam Kirana, aku tidak akan kalah darimu," kata pemilik suara dengan nada dingin itu.
Adam berbalik, karena dia sudah tahu siapa pemilik suara itu, dia langsung membalas, "Ya, kita lihat saja."
Kemudian dengan melambaikan tangan, Adam melangkah keluar kelas mengikuti langkah Deril.
Pemilik suara yang dingin itu adalah Rini Utami. Setelah melihat Adam pergi, dia tiba-tiba merasa gelisah dalam hatinya dan buru-buru mengikuti Adam dari belakang.
Beberapa saat kemudian, Adam yang diikuti Rini dari belakang sampai di tempat papan pengumuman yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswi dari kelas yang berbeda.
Semua perasaan siswa-siswi itu terpancar dari pandangan Adam dalam bentuk aura. Ada yang aura mereka gelap, cerah, berbunga, berapi, bercahaya, dan sebagainya.
Adam memahami berbagai perasaan yang terpancar dari mereka, namun karena kejeniusannya yang semakin berkembang, dia tidak dapat merasakan apa yang dirasakan para siswa-siswi itu.
Di sisi lain, Rini terus menatap Adam dari belakang. Dalam hatinya, dia berpikir, "Kenapa pemuda ini hanya diam saja dari tadi?" dengan rasa kesal yang sedikit terpancar.
Namun, setelah Rini berpikir demikian, Adam langsung bergerak menuju papan pengumuman. Rini menghela nafas melihat itu dan mulai mengikuti langkah Adam.
Mereka berdua sampai di depan papan pengumuman, namun karena Rini memiliki tinggi badan 167 cm, dia tidak bisa melihat apa pun. Sementara Adam, yang tingginya 178 cm, bisa melihat dengan jelas, meskipun beberapa siswa yang lebih tinggi dari Adam sedikit menghalanginya.
Setelah melihat sejenak, Adam kemudian berbalik dan pergi dari tempat itu sambil tersenyum dengan misterius.
Rini mengangkat alisnya melihat itu. Dia kemudian bergerak maju dengan berbagai permisi, dan setelah tiba di depan papan pengumuman, Rini terkejut bukan main.
Rini melihat bahwa dia mendapatkan peringkat dua dengan nilai A, sedangkan Adam berada di peringkat satu dengan nilai A+. "Dia... Dia... Dia mengalahkanku..." gumam Rini dengan tidak percaya.
Dengan ekspresi yang tetap dingin, Rini keluar dari kerumunan siswa dan menuju ke toilet. Tidak ada yang tahu bahwa Rini saat ini merasa frustrasi dan ingin menangis setelah melihat hasil tersebut.
...
Di sisi lain, Deril Wirawan, yang juga berada dalam kerumunan siswa yang sedang melihat hasil UTS mereka di papan pengumuman, merasa sangat terkejut dengan hasilnya sendiri.
"Aku peringkat tiga..." gumam Deril dengan tidak percaya setelah melihat nilai B yang ada di depan namanya.
"Dan Adam, dia... berada di peringkat pertama, dia berhasil mengungguli aku dan Sely!" lanjut Deril setelah melihat nilai yang lebih tinggi dari nilainya.
Deril hanya bisa tersenyum pahit dengan hasil ini. Dia kemudian berbalik dan berjalan kembali ke kelasnya. Sambil berjalan, dalam hatinya, dia bergumam, "Aku akan mendapatkan nasihat dari ayah dan ibu jika mereka mengetahui ini."
Namun, dengan sifatnya yang serius, Deril tidak akan menyerah dan akan terus berjuang untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada ini.
...
Adam kembali ke kelasnya sambil tersenyum bahagia. Sebenarnya, dia sudah mengetahui hasil UTS-nya setelah Sistem memberitahunya bahwa Misi Khususnya telah selesai. Namun, melihat hasilnya dengan mata kepalanya sendiri membuatnya tetap merasa bahagia.
Namun, Adam membuat janji pada dirinya sendiri bahwa ini hanya kali ini dia menempati peringkat satu. Di ujian akhir, dia akan mengembalikan dirinya ke peringkat tiga seperti sebelumnya.
Adam tidak ingin merebut peringkat orang lain yang telah bekerja keras dan berjuang untuk meraihnya. Bahkan, setelah Adam pergi dari papan pengumuman, dia menerima pemberitahuan dari Sistem bahwa Rini menangis di toilet karena peringkatnya direbut.
Tidak hanya Rini, Deril juga merasakan hal yang sama setelah mengetahui bahwa peringkatnya turun menjadi peringkat tiga. Adam merasa sangat tidak tega melihat mereka berdua. Maka mulai sekarang, dia tidak akan lagi merebut peringkat dari mereka. Dia akan membiarkan mereka menikmati hasil kerja keras mereka dengan sepenuh hati.
Kembali dari lamunannya, Adam melihat jam tangannya menunjukkan pukul tiga sore. "Hari ini tidak ada pelajaran lagi, jadi lebih baik aku pulang duluan dan memberi tahu Sely dan Bu Rina untuk menghubungi ku jika kursus dimulai," gumam Adam sambil melanjutkan langkah santainya menuju kelas.
Sampai di kelas, Adam mengambil tasnya dan keluar dari ruangan tersebut. Dia turun tangga dan meninggalkan gedung utama sekolah, menuju Gedung Dewan Guru.
Setelah beberapa saat berjalan, Adam tiba di Gedung Dewan Guru dan masuk dengan tujuan meminta izin pulang lebih awal serta meminta Bu Rina untuk menghubunginya jika kursus dimulai.
Adam mendapatkan izin dari Pak Glystard, Kepala Sekolah, dan Bu Rina juga menyetujui permintaannya. Sebenarnya, Adam tidak ingin bertemu dengan Pak Glystard dan melihat wajahnya, tetapi karena desakan dari beberapa guru lainnya, dia terpaksa menemui Kepala Sekolah tersebut.
Setelah mendapatkan persetujuan tersebut, Adam segera menuju halte untuk menunggu bus yang menuju ke daerah Dupa. Setelah menunggu beberapa puluh menit, bus akhirnya tiba dan Adam naik ke dalamnya.
Dengan deru knalpot bus yang terdengar, Adam pulang dengan perasaan puas di hatinya.